December 02, 2013

Menjadi Baik (Good) atau menjadi Terbaik (Great) di suatu bidang

Mengingat suatu buku Jim Collins from Good to Great, ada yang menarik dari hal yang disampaikan Sean Hyman, bahwa meningkatkan Kemampuan kita (Ability), urutan berikutnya adalah akan membuat kita sejahtera (Wealth) dan pada gilirannya akan membuat kita berlimpah untuk menjadi saluran berkat bagi umat manusia sesama kita (Bless others).

Bukankah hal ini merupakan tujuan kita hidup didunia? Memulai dari diri kita, mensyukuri berkah dari Gusti Allah yang dilimpahkanNya pada kita, lalu dengan niatan tulus dalam membantu sesama, mengangkat harkat martabat sesama, maka hati dan pikiran kita mengarahkan kita menjadi saluran berkat. 

Bila tujuan dan motif kita adalah untuk agar kita dilihat orang lain, maka sudah barang tentu keterkenalan langsung diperoleh, tetapi ini sifatnya sangat dangkal dan instant. Tetapi begitu kita memilih untuk membantu dengan niatan tulus, insya Alah, dengan perkenan Gusti Allah Tuhan, kita akan memberikanNya lebih berlimpah. Karena kita lakukan tanpa pamrih. Sudah dengan ikhlas, dan doa agar dapat membantu orang lain.

Salah satu anjuran almarhumah ibu dan almarhum bapak semasa ku kecil antara lain, bantulah orang yang kemungkinan besar dia ndak dapat membalasmu. Maka kamu akan terhindar dari pamrih, dan fokus hanya untuk membantunya saja semata.  That's it.

Jadi ingat sekitar tahun 2008, dimana pernah saya menghadiri suatu seminar, dengan pembicara Bp Jo Simatupang, yang mengatakan bahwa banyak orang yang merasa sudah memiliki good life, seringkali sudah tidak mau melihat bahwa beyond kehidupannya adalah great life. Tetapi karena sudah merasa berada di comfort zone, maka tidak bersedia lagi untuk fight, sehingga shifting ke great life

Bukannya mengajak kita menjadi tidak pernah puas pada suatu kondisi atau keadaan pemenuhan kebutuhan needs kita menjadi keinginan wants, tetapi selayaknya hidup ini diperjuangkan sehingga tujuan kita hidup di dunia ini (purpose of our life) masing-masing adalah seoptimal mungkin yang dapat kita capai. Sebagai maksud dan makna kita manusia ini diciptakanNya. 

Push it to the limit, beyond our fear. Could be just one more step to open THAT door.

Seperti buku one degree yang membuat air panas menjadi uap air, saat menambahkan satu derajat dari 211 derajat fahrenheit ke 212 fahrenheit.  Nah....maukah kita? anda?

Monggo...



Jakarta 11:48, 2Des2013

Do you love money?

Pertanyaan ini menarik begitu saya buka-buka situs, menemukan dan membaca Sean Hyman, salah satu host CNBC yang telah menemukan rahasia pengelolaan keuangan dari kitab suci bahkan merupakan salah satu yang diterapkan oleh Raja Sulaiman (Solomon). 

Menjadi pertanyaan pertama adalah,"apakah anda mencintai uang (do you love money)?".  Sebab dibongkar dari kitab suci dan banyak kejadian, sumber keserakahan dan tindakan sembrono termasuk didalamnya manipulasi dan korupsi adalah kecintaan akan uang, akan materi. 

Kitab suci menuliskan, "The love of money is the root of all evil". Kecintaan akan uang adalah akar dari segala kejahatan.

Perlu membongkar arti cinta tersebut. Sebab bila kita menemukan arti cinta tersebut dengan sebenarnya, maka akan dapat diarahkan pada hal yang berguna, sekaligus dari cara maupun tujuan yang baik. 

Cinta menurut bahasa Yunani, Philargyria yang artinya adalah keserakahan atas uang atau keuntungan material.  Jadi jelasnya adalah bahwa keserakahan ini mengarahkan kita pada kecintaan yang tidak proporsional lagi yang menyebabkan cara dan tujuan kita berbeda dari kemaslahatan umat, atau menjadikan kejahatan akar dari tindakan kita. 

