November 04, 2013

Ratapan atau Keriaan Besar


(saduran menarik ini saya ambil dari buku "Death without Fear"-nya Tonny Stubbs. Luar biasa, dan menurut hemat saya penting untuk kita ketahui dan pelajari kebiasaan dan perasaan orang yang meninggal dan yang ditinggalnya). 

Beberapa kontrak kunci  pada fase rencana kehidupan (di bumi):
  • ·         Kontrak utama pengasuhan orang tua
  • ·         Permohonan pada sesama, sepenanggungan dan permintaan kelahiran
  • ·         Teman-teman dan musuh permusuhan
  • ·         Kontrak transisi - orang yang akan melepasmu ketika kita siap untuk meninggalkan (dunia)
  • ·         Penyambut - orang yang akan menemuimu saat kita meninggalkan (dunia) dan kembali ke alam baka.
  • ·         Kontrak-kontrak kecil, seperti peran yang akan dimainkan atau diperankan dengan orang lain selama kita hidup (di dunia fana)
  • ·         Exit points:  yakni saat kita secara sadar telah merasa secara komplit telah menyelesaikan tugas, misi atau tujuan hidup kita (di dunia).  Exit points dapat berupa sakit yang sangat serius (berat) atau kecelakaan fatal, dan jiwa (soul) akan merespon nya dalam 3 cara berikut ini:

o   "baiklah, saya telah selesai. Saya akan Pulang."
o   "saya belum menyelesaikannya, dan berniat untuk memaksakan misi saya sesegera mungkin!". Pada kasus ini, anda akan sembuh pulih dari sakit berat atau kecelakaan tersebut, dengan energi baru menjalani hidup dan menyelesaikan misi.
o   "saya ndak yakin (apakah ini pintu saya), jadi saya akan menunggu pintu keluar berikutnya."  Dalam kasus ini, anda akan ditarik dari sakit yang mengancam hidup atau sembuh/pulih dari sakit, dan hidup anda berjalan kembali sampai pintu keluar berikutnya.

Sangat penting, bahwa mereka yang ditinggalkan tahu tentang pintu keluar (atau jalan kematian) karena dengan mengetahuinya akan sangat memberdayakan untuk lebih mengetahui bahwa kematian bukanlah sesuatu yang "dikenai" pada orang yang kita cintai, melainkan sesuatu yang sudah direncanakan jauh hari bahkan sebelum kita lahir; serta memang kita setiap orang atau orang yang meninggal yang kita cintai tersebut telah memilih caranya.  Juga bukan sesuatu yang Tuhan timpakan atau tarik kita dari hidup kita.  Atau, juga bukan karena malaikat maut memutuskan jalan hidup kita.  Ini sesederhana, bahwa orang yang kita cintai mengatakan,"Baiklah, saya telah memperoleh banyak sekali suka duka, asam garam dan pengalaman hidup ini, dan sekarang saatnya saya Pulang."

Dari berratus bahkan berjuta kali orang-orang yang telah dilakukan channeling melalui medium cenayang yang telah saya baca, tidak seorangpun mengatakan demikian,"sebenarnya saya diambil terlalu cepat. Dan juga ini sebenarnya belum waktu saya meninggal." Tidak seorangpun, justru mereka tanpa perlu disebutkan satu persatu mengatakan,"Saya telah merencanakan untuk meninggal sejak lama (sebelum lahir) dan ini merupakan waktu nya."  Sekarang, saat anda meninggalkan dunia fana, mungkin merasa dirampok, atau dicampakkan atau ditarik, dan mungkin akan melalui masa ratapan, ketidakterimaan, atau kesakitan karena terputus. Secara alternatif, anda dapat memfokuskan diri pada masa-masa indah bersama, daripada mengharapkan masa bersama, yang memang tidak mungkin terjadi lagi. 

Ketika seseorang yang kita cintai belajar kemungkinan untuk menyongsong kematiannya segera, atau justru telah terjadi mendadak, maka kepergiannya telah meninggalkan lubang dalam hidupnya, dan berikutnya melakukan penyesuaian dalam "lubang" tersebut.  Baik terjadi dalam bayi yang lahir langsung meninggal atau seseorang yang telah meninggal karena usia tua, penyesuaian yang terjadi dapat memakan waktu beberapa hari, beberapa minggu, bulan atau bahkan tahunan. Tidaklah ada periode pasti atau lama waktu yang baku berapa lama kita dapat menyesuaikan diri. Pengalama tiap orang akan berbeda satu dengan yang lainnya.  Mungkin saja anda tidak memerlukan penyesuaian dalam "lubang" tersebut sampai anda meninggal dunia dan dapat bersama dengan orang yang anda sayangi tersebut. 

