November 08, 2013

Nafas dan Pikiran



Baru belakangan setelah mendapat serangan penyakit diare yang menuntunku untuk istirahat membuatku secara tidak sengaja mendengar nafasku sendiri saat berbaring di tempat tidur. 

Setelah capek tiduran lebih dari enam jam ternyata mata ini sudah ndak mau kompromi untuk memejamkan beristirahat bareng dengan otak yang mulai nggeratak mau menilai, membandingkan, mencari, menganalisa, membongkar atau bahkan mempertanyakan. Waduh, ternyata membuat istirahat badan fana ini ndak mudah ya.

Benar kata orang-orang tua bahwa banyak pikiran adalah sumbernya penyakit. Mulai dari penyakit bersandiwara, berandai-andai, berimajinasi, lalu kemudian turun ke hati menurunkan iri, dengki lalu membenci dan kemudian dendam dan kalo sudah kesumat maka jadilah ini sumber penyakit. Ya jelas banyak lah jenisnya, tergantung, mau yang mana.

Belajar dari salah satu bapak therapis yang pernah saya temui di training pak Rhenald Khasali, yakni pak Bobby Laluyan menyampaikan hasil pengalaman dan teorinya membagi dalam beberapa penyakit psikosomatis:

·         Pertama:  Conflict Syndrome, nah ini menarik sebab paling banyak dan umum ditemukan diantara kita, he he he, saya pun ada. Monggo diperiksa bersama barengan ya. Konflik ini terjadi karena adanya pertentangan antara rasio, pikiran, logika, atau menurut hitungan kita adalah wajarnya, mustinya dan seterus; yang dipertentangkan dengan hati, rasa, roso, atau apapun yang ada dalam bathin, suara hati dan seterusnya.

o   Menjadi seru misalnya, lho kalo saya yang duluan masuk ke perusahaan, mustinya teman A yang masuk belakangan kan belum ditawarin untuk naik pangkat dong. Kok bisa-bisanya saya dilewatin? Ini yang ndak bener mana yak? saya yang ndak potensia? prosedurnya yang ndak jelas, atasannya yang pilih kasih atau A main dukun pake kecubung kasian yak? Wah ndak bener nih.... Lalu kepikiran terus, mencari terus, membandingkan terus, membongkar cari sana sini tapi ndak tanya ke official bagaimana agar saya menjadi potensial, melainkan bergunjing bergosip. Wah cocok deh.... Maka konfliklah bathin dengan rasio.

o   Bagian badan yang diserang adalah: mulai dari kepala, bisa migrain sebelah, sakit kepala belakang, pusing atau kliyengan; leher, bisa terjadi leher tegang, dikira karena asam urat atau kolesterol naik; dada, bisa terjadi dada sakit sebelah kiri atau kanan, atau sesak nafas, atau malah dikira ini ada serangan jantung; perut, bisa terjadi mulas-mulas buang air, sebentar-sebentar pipis, atau justru mulas tambah mual. Atau bisa terjadi kombinasi dari beberapa ini. Monggo diperiksa lagi mana kebiasaan kalo kena stimulan sesuatu atau mendengar atau kesenggol sesuatu lalu bagian badan fana ini mulai sakit.   

·          Kedua: Burden Syndrome: ini juga termasuk banyak tapi ndak sebanyak Conflict di atas, sebab ini justru terjadi bila kita punya ambisi menjadi orang yang terlihat baik, bagus, benar, indah, cantik, keren, yang terkuat, yang terkaya, yang paling mampu, dan banyak lagi....  Menyitir media menyebutnya program "tampilan" saja, tanpa menyentuh esensinya.  Hanya image saja.

o   Dimana syndrome ini dimulai dari tampilan kita maunya terlihat paling "sempurna" di mata masyarakat, di mata orang tua, atasan, atau bahkan desakan mau kelihatan unggul di bidang yang kita geluti.  Karena kalo menjadi nomor dua saja, artinya sudah ndak masuk hitungan. Hayooooo ngaku....  Seringkali ngakunya sebagai perfeksionis, yang sebenarnya bukan karena perfeksionis, melainkan karena ndak berani melakukan delegasi atau ndak rela diri atau kelompoknya "jatuh" di mata penilaian orang lain. Takut salah, takut ditinggal orang lain, takut dicerca,  dan takut-takut yang lain.

o   Bagian badan yang sering dikeluhkan: punggung, terasa berat, terasa ada beban, pegal yang amat sangat; atau dapat pula pinggang, seolah abis mengangkat beban berat sekali, atau setelah memindah barang berat sekali. 