Raja Sulaiman mengatakan,"looking well into the matter."  Hal ini mengajak kita untuk menekuni dan meneliti dengan baik dan bijak semua yang ingin kita masuki.  Sehingga tidak semena-mena dan serta merta membutakan kita akan janji dan buaian gimmick keuntungan instan. 

Godaan ini bisa terjadi pada semua orang, termasuk yang kaya dan golongan terdidik. Zaman serba instan ini mengoyahkan banyak orang, dengan godaannya yang dapat meruntuhkan hati.  Apalagi dengan ilmu komunikasi yang baik, yang dibawakan dengan santun, kelihatan terpercaya. Tetapi apakah kita telah menelitinya sebagaimana pesan dari Raja Sulaiman salah satu orang terbijak di dunia yang pernah ada.

Menarik juga dibahas, ternyata kecintaan pada uang (love of money) ada di dua arah:

Pertama, kecintaan akan uang sehingga mendorong orang untuk melakukan hal-hal kreatif yang mengintimidasi orang lain secara elegan dan gradual, dengan iming-iming cara kaya mudah, murah dan cepat. Bahkan kalo dengan mempengaruhi orang lainpun akan dilakukan. 

Kedua, bila pada pertanyaan tersebut kita jawab dengan, tidak, saya tidak mencintai uang sedemikian brutal sehingga saya lebih memilih yang safe aja. Hal ini sebenarnya juga karena saking cintanya, maka melakukannya dengan cara defensif dan "menyimpannya di bawah bantal", dan ikut menyumpahi cara-cara investasi yang membuat orang menjadi lebih kaya. Ini juga merupakan penyakit yang tidak baik.  Malah saking takutnya, dia ndak akan ikut investasi apapun dan malah menghindari apapun yang berbau investasi, penempatan dana, tabur tuai dan seterusnya.  Hal ini hampir mirip dengan cerita talenta dari kitab suci yang karena hamba yang dipercayakan "hanya" satu talenta merasa tuannya jahat, curigaan, tidak percaya pada hambanya, sehingga orang tersebut tidak hanya curiga dan benci pada tuannya, tapi juga membenci dan iri dengki pada hamba lainnya yang dipercaya memperoleh dua talenta dan lima talenta. 

Bayangkan, dengan hidupnya sendiri saja sudah demikian dibencinya, apalagi hidup orang lain. Boro-boro merasakan berkah tetap boleh hidup (dengan tuannya) dan bersyukur atas semua apa yang diterimanya. Yang ada kepercayaan tersebut malah dibalasnya dengan curiga dan kebencian hati.  Wow... familiar kan dalam hidup sehari-hari.

Hal yang penting untuk ditulis di sini adalah, tuan tersebut telah mempercayakan uang talentanya pada hamba-hambanya sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Demikian berkah Tuhan pada kita ciptaanNya, tentu sudah disesuaikan dengan kemampuan kita masing-masing. Buat apa iri dan dengki bahkan memiliki prasangka buruk? Push it to the limit, dan pintu ITU akan dibukakan untuk kita demi kemaslahatan umat sesama kita. 

Jenis ini, mengarahkan pada tipe "victim" atau korban, karena merasa dirinya orang paling apes yang hidup di dunia. Self pitty nya tinggi. Semboyannya adalah,"what's in it for me?" Apa untungnya buat saya?  Atau jenis kategori out-in. Ketergantungannya (pada hal lain/diluar dirinya) besar sekali.

Kalo jenis pertama di atas adalah jenis in-out, yang berani mengorbankan orang lain, karena "hati dan pikirannya" tertutup kabut (kecintaan akan uang/materi). Kemandiriannya lebih besar dari jenis kedua, tetapi bila hati dan pikirannya (miring) maka akan mengintimidasi orang lain untuk kepentingannya sendiri. 

