November 08, 2013

Saat ini di tempat ini (be here now)


Ternyata betapa baru kusadari kalo aku ini sungguh beruntung. Hampir pasti dapat dikatakan bahwa aku memang bahagia sebagaimana yang aku mau dan apa adanya.
Coba saja perhatikan, apa yang membuatku ndak bahagia:
·         kalo orang bertanya apa kamu punya pekerjaan? Punya (tanpa tapi..). Sebab ukuran orang bila memiliki pekerjaan, maka terjamin "dapur" bakal terus ngebul. Anak istri ndak kelaparan. Kalo mengikuti "pikiran orang" yang maunya stabil dan tidak goyah... Justru pengalamanku diberkahi Gusti Allah untuk boleh mengalami berbagai macam pekerjaan, berbagai macam peran, kadang memimpin di depan, kadang diasingkan di belakang gudang, kapan waktu didengar omongannya selayaknya sabdo pandito ratu, kapan waktu apapun yang saya ucapkan dicerca habis-habisan, dianggap perongrong perusahaan, ndak becus. Kapan waktu boleh membantu dan kontribusi, lain waktu justru diminta untuk minggir. Menarik sekali, aneka ragam, dikenal, dicerca, dicela, juga diperlukan. Wuih...kumplit. Menyesal? ya jelas ndak dong. Wong ini yang membuatku tetap bersyukur, kalopun mendapat peran, itu semua berkah yang kapan waktu diberikan, dipellihara, kapan waktu lagi diminta tanpa perlu penjelasan. Justru saat ini adalah pengalaman baru dari suatu penugasan, dimana masuk sebagai orang terhormat, tetapi saat ini dikucilkan. Bahkan semakin menarik dan membuat saya bersyukur sebab tiap saat saya merasa bisa "dieksekusi, ditembak mati" perannya sehingga terdorong keluar atau justru (amit2) dikasuskan. Ada rasa ser-ser'an. Seru, asyik kan... Mau yang gimana lagi? Mau apa lagi..?
·         Kalo gitu punya keluarga dong ya? Punya dong (juga tanpa tapi...). Puji Tuhan alhamdulilah sehat semua. Tadi pagi kupandangi istriku, betapa dulu aku mendapatkannya ndak gampang tuh. Bahkan saat kuingat aku ingin jadi pacarnya, betapa dia rela melepaskan pacarnya untuk mau menerimaku. Luar biasa berkah Gusti Allah lewat pasanganku ini, termasuk anak-anak kami yang berkah kami bersama, juga keluarga besar yang saling mendukung dan menyayangi.  Saat anakku paling gede kuliah di luar kota, betapa kusadari bahwa kemilik'anku pada anakku ternyata juga sekaligus kerelaan keikhlasan pada melepas dia untuk lebih maju, berkembang sekaligus mendoakan agar semakin merasa dekat dengan Gusti Allah, yang memang selalu melindungi dan memberkatinya. Tidak terasa pula, anakku kedua telah berangkat SMA, waduh sudah besar. Mandiri pula seperti kakaknya. Tidak terasa air mata ini berlinang, saatku dan istriku melihat kakak beradik bertiga dengan adiknya yang terkecil saling mendukung, mengajari, menjaga dan bahkan saling mengayomi, sekaligus mengingat. Seperti anakku SMA saling bertanya pelajaran pada yang kuliah, demikian pula anakku terbesar bertanya gadget pada adiknya. Juga saat anakku yg besar mengajari adikknya yang kecil untuk berenang, demikian pula adiknya yang kecil kalo membeli donat selalu tiga, satu untuknya, satu untuk mas kedua, dan satu untuk  mas yang besar. Juga anakku yang kedua juga membacakan bacaan untuk ulangan adiknya yang kecil. Dan istriku yang belakangan ini semakin mandiri, dan keluar warnanya. Seakan menutupku yang memang ndak mau aktif di gereja dan lingkungan. Nah, mau apa lagi? Kurang apa lagi? Bukankah banyak hal yang membuatku bahagia....
