November 25, 2013

Cermin Diriku

Jadi ingat saat almarhum guruku pernah menyampaikan, bahwa semakin kamu gali kedalamanmu, akan kamu temui dirimu yang semakin kabur, makin hilang dan makin menyatu dengan alam. Tidak berwujud tapi ada. Hadir. Di sini, saat ini. Be here now.

Menarik saat ku perhatikan, menyimak, sobatmu bicara, (biasanya) membicarakan (kejelekan) orang lainnya lagi. Dengarkan (bahasa Inggrisnya: listen, bukan hear). Artinya menyimak. Betapa tertangkap olehku bahwa ternyata yang dia bicarakan adalah kejelekannya sendiri. Terperanjatku dibuatnya....

Ternyata kalo kita hadir, sadar, menyimak setiap kata yang kita kirim ke orang lain, itu sebenarnya menyampaikan keadaan kita.

Contohnya sebagai berikut: ini kalo aku yang bicara....dan mencoba sadar, serta menyimak....

"bu, tadi aku kok ndak seneng ya disindir. ditegur bahwa aku orangnya sembarangan, ndak peduli juga ndak perhatian ke orang lain..." demikian pernah kusampaikan pada almarhum ibuku saat ku SMA.
Menyimak kalimat di atas, ternyata apa yang kusampaikan benar adanya. Padahal aku maunya ibu membelaku bahwa ndak benar aku seperti yang disampaikan temanku itu....

Pantas kalo di filem detektif, sang polisi selalu menangkap penjahat dan mengatakan,"you have the right to remain silent.  Anything you say will be used to be against you."

Jadi inget deh, saat mbah Dewi di Madiun dulu pernah menyampaikan, bahwa silent is golden.  

Kelihatannya silent ini bukan maksudnya diem saja, cicing wae, atau ndak peduli, melainkan diam yang merenung. Mengendapkan. Hadir. Sadar.

Demikian juga saat ku pernah berkata,"aku benci dengan gayanya si X tuh. Kelihatannya sombong. Snob, sok. Emang cuma dia yang kuasa. Emang cuma dia yang (isi sendiri) .....dst"

Bukankah ini berarti ketidaksukaan kita karena ego kita berbenturan dengan ego dia. Sementara menurut almarhumah ibu menyampaikan bahwa benturan ego sebenarnya terjadi bukan karena egonya beda atau tumburan. Melainkan karena "gaya" egonya sama. Beradu. Ibarat magnet, kalo utara dengan selatan kan saling melengkapi, tapi kalo utara dengan utara kan saling bertolakan.

Juga jadi inget hal ini sewaktu itu pernah sampaikan, Dik, kamu tau kan, kenapa bapakmu "keras" denganmu. Itu bukan karena bapak ndak suka dan ndak sayang kamu. Itu tandanya karena kamu dan bapak itu "sama". Dan karena "kesamaan" itu, bapak ndak rela kamu mengalami hal2 (buruk) yang bapak pernah alami. Sehingga keluarnya, seolah marah, padahal itu kepedulian seorang bapak pada anak lakinya.....
Hayooooo masih kurangkah cermin ini disampaikan.  

Pantas kan, kalo ada peribahasa,"buruk muka cermin di belah." Lha jelek-jelek muka sendiri kok menyalahkan cermin. Ya mending jangan ngaca dong.  Tapi pesannya adalah justru ngaca biar tau kalo aku juga jelek. Terima aja. Accept it.  Resapi. Endapkan.....

Monggo.....



Jakarta, 10:52, 25Nop2013

No comments:

Post a Comment