Hal ini mengingatkan saya pada beberapa buku tentang berkah, rasa syukur, kerelaan, keikhlasan, saluran berkat, ketamakan, baik yang ditulis oleh Ahmad Chodjim, maupun Osho, Romo Sudrijanta, Tony Stubbs, Romo Anthony De Mello, Arvan Pradiansyah, Bang Rhenald Khasali, Bobby Laluyan, almarhumah Ibu Soegeng dan almarhum Bapak Soegeng, sebagai berikut:

Apa yang engkau miliki, karena ketamakan, sehingga tidak ada rasa syukur, tidak ada bela rasa, dan bahkan saat melihat orang yang membutuhkanpun engkau hindari, maka apapun yang engkau miliki akan Kuambil. Sehingga dalam kekuranganpun karena engkau mempertahankannya, akan Ku minta semua.   Dan engkau yang dengan sadar hati dan pikiran, bahwa semua yang kau alami, kau miliki, juga kau pegang itu adalah berkah Gusti Allah, yang dengan sadar dan dengan mudah kau salurkan pada umatKU dan sesamamu, maka apapun yang kau miliki tersebut akan Ku limpahkan
Lucu bukan? Justru saat kita yang kekurangan, karena takutnya berkurang, maka akan tetap dimintaNya, sedangkan untuk telah berkelebihanpun, karena merasa semua adalah PINJAMAN Gusti, maka apapun yang dipegangnya tetap di-LIMPAHKAN-Nya.

Melihat bahasan dan pelajaran di atas, terlihat bahwa menjadi sadar itu adalah pilihan, jadi tetap menjadi satu dengan keduniawian, juga pilihan. 

Monggo.....



Jakarta, 10:52, 2Des2013

November 28, 2013

Sepinya Pasar


Tadi pagiku diberkahi rasa roso ada di tengah pasar tumpah di Ciputat.

Becek, ramainya penjual dan pembeli, semangat, terangnya matahari menyinari serta bau keringat orang lalu lalang membuatku bangun, sadar dan segar. 

Hayuk jalan....demikian suara seseorang yang merangkulku untuk mengajak berjalan.  Hijrah. Migrate, migrasi. Pergi dari sini.  Bisiknya....

Monggo......




Jakarta 08:11, 28Nop2013

Sesuai Tapi Tidak Sedahsyat Perkiraan


Orang bilang life begin at 40. Beberapa buku dan cerita yang kubaca, bilangnya puncak perjalanan hidup seseorang ada pada usia 40 tahunan.

Rupanya kalimat di atas terpotong, sebab menjalani menapaki jalan menuju puncak tentu juga melalui lembah, bukit, juga jurang-jurangnya.  Nah ini yang ingin ditambahkan, sehingga menariknya justru komplitnya menu di usia empat puluh tahunan. 

Ibarat kita bisa mencecap rasa manis dengan lebih utuh kalo telah merasakan asam, pahit juga hambar.  

Demikian pula kalo makanan kita manis semua, maka tentu lama-kelamaan akan kebal, kebas, juga bosan jemu, yang akhirnya akan ketemu il-fil deh.

Bersyukur aku menjalaninya.  Betapa Gusti memang selalu ada dan hadir untuk kita. 

Amin.



Jakarta 08:07, 28Nop2013

Nah kan akhirnya


Selama ini rasa ini yang kutakutkan.  Hal ini yang kalo bisa dihindari.  Cerita dan informasi ini malah kalo bisa ndak usah sampe ke telingaku.

Kupikir dulu begitu disampaikan, pasti aku lemas, aku lemah, aku pingsan, aku marah, aku benci, aku dendam, aku pasrah, dan juga aku berontak. 

Ternyata saat memang hal ini kudengar sendiri walau bukan dari beliau orisinalnya, tapi sudah disampaikan oleh pejabat yang berwenang.  Bukan pula karena kebetulan, tapi memang selama ini hubunganku dengan beliau-beliau cukup dekat, santun, dan profesional. 

Tadinya kata-kata itu kulihat, kupandang dan kupikirkan seperti pisau guilotine yang tajam sampe-sampe leher orang saja putus saat dieksekusi... tus tus tus.....

Tapi indahnya dan eloknya saat kudengar sendiri.  Puji Tuhan ternyata kata-kata vonis yang keluar itu bagaikan jabat tangan erat dari dua sahabat yang sepakat untuk berpisah karena berbeda prinsip saat ini di sini. 

