April 03, 2016

Hanya titipan dan saluran

Saat ku berdoa pada Tuhan sore ini, betapa Gusti membukakan pikiran, rasa dan rosoku bahwa apa yang ada padaku semuanya adalah titipan dan harus disalurkan pada sesamaku, pada lingkunganku dan pada Tuhanku sesuai waktunya.

Tenaga pada saudara dan tempatku berkarya. Waktu untuk mendampingi anak2ku. Juga untuk membantuku mengajar pada sekolah. Materi untuk pemerintah, untuk asistenku, untuk pendidikan dan tempat berkarya baik keluarga maupun orang2 yang membutuhkan. Hati untuk orang2 yg kekasih, perhatian untuk sesama.

Kendaraan, rumah, dan lain materi tidak akan pernah menempel dan menjadi milikku.

Tenaga, waktu, perhatian serta kasih cinta tidaklah pantas menjadi klaimku atasnya.

Kenyamanan, kesenangan, security dan hak lainnya tidaklah pernah menjadi targetku sebenarnya.

Jadi apakah sebenarnya yang kutunggu? Siapakah yang kutunggu? Mengapa ku menunggu?

Tawa, sedih, takut, khawatir, bahagia adalah wujud rasa dan roso yang HANYA ingin ku menahan semua berkah apapun tadi untuk sejenak kunikmati dan  bahkan kuingin menahannya lebih lama.

Mohon ampun Mu Gusti atas sikapku ini. Bantu aku menbali menjadi penyalur dan pembawa Mu. Amin

Jakarta 18.27 Gereja Santa