Jadi mari kita lihat lebih dalam, proses apa yang terjadi dalam penyesuaian di hidup anda tersebut. 

Siklus Ratapan Orang yang ditinggalkan.
Pada bahasan sebelumnya, kita telah memperhatikan siklus seseorang yang akan mengalami kematian.  Bagi orang yang ditinggalkan, terdapat 5 tahapan Ratapan, sebagaimana diidentifikasi oleh Dr. Elisabeth Kubler-Ross pada bukunya On Death and Dying.  Model yang cukup terkenal ini menunjukkan proses ratapan yang dilalui oleh orang yang ditinggalkan orang yang dikasihinya.  Tahapannya adalah sebagai berikut:

1.       Kejutan Awal, Penghindaran dan Isolasi (Initial Shock, Denial and Isolation), dimana anda merasa sangat kehilangan mendadak.  Menolak untuk menerima kenyataan bahwa orang yang kita kasihi pergi meninggal atau meninggalkan kita. Dan anda mungkin mengisolasi diri dari teman dan saudara. "Ini ndak bener. Tinggalkan saya sendirian."

2.       Marah, Muntab, Marah Besar dan tidak terima kenapa orang terkasih "dipilih" untuk meninggal mati sementara orang lain atau kita ndak.  Kemarahan ini bisa ditujukan pada Tuhan, keluarga, dokter, yang menyebabkan putusnya hubungan karena kematian ini.  Dapat saja anda berargumen pada Tuhan, menjanjikan anda akan menjadi baik sebagai pertukaran karena orang terkasih kita meninggal. "Biarkan orang terkasih saya hadir di pernikahan putri kami Juni mendatang." atau "Mohon biarkan dan lepaskan cucu saya dibaptis bulan depan."

3.       Depresi, yakni saat anda meratapi kematian kehilangan dan bingung kenapa hal ini terjadi? Biasanya rasa ini dibarengi oleh rasa kesepian yang luar biasa, panik, sangat bersalah, terutama jika anda merasa sebenarnya anda dapat membantunya menghindari (kematian) nya.

4.       Penglepasan, mundur diri, isolasi dan apatis

5.       Penerimaan.  Dengan bekerjanya proses penglepasan, mundur diri dan apatis, akhirnya berserah diri pada hal yang tidak dapat dihindari.  Hal ini tergantung pada keyakinan kepercayaan anda masing-masing, anda diharapkan mendarat pada kondisi penerimaan, optimis dan harapan yang sunyi.

Lima tahapan tersebut di atas - penghindaran, kemarahan, tawar-menawar, depresi dan penerimaan - adalah bagian proses mutasi atas kehilangan anda menjadi rasa syukur.  Hal-hal tersebut menbantu anda untuk (lebih) mengerti apa yang mungkin anda rasakan, tapi bukan merupakan tahapan baku yang berjalan sesuai dengan urutan dan linear.  Dan tidak semua orang mengalaminya sama atau sesuai. 

Penghindaran (denial), sebagai tahapan awal dari ratapan ketidakterimaan, bukanlah ungkapan rasa kehilangan, tapi justru membantu anda bertahan hidup dengan cara membuat kebas (tidak terasa). Hal ini merupakan cara yang dilakukan agar semata-mata bertahan hidup.  Penghindaran membantu anda mengelola ratapan dengan mengukur seberapa saat ini tingkat yang dapat kita tanggung.  Jadi penghindaran merupakan mekanisme proteksi kita untuk menjaga agar emosi kita tetap terkelola, sebab untuk membiarkan hal ini terjadi semuanya pada tahap ini akan menjadi sangat berat dan beban yang luar biasa.

Penghindaran atas apa yang telah terjadi pada orang yang kita kasihi meninggal, yang dapat menyebabkan anda berada di situasi buruk yang dapat terjadi antara lain; Pertama, anda ketakutan akan apa yang terjadi saat dia terkasih meninggalkan tubuh fananya. Lalu, apa yang akan terjadi, tidak satupun dari anda mengetahui.  Kematian ini akan menarik anda dengan sangat kuat, dan menjadi ratapan yang amat sangat pada orang-orang yang ditinggalkan.  Mereka akan "tergantung" pada alam fana ini, tapi kita dan anda tidak dapat mendengar suara mereka, atau melihat mereka.  Dan hal ini akan menambah melipatgandakan rasa frustasi dan kebingungan orang terkasih kita. Dan jiwa tergantung tersebut tidak mengetahui mengapa mereka tergantung.  Sementara anda tetap meratap, berdoa, menangisi makam, nisan dan apapun peninggalan mereka, dan tetap menahan mereka melekat pada alam fana ini.  Jika saja, sekali lagi jika saja mereka tahu dan mencari Pemandu Penerima mereka di alam baka sana, yang akan bersama melalui lorong tersebut menuju sinar di alam baka sana, maka akan membuat situasi mereka sangat berbeda. 