Ku hanya pandangi bahwa ini pun hanya sementara.  Lho maksudnya bagaimana sih? Lha iya lah, lha wong semua kejadian di dunia kan sementara. Sebentar senang, lalu biasa lagi. Sebentar susah sedih, lalu biasa lagi. Demikian sebentar pisah lalu biasa lagi, juga sebentar ketemu lalu biasa lagi. Jadi kembali ke makna kata sementara ini adalah bahwa ndak ada kejadian yang pasti, dan tidak berubah. Lha wong kita tetap di sini saja, satu menit lalu, kejadian nya segera usang, segera berubah, baik tempat kita satu menit lalupun sudah ndak sama. Kondisi kitapun satu menit lalu juga ndak sama. 

Kembali lagi, jadi akankah kita bertemu dan bersama lagi serta bersepakat lagi? Hanya Tuhan yang tahu.

Hasta la vista my dear. See you in another world

Doaku menyertaimu selalu.



Jakarta 19:13, 27Nop2013

Bebas


Sejak bangun pagi ku digelendoti oleh kata yang demikian powerful, bebas, freedom, free, lepas melayang.
Kenapa sih kita pengin bebas? Bukankah bebas itu sudah menjadi bagian dari kita, manusia bebas.  Mau bebas yang gimana lagi?

Telanjang ndak ada aturan? Sepak sana sepak sini?

Ato justru bebas karena kita merasa adanya tali jerat rantai tembok laut yang menghalangi kita? Sementara ini, apa pernah mencoba bicara mendalam dari hati-ke hati dengan sel-sel tali, jerat, rantai, tembok dan laut?

Apa iya mereka diciptakan untuk menghalangi kita? Bukankah kita sendiri yang "memasang" dan "mengenakan" tali, rantai, tembok, dan laut itu sebagai batasan kita?

Lha panca indera saja bisa mencium, merasa, mencecap, melihat, mendengar, apa saja tanpa filter. Tidak perlu filter. 

Sang filter sendiri itu kan pikiran kita.  The mind, kata orang sononya.  Kalo pikiran saja sudah membatasi kita, apakah kita sendiri sedemikian manut, setuju, dan mau diatur oleh pikiran kita sendiri?

Bukan kah kita sendiri lebih dari pikiran kita? Lha kita diciptakan oleh Sang Maha tersebut sesuai dengan citraNya.  Mosok kita yang membatasi sendiri. Ya jelas sudah pasti ndak sesuai lagi dong dengan Citra Gusti Allah tersebut. 

Inget aku, saat kecil, bapak mengatakan,"Le kowe musti biso ngatur uripmu dewe." Kan artinya yang mengatur ya musti kita sendiri.  Tapi bukan berarti mengecilkan (diri) kita kan?

Kalo pimpinan kita bilang,"kamu tidak peduli dengan lingkunganmu." Apa iya dia menjelaskan bahwa yang musti dipedulikan ya omonganya saja? Lingkungan itu masyarakat yang mana? Apa iya masyarakat peduli dengan kita? Apa lingkungan ndak bisa berubah? Lha wong aku satu menit lalu bukan aku yang sekarang detik ini, di sini.  Mosok orang bisa bilang kalo kamu MUSTI BERUBAH. Padahal ndak disuruh saja memang sudah berubah.

Seperti di jalan raya, saat kita menyeberang jalan raya, saat kita menyeberang. Mobil motor yang tadi hampir menyerempet orang.  Apa bisa dikatakan bahwa itu ndak berubah dari waktu ke waktu, di tempat yang sama saja sudah berubah.

Umur satu menit lalu dan saat ini sekarang saja sudah berbeda.  Apa ini bukan berubah?  Tadi lapar, sebentar lagi kenyang, kelihatannya sudah mulai mulas ini perut, dan seterusnya.  Mosok dikatakan kamu musti berubah?

Kurang bebas apa? Kurang berubah apa? 

Jangan-jangan maksudnya berubah dan bebas dengan penuh kesadaran. Nah ini mungkin maknanya yang lebih dalam. 

Monggo....



