November 08, 2013

Menembus Diri



Membaca tulisan Romo Sudrijanta tertanggal 6 Oktober 2008, yang berjudul "Menembus Hakekat Diri yang Tak-Berhakekat" dengan secuplik sebagai berikut:

Ada sesuatu di dalam diriku yang secara sempurna tidak melekat, halus dan lembut. Ia tidak dikotori oleh apapun. Ia seperti danau yang dalam yang tanpa tepi dan tanpa dasar. Pikiran dan perasaan adalah seperti gelombang air di permukaan. Di bawah permukaan, tidak ada riak gelombang. Segala sesuatu diam. Sekali gelombang berhenti dan air menjadi tenang, kita bisa melihat gerak yang mahaluas dan sadar apa yang hidup di sana. Itu adalah gambaran Diri Sejati yang kita sadari saat kita terlepas dari segala proyeksi dan kemelekatan.
Betapa membaca kutipan ini menjadi teringatku pada salah satu resolusi awal tahun 2013, setelahku bersama dengan keluarga menyepi di Losari, sebuah desa di Magelang.  Sebab dari pengendapanku karena pengalaman roller coaster 3 tahun belakangan ini, yang tertinggal dan sangat menggangguku adalah begitu mudahnya aku goyah baik pikiran dan perasaan karena gelombang laut. Dan benarlah ternyata gelombang laut ini merupakan penampilan luar, dan tampak luar dari semua yang boleh ditangkap oleh panca indera plus. 

Dimana menjelang akhir tahun ku akhirnya melakukan dan mengambil keputusan untuk "berserah diri" padaNya Sang Maha Pencipta,"Ya Gusti Allah, ku serahkan diri, pikiran, mental juga rasaku pada Mu. Karena Engkaulah Maha Tahu dan Maha Kasih pada seluruh umatMu."

Sehingga muncullah keinginanku untuk belajar menyelam, dan sudah kusampaikan pada pak Made, dan rencananya adalah April 2013, tetapi pada kenyataannya waktu pembelajaran tersebut tidak terjadi. Karena aku memasuki masa isolasi dan pengucilan. 

Ingatku saat ditanya pak Made, sahabatku, kenapa pengin belajar menyelam pak? Kujawab: karena selama ini kalo saya naik kapal, menjadi takut melihat dan merasakan gelombang baik kecil maupun besar, merasa terombang-ambing. Dan menurut saya kalo bisa menyelam, diving, di dalam laut tersebut sebenarnya tenang, hanya arus yang tidak terlihat.  Tetapi ganasnya ombak yang bergelora tidak lah tampak dan terasa. Melainkan derasnya arus yang tidak terasa. 

Saat ini setelah hampir 6 bulan lebih ku diisolasi, dengan berbagai gelombang besar dan kecil yang dilakui, maka berkah sebab dalam 2 bulan terakhir aku memutuskan untuk berenang ke dalam. Menyelam. Diving. Yang terasa adalah tenang, dengan menemukan diri. Dan mempersatukan arus air dengan gairah dalamku.

Diperkuat dengan sudah 3 hari kulihat anakku terkecil yang mulai belajar menyelam di kolam renang. Dan tampaknya menyenangkan.  Oooo ternyata ini tho maksud belajar nyilem ini? Menyelam...  

Terima kasih Gusti....


Jakarta 15:19, 7Nop2013

No comments:

Post a Comment