Kapanpun anda, sebagai orang yang ditinggal oleh orang terkasih yang telah meninggal dunia, dan mengunjungi jasad yang telah ditanah di pemakaman, menabur bunga, berdoa dan berpikir kasihan pada terkasih yang meninggal tersebut, akan membuat mereka yang telah berjalan duluan tersebut ditarik ke dunia fana ini.  Jadi pemikiran absurd dan ndak jelas bahwa jiwa-jiwa yang telah terbebas di alam baka tersebut masih terhubung dan bahkan masih menetap di alam baka, dan bersatu dengan jasadnya yang sudah pasti sudah rusak tersebut.  Dan ratapan emosional kita yang ditinggalnya tersebut akan menariknya dengan kuat saat kita berkunjung ke makam. Rasa sedih yang tidak perlu, bila tidak dilepaskan, akan anda alami bahkan bertahun-tahun, apalagi saat anda mengunjungi makan saat ulang tahun kematiannya.  Pemahaman sederhana ini adalah menganjurkan bagian peran anda untuk segera memutuskan dan meninggalkan kebiasaan yang merusak tersebut. 

Jadi anda bayangkan, bila nanti anda sendiri yang meninggal dunia, anda bahkan akan ragu untuk kembali mengalami alam fana dengan segala ratapannya; dibandingkan menjalani pilihan hidup dengan penuh kebebasan di alam baka.  Sehingga akan menjadi sangat berguna kita mengetahui dan mempelajari hidup di alam baka sana, sehingga saat inipun dapat segera memiliki pemahaman bahwa orang terkasih yang meninggal tersebut segera dan dengan cepat hidup dalam cinta dan suka cita. 

Mungkin ini terdengar ndak berperasaan, bahwa melakukan ratapan yang berkepanjangan adalah egois dan hanya menyenangkan hati sendiri saja; anda tidak benar-benar berpikir kebahagiaan orang yang meninggal dan keberuntungan mereka, melainkan hanya memikirkan kehilangan yang anda alami saja. Jadi laluilah kehilanganmu dan kembali jalankan misi jiwa anda.  Karena mereka meninggal dan bukan anda, mereka akan menjalani peran mereka, tapi anda tetap berlari di lintasan anda, jadi tetaplah berlari.  Yakinkan bahwa ndak memerlukan waktu lama, anda akan bergabung dengan orang terkasih anda.  Rayakanlah hidup....

Pikirkan betapa egoisnya anda.  Saat orang terkasih berangkat menuju alam baka menyambut sinar kasih dan keriaan dengan segala keajaiban, eh....justru anda menahannya dengan ratapan.  Padahal hal ini justru akan membuat orang terkasih anda merasakan sakit yang amat sangat karena melihat anda orang terkasih yang ditinggalnya sedih yang amat sangat.  Jadilah mereka yang sudah meninggal tersebut datang lagi untuk mencoba menghibur anda.  Padahal mereka justru musti berangkat dan berjalan menuju sinarNya untuk menjalani evolusi di alam baka menuju fase selanjutnya.  Jika anda benar-benar benar menyayanginya, mencintainya, lepaskan, relakan, ikhlaskan orang terkasih tersebut.  Alternatif lain yang mungkin dapat disampaikan mereka yang telah meninggal untuk tetap mendekati alam fana ini adalah dengan mencoba menarik perhatian anda untuk menyampaikan,"saya baik-baik saja.  Saat ini saya sudah bebas, sehat kembali dan sangat ringan luar biasa, jadi mohon ikhlaskan relakan saya Pulang."  Ada kasus ratapan yang panjang dan dalam, yakni saat seorang ibu yang belum merelakan anaknya yang meninggal. Dan hal ini dapat memakan waktu puluhan tahun.  Dengan penjelasan di atas, jadi jelaslah, bahwa kondisi situasi ini tidaklah sehat untuk keduanya. 

Orang tua akan terkena pukulan hebat sekali bila anak kecilnya memerlukan penanganan khusus dan mereka meninggal mendadak.  Masalah terbesarnya adalah rasa bersalah, dalam hal ini, sang anak akan merasa bertanggung jawab karena ditinggal orang tuanya (meninggal), dan akan berusaha untuk menawar (pada Tuhan) agar orang tuanya kembali ke rumah (alam fana) dengan melakukan ritual sekitar rumah.  Anak-anak ini harus dipandu melalui proses ratapan, dan saat yang sama orang tua (yang meninggalpun) dipandu di alam fana sana.  Sedikitnya bila sang orang tua yang meninggal melalui sakit terlebih dahulu, baik orang tua dan sang anak masih dapat melakukan rekonsiliasi hati masing-masing, dan kedua belah pihak dapat memahami bahwa mereka masing-masing tidak perlu bertanggung jawab atas kelangsungan selanjutnya untuk pihak lainnya.  Dan pada saat-saat sulit tersebut, diharapkan teman dan anggota keluarga lainnya ikut mendukungnya. 