Jakarta 07:54, 26Nop2013

Melayang


Saat pikiran membebani, bertanya, mencoba mencari jawab, saat itu pula harap dan kekhawatiran terus mengemuka.

Lepas, ikhlas, rela dan bebaskanlah yang membuat jiwa ini terbang melayang semburat.

Makin inginku akan penjelasannya sebening harap ini, makin terseretlah aku dalam terang yang ternyata kubangan lumpur itu. 

Makin ku jauhi dan ku tolak tanya penjelasan ini, makin ku terang dan lepas.

Sssssstttttt

Diamlah

Senyapku menelungkup dalam ramainya pikiran.

Sunyi, lembut, wangi semerbak seperti segarnya buah citrun yang baru terkena mata pisau pertama kali

Telanjangku bebas, selepas riang dukaku.

Datar ndak tau apa namanya.

Mungkin ini nama bila jiwa dalam pelukan sang Gusti.



Jakarta 19:17, 25Nop2013

November 25, 2013

Cermin Diriku

Jadi ingat saat almarhum guruku pernah menyampaikan, bahwa semakin kamu gali kedalamanmu, akan kamu temui dirimu yang semakin kabur, makin hilang dan makin menyatu dengan alam. Tidak berwujud tapi ada. Hadir. Di sini, saat ini. Be here now.

Menarik saat ku perhatikan, menyimak, sobatmu bicara, (biasanya) membicarakan (kejelekan) orang lainnya lagi. Dengarkan (bahasa Inggrisnya: listen, bukan hear). Artinya menyimak. Betapa tertangkap olehku bahwa ternyata yang dia bicarakan adalah kejelekannya sendiri. Terperanjatku dibuatnya....

Ternyata kalo kita hadir, sadar, menyimak setiap kata yang kita kirim ke orang lain, itu sebenarnya menyampaikan keadaan kita.

Contohnya sebagai berikut: ini kalo aku yang bicara....dan mencoba sadar, serta menyimak....

"bu, tadi aku kok ndak seneng ya disindir. ditegur bahwa aku orangnya sembarangan, ndak peduli juga ndak perhatian ke orang lain..." demikian pernah kusampaikan pada almarhum ibuku saat ku SMA.
Menyimak kalimat di atas, ternyata apa yang kusampaikan benar adanya. Padahal aku maunya ibu membelaku bahwa ndak benar aku seperti yang disampaikan temanku itu....

Pantas kalo di filem detektif, sang polisi selalu menangkap penjahat dan mengatakan,"you have the right to remain silent.  Anything you say will be used to be against you."

Jadi inget deh, saat mbah Dewi di Madiun dulu pernah menyampaikan, bahwa silent is golden.  

Kelihatannya silent ini bukan maksudnya diem saja, cicing wae, atau ndak peduli, melainkan diam yang merenung. Mengendapkan. Hadir. Sadar.

Demikian juga saat ku pernah berkata,"aku benci dengan gayanya si X tuh. Kelihatannya sombong. Snob, sok. Emang cuma dia yang kuasa. Emang cuma dia yang (isi sendiri) .....dst"

Bukankah ini berarti ketidaksukaan kita karena ego kita berbenturan dengan ego dia. Sementara menurut almarhumah ibu menyampaikan bahwa benturan ego sebenarnya terjadi bukan karena egonya beda atau tumburan. Melainkan karena "gaya" egonya sama. Beradu. Ibarat magnet, kalo utara dengan selatan kan saling melengkapi, tapi kalo utara dengan utara kan saling bertolakan.

Juga jadi inget hal ini sewaktu itu pernah sampaikan, Dik, kamu tau kan, kenapa bapakmu "keras" denganmu. Itu bukan karena bapak ndak suka dan ndak sayang kamu. Itu tandanya karena kamu dan bapak itu "sama". Dan karena "kesamaan" itu, bapak ndak rela kamu mengalami hal2 (buruk) yang bapak pernah alami. Sehingga keluarnya, seolah marah, padahal itu kepedulian seorang bapak pada anak lakinya.....
Hayooooo masih kurangkah cermin ini disampaikan.  