·         Sehatkah? Sempat kemarin 3 hari sakit kampung menyerangku, diare, yang luar biasa banget deh rasanya. Menarik lagi, ternyata istriku juga mengalami hal yang sama. Lucunya adalah perkiraanku terjadi penyebabnya adalah makanan sejak pagi setelah misa, tapi kok (amit2) anak-anak sehat? Cuma aku dan istri yang kena? Ya itu tadi, wong jowo itu untung terus. Untung cuma tiga hari, untung cuma aku dan istri, untung sekarang sudah sembuh (berangsur pulih). Kalo ditelusur, kayaknya badan fana ku ini self healing. Jadi kemrungsung hatiku ini yang sudah berlangsung beberapa lama ini, terkubur di alam bawah sadar, muncul dan diingatkan berbentuk sakit perut. Yang ternyata aku butuh sabar, butuh orang lain, yakni istriku dan dokter (ahlinya), juga beruntung adanya anak-anak yang sehat. Kurang apa lagi? Bukankah sudah buanyak sekali alasan untuk merasa bahagia kan?
·         Punya tempat tinggal? Punya, menariknya kami masih diperkenankan tinggal bersama dengan mertua. Bukankah ini berkah. Mana ditambah lagi anak-anak kami benar-benar-benar dianggapnya cucu sendiri. Kalo mau dikatakan taken for granted, ya inilah aku. Mana terpikir kami menikah dan boleh tinggal bareng berkeluarga? Sempat suatu waktu istri ingin ikut menata rumah dan merombak beberapa bagian, dan akhirnya rumah kami yang di luar kota kami putuskan untuk renovasi. Jadi, minta apalagi, kurang apa?
·         Kendaraan? Wah ini mah apalagi namanya kalo bukan berkah. Cita-cita zaman kecil pengin punya motor harleh sudah terwujud, pingin yg antikpun sudah terwujud. Ditambah lagi anak-anakku justru sekarang ketularan memelihara baik vespa maupun si harleh tersebut. Mau ditambah lagi, saat ini untuk keperluan sehari-hari, ada mobil kantor, untuk keluarga juga sudah ada. Bahkan ada kendaraan kedua bila ingin lebih luas.  Bis lah yaau.... Masih kurang, saat ini sedang membangun mobil kuno yang memang kutunggu dan ditunggu pula oleh kedua anakku. Mesin menggelegar, langka, sudah repaint, pokoknya seru deh. Mau apa lagi? Kurang apa? Jelaskan, kenapa kusebut ini bahagia. 
·         Hobi lain, menyenangi musik, maka kupunya alat-alat musik mulai dari piano istriku, gitar bolong, gitar listrik ada, lengkap dengan efek gitarnya, ada flute juga, ada klarinet serius, saxophone ini yang terakhir aku mainkan, jenis alto, jenis tenor dan terakhir baritone yang jarang dan aneh buat dimainkan. Dulu sempat belajar trumpet, beruntung saat ini diteruskan anakku yang kedua, dan sudah menjalaninya hampir empat tahun dan sudah mengikuti pertunjukkan sampai ke mancanegara.  Alat lain seperti cajon, bongo, keyboard yang bisa bersuara organ.  Dan yang terakhir ini buat latihan anakku untuk jadi organis di gereja.  Hobiku yang lain adalah foto, yang juga diteruskan oleh kedua anakku yang besar. Untuk olah raga, diteruskan oleh anakku yang pertama, dengan menjadi atlit baseball dan softball, dan sudah mewakili Jakarta junior serta mewakili klub sampai ke Filipina dan Manado, sementara untukku belum pernah singgah sekalipun ke kedua tempat tersebut.  Hayo kurang apa, opo ndak dikatakan berlebih berkelimpahan berkahNya sang Gusti...
Melihat dan menelaah hal-hal juga kejadian serta pengalaman tersebut di atas, maka kalo ku memutuskan untuk bahagia kalo ini atau itu yang belum tercapai, maka hal tersebut adalah suatu penghindaran, suatu pengejaran juga suatu kenistaan sekaligus kesia-siaan.
Betul bahwa dalam perkataan orang saleh, penting dan bijak menyebutkan bahwa You are happy, as is. Perhatikan, bukannya you were happy atau you will be happy. Ndak perlu syarat-syarat apa-apa lainnya.  Apa adanya.....
Monggo sahabat, telusur hidupmu apa yang sudah ada disekitarmu. Bukan apa yang seharusnya disekitarmu. Atau apa yang belum ada disekitarmu.


Jakarta 12:37, 7Nop2013

No comments:

Post a Comment