November 18, 2013

Apa yang hilang?


Baru saja mendengar salah satu rekan sahabat saya, bercerita bahwa ada tugasnya sekarang diminta untuk mengalihkannya. 

Waduh apa yang terjadi?

Apakah tugas tersebut begitu penting sehingga bagian lain yang mengerjakannya ? Kedua, tugas koordinasi yang biasanya merupakan tugasnyapun saat ini telah diserahkan pula.

Lalu dijelaskan pula bahwa salah satu anggota tim terbaiknya akan pergi untuk mengubah nasib mencapai yang lebih baik. Dia begitu bangga dan perih dalam menceritakannya. Bangga karena membuat sang anak mentas dan berani menghadapi hidup selanjutnya. Perih karena ditinggalnya, sekaligus disaat yang sama kondisi rumah tangga ini sedang ndak harmonis, yang notabene tidak bisa diubahnya agar lebih kondusif.
Ibarat orang tua yang musti mengikhlaskan kepergian anaknya untuk mengarungi hidup lebih baik, sementara untuk dirinya sendiri makan saja belum cukup. 

Lebih mengenaskan hati, karena dia masih muda, sehingga aku ndak rela bila dia patah arang. Apalagi nanti akan menyalahkan keadaan. Kudoakan semoga dia segera diberkahi Gusti Allah untuk bangkit, dan segera menapakkan kakinya di dunia yang indah ini.

Disampaikan cerita di atas sekaligus menjelaskan permintaan maafnya sebab dia sudah ndak mungkin lagi mendukungku. Tanpa sepatah katapun terucap, seolah kerongkonganku tercekat. Kering.

Hanya kalimat sekaligus doa ini yang terlontar,"mas, semoga Gusti mberkati mas selalu. Yakinkan bahwa Gusti yang mengambil, Gusti Allah pulalah yang mengisinya nanti. Amin."


Jakarta, 12:00, 18Nop2013

No comments:

Post a Comment