Pantas kan, kalo ada peribahasa,"buruk muka cermin di belah." Lha jelek-jelek muka sendiri kok menyalahkan cermin. Ya mending jangan ngaca dong.  Tapi pesannya adalah justru ngaca biar tau kalo aku juga jelek. Terima aja. Accept it.  Resapi. Endapkan.....

Monggo.....



Jakarta, 10:52, 25Nop2013

Rusa dan Singa


Melihat tayangan kejam, buas dan bengis di layar TV, dimana seekor singa mengejar sekawanan rusa.
Membayangkan saja, sudah ngeri. Apalagi merasa diri sebagai rusa. Lho kok menjadi rusa? Kok bukan singanya?

Nah ini yang menarik, ternyata ada dorongan dari dalamku yang merasa terpojok, di-zalim'i, dikejar-kejar atau bahkan merasa mau dikorbankan, dicabik-cabik lalu dimakan. Tayangan sedemikian memang sudah diingatkan (dalam bentuk discretions) diawal filemnya bahwa akan ada gambar yang cukup kejam. Sehingga apabila anda menderita sakit jantung, tidak tahan melihat darah, atau gambar kekejian, mohon tidak menonton.

Mencoba menggali hidup, kok ternyata banyak dari ku yang melihat sisi yang lemah ya? Apa memang manusia ini demikian lemah? Sampe-sampe kalo kita kuat, kuasa, orang lain merasa bahwa "pasti" dia pake susuk tuh, pake bantuan babi ngep*t tuh, atau dia pake sesajen dari gunung kawi tuh. Dan seterusnya.
Jadi kalo manusia itu kuat, ada sesuatu yang memancar langsung dituduh adanya kekuatan dari luar dirinya yang dia sembah.

Jadi ingat tadi pagi saat membaca cuplikan tulisan Paulo Coelho yang berjudul Promoting the devil, dimana seorang anak yang penasaran karena bapak walikotanya yang demikian terkenal memiliki buanyak harta, demikian berlimpah, juga wanita yang cantik, serta kuasanya demikian luas, sampe-sampe orang-orang menyebutnya dia dibantu Setan tuh... Maka anak itu sampe akhirnya menemui sang setan dan bertanya,"jadi kamu bisa membuat orang kaya, berlimpah harta, kuasa dan punya kekuatan yang luar biasa ya?"  Nah ini menariknya, saat sang setan menjawab,"kok kamu percaya (cerita orang lain) itu, padahal pernyataan tersebut terlontar oleh orang-orang yang mau mempromosikan aku."

Hua ha ha ha ......

Jangan-jangan, malah sang setan pun ndak tau kalo dia dipromosi sedemikan itu. Ato malah sebenarnya orang pikir, cuma setan yang punya kuasa demikian. Lha orang lain ndak bisa dong kalo gitu. Jadi salah siapa kalo hasrat, passion, kegilaan kita dikungkung oleh diri sendiri.

Jangan-jangan, main setan pun hanya untuk orang-orang yang ndak pede. Hi hi hi....

Lha wong kita lahir aja sudah dinasibkan sebagai pemenang. Inget lho dari jutaan sperma, kan cuma satu (sang juara) yang membuahi sel telur itu. Dan itu aku, kamu, anda, dan masing-masing dari kalian semua....sobat sahabat ku tercinta.

Mosok bukti itu masih kurang.....

Monggo.....



Jakarta 10:02, 25Nop2013

the gift of insults


Near Tokyo lived a great Samurai, now old, who decided to teach Zen Buddhism to young people.

One afternoon, a warrior – known for his complete lack of scruples – arrived there. The young and impatient warrior had never lost a fight. Hearing of the Samurai’s reputation, he had come to defeat him, and increase his fame.

All the students were against the idea, but the old man accepted the challenge. All gathered on the town square, and the young man started insulting the old master. He threw a few rocks in his direction, spat in his face, shouted every insult under the sun – he even insulted his ancestors.
For hours, he did everything to provoke him, but the old man remained impassive. At the end of the afternoon, by now feeling exhausted and humiliated, the impetuous warrior left.

Disappointed by the fact that the master had received so many insults and provocations, the students asked: " How could you bear such indignity? Why didn’t you use your sword, even knowing you might lose the fight, instead of displaying your cowardice in front of us all?"