Jadi jelaslah bagi anda maupun orang terkasih yang meninggal kondisi apa yang dihadapi.  Kalaupun anda meratap, sebenarnya ratapan ini untuk anda sendiri dan bukan untuk sang terkasih.  Kitapun telah tahu dan yakin, bahwa mereka yang Pulang dalam keadaan baik-baik dan sedang bahagia menuju Sang Pencipta di alam baka itu.  Sementara jasad yang ditinggalkan dengan segala upacara dan kebiasaan adalah tidak diperlukan.  Kalau boleh menyarankan, dibandingkan dengan ziarah ke makam, lebih baik pergi ke tempat dengan keindahan alam, dimana di sanapun kita bisa bercengkerama dan berkomunikasi dengan orang terkasih yang telah meninggalkan kita.  Kedua belah pihak akan merasakan indahnya alam.

Dalam The Elusive Gift of Tragedy, Regina Murphy menyampaikan cerita lucu dan aneh tentang bagaimana anak lelakinya yang telah berpulang, membuatnya berhenti meratap dengan cara yang luar biasa.  Sejanak setelah anaknya berpulang, Regina membiasakan diri dengan menyetel video berisi kegiatan anaknya dan menangis. Suatu hari, ada kejadian janggal, saat dia ingin menyetel DVD dan mencoba beberapa tidak ada satupun yang bisa disetel. Sang ibu mulai frustasi saat hampir semua DVD tidak bisa dinyalakan.  Akhirnya, dia mencoba DVD terakhir yang isinya saat anak lelakinya tahun lalu sedang berlatih gitar untuk persiapan audisi.  Sang anak terganggu saat ibu memfilmkannya dan dengan marah mengatakan ke kamera,"Matikan Kameranya!" dan memang sesudah demikian dia matikan segera kameranya.  Akhirnya dia nyalakan DVD tersebut lewat komputer, dan tanpa sebab, dia mulai menyalakan dan terlihat di monitor sang anak bilang,"Matikan Kameranya!". Dia menyetel ulang DVD tersebut dan menyalakan kembali. Sampai empat kali dia lakukan. Nyalakan, lalu matikan. Lalu berhenti. Dan mulailah dia tertawa terbahak-bahak, dan menyadari bawah sang anak John telah mengendalikan komputer dan meminta ibunya untuk mematikannya. Sang anak tidak menginginkan ibunya menonton apapun yang ibunya sedih, meratap apalagi membuat ibunya kecanduan mengenangnya.

Ratapan adalah tentang Berubah, dan perubahan yang diinginkan adalah saat orang terkasih kita hilang, pergi atau meninggalkan kita.  Jadi, ratapan adalah kegiatan berkonfrontasi dengan perubahan dan memaksa kita untuk menyesuaikan diri, saat nanti orang terkasih tersebut sudah tidak bersama kita.  Perubahan yang besar misalnya saat pasangan kita meninggal atau pergi, angin topan menghancurkan rumah kita, anda dipecat PHK dari kantor tempat anda bekerja; maka anda menghadapi perubahan hidup luar biasa yang perlu ditata ulang.  Tentu saja, kemarahan dan penghindaran adalah pilihan, TAPI penerimaan dan menyesuaikan adalah respon yang didasari kesadaran.  Jadi saat anda memilih penerimaan dan melakukan penyesuaian, tanyalah,"Sekarang, kenapa saya harus menarik hal ini dalam hidup saya? Apa hikmahnya untuk saya? Bagaimana saya bisa manfaatkan (kejadian ini) untuk bertumbuh? "  Bagi anda, rencanakan semua hal itu sejak lama untuk memaksimalkan pertumbuhan jiwa....dan hal tersebut adalah ide yang baik.

Sisi lain dari kehilangan orang terkasih adalah, saat anda pikir kematian adalah akhir (dari segalanya).  Cinta yang anda berikan pada orang terkasih tersebut tiba-tiba terdampar di suatu tempat, berhenti.  Hal ini sangat tidak nyaman, sebab cinta harus mengalir, berjalan. Semburat. 


belum selesai................



Jakarta, 30Okt2013













No comments:

Post a Comment