o   Monggo diperiksa lagi, apa pernah mengalami gangguan ini? Yang sebetulnya kita merasa beban karena kita mau ikut mengambil beban orang lain, entah karena kasian, entah karena ndak sabar atau justru ndak rela nilainya jelek, sok perfeksionis. Sambil mengambil "backpack" beban orang lain tapi nggerundel, ngomel, dan bahkan ndak terima, tapi justru tetap dilakukan. he he he

·         Ketiga: Achievement Syndrome atau Reachment Syndrome.  Ini berbeda dengan penyakit psikis di atas, dimana hal ini terjadi saat kita mengimpikan suatu hal tapi belum atau justru sulit untuk tercapai.  Peribahasanya adalah punguk merindukan bulan. Jadi bukannya ndak mungkin sama sekali tapi sulit terjadi. Hanya mukjizat atau keajaiban atau kalo istilah orang Betawi mengatakan,"ye udeh jalannye dah..."

o   Bagian badan yang diserang adalah tangan, kaku-kaku, atau pegal, seperti semutan; jari-jari tangan kaku, seperti kena asam urat, sakit kalo menggenggam; telapak tangan berkeringat; atau bisa terjadi punggung tangan seperti kering dan mengeras.

o   Terjadi misalnya: pernah suatu waktu sahabat saya bekerja pada bosnya sudah lebih dari 5 tahun. Karena sudah merasa dekat, sudah merasa bekerja baik, sudah merasa pantes, dan bahkan sudah merasa berprestasi, maka terbitlah keinginan untuk memperoleh priviledge berupa pinjaman yang nilainya diluar dari aturan perusahaan. Kembali lagi, karena sudah merasa dekat, maka diberanikanlah dirinya untuk bicara informasi tentang keinginannya tersebut. Sang bos tidak menjawab. Tidak mengiyakan, juga tidak mentidakkan. Cuma dikatakan, coba bicarakan dengan bagian HR terlebih dulu. Maka karena merasa mendapat angin, maka keesokan harinya bertanya ke HR, dan dijawab belum ada fasilitas dan arahan dari bos. Maka kecewalah dia dan sempat demotivasi selama 2 minggu. Mutung, ngambeg. Kecewanya sempat ditumpahkan ke saya. Sang bos memang bijak (menurutku), ibarat seorang bapak pada anaknya, tidaklah langsung mengatakan iya atau tidak. Tapi melihat dan meneliti kebutuhan, niat serta kesungguhan.

Dan selama masa penantian tersebut, kecewa dan ngambeg, tapi merasa berhak atas priviledge yang belum tercapai tersebut, sang sahabat tersebut sering semutan tangannya, atau malah berkeringat. Dan kadang-kadang, seperti kena asam urat, dimana kalo bangun pagi jari-jari tangan kaku sukar digerakkan atau bahkan sukar menggenggam.

·         Keempat: Escape Syndrome: ini paling menarik sebab terjadi bila kita merasa ingin sekali meninggalkan arena, meninggalkan suasana yang sudah sangat mengganggu hati, meninggalkan lingkungan yang tidak cocok, konflik atau bahkan merasa tidak diperlukan atau tidak dibutuhkan.  Tapi konflik terjadi karena misalnya ndak bisa pindah, sebab anak-anak sekolah di lingkungan tersebut dan sudah betah.  

o   Atau bisa terjadi, misalnya suasana kantor yang tidak bergairah lagi, tidak bersahabat lagi, sementara penghasilan kita satu-satunya dari gaji berkantor di situ.  Tapi untuk memulai bekerja di luar, sudah merasa tua, merasa tidak siap, merasa akan lebih parah dan gelap kondisinya di luar. Ibarat tawanan yang ingin keluar dari penjara, tetapi kakinya dirantai sehingga tidak dapat keluar.  Dan setiap hari menerima siksaan yang luar biasa. Ingin keluar, ingin menyerah, tetapi ndak bisa. Seolah ndak ada jalan keluar.  

o   Bagian badan yang sering diserang adalah: kaki, mulai dari jari kaki, yang terasa semutan, atau kaku seperti kena asam urat, dimana seperti ditusuk-tusuk ndak bisa berjalan dengan normal; atau pergelangan kaki sakit seperti reumatik; atau lutut, yang sakit seperti kena reumatik; juga dapat paha yang tiba-tiba kaku, atau sakit sekali.

Nah sobat sahabatku sekalian, apakah ada dari teman yang mengalami penyakit tersebut di atas? atau pernah melihat keluarga, atau sahabatnya sendiri mengalami, jangan-jangan memang bukan penyakit fisik saja tetapi bermula dari psikis pikiran rasio yang dihubungkan dengan kondisi hati. Bukan konspirasi hati lho.  
Monggo...


Jakarta 11:24; 8Nop2013

No comments:

Post a Comment