" If someone comes to you with a gift, and you do not accept it, who does the gift belong to?" asked the Samurai.

"He who tried to deliver it",  replied one of his disciples.

"The same goes for envy, anger and insults",  said the master.

When they are not accepted, they continue to belong to the one who carried them.”
                                                                                                       




Jadi, masih mau menanggapi orang (juga hal) lain yang memang ndak sesuai dengan (hati) mu? 

Monggo.....

Kedekatan yang menjauhkan atau Jauh yang mendekatkan?

Menarik, lucu dan miris nih rasa yg ada. Sebab semakin dekat kita merasa, mengira makin dekat ternyata justru digoda dan diminta utk dilepaskan, sekaligus dijauhkan.

Rasa dekat itu semu, tapi rasa jauh juga ndak nyata. Sebab makna jauh ini adalah keikhlasan untuk melepaskan. Kemilikan, juga kerelaan.

Aneh. Itulah yg menarik dari dunia dimensi keempat dan kelima ini.

Bila dunia dimensi ketiga apa yang tertangkap oleh inderawi itu yang nyata, di dimensi ini justru yang tidak tertangkap inderawi itulah yang nyata.

Kembali, ungkapan ojo rumongso biso, tapi biso rumongso. Itulah yang mengemuka.

Edaaaaan

Jakarta 17:55, 24Nop2013

November 22, 2013

Orang-orang bermental baja, ditandai dengan 13 hal yang dihindari berikut ini:

Sebagaimana dituturkan oleh Amy Morin (seorang pekerja sosial dan penulis)
1.    Membuang waktu untuk menyesal dan mengeluhkan keadaan.  Anda tidak akan melihat orang bermental baja merasa menyesal pada keadaannya atau diombang-ambingkan karena mereka diperlakukan tidak baik.  Mereka belajar bertanggung jawab atas tindakan dan konsekuensinya. Mereka juga telah mendalami pemahaman bahwa faktanya seringkali dihadapkan hidup ini tidak adil.  Kemampuannya berada dilingkungan, membuatnya memiliki kesadaran diri dan rasa syukur yang tinggi.  Dan bahkan, di situasi yang buruk, respons mereka adalah,"baiklah." atau mungkin justru,"yak, berikutnya..."

2. Menyerahkan Kekuatannya . Orang bermental baja, tidak khawatir tidak memiliki kuasa, yang membuat mereka kelihatan rendah diri dan buruk.  Mereka mengerti bahwa mereka memiliki kendali atas tindakan dan emosinya.  Justru kekuatannya adalah kemampuan mengelola cara mereka merespons.

3. Bingung/gamang dengan Perubahan. Orang bermental baja memahami perubahan dan mereka bersiap akan adanya tantangan.  Mungkin kalo disebut ketakutan terbesarnya adalah BUKANNYA sesuatu yang tidak pasti atau tidak diketahuinya sesuatu yang dihadapi; melainkan bila dia menjadi diam dan tidak bergerak.  Justru menghadapi perubahan lingkungan dan bahkan ketidakpastian, dapat menciptakan energi yang membuatnya bersinar dan "muncul" terbaik.

4. Memboroskan energi untuk hal yang tidak dapat dikendalikannya. Orang bermental baja tidak banyak mengeluh atas jalanan macet, kehilangan barang, atau nggosipin orang lain, sebab menurutnya faktor-faktor ini kan diluar kendalinya.  Pada situasi buruk, mereka memahami bahwa satu-satunya yang dapat dikendalikannya adalah bagaimana cara meresponsnya, dan mereka mengatasinya dengan baik. 

5. Khawatir tidak menyenangkan orang lain. Pernah mendengar tentang ABS-asal bapak senang, atau orang yang senang menjilat atasan? Atau sebaliknya, ada orang yang justru melakukan tindakan yang membuat orang lain sengsara, sebagai wujud bahwa dia kuat, kuasa dan tega melakukannya? Tidak satupun dari pilihan tersebut baik.  Orang bermental baja berani melakukan tindakan baik, bijak dan fair, dan mau menyenangkan orang lain bila dirasakan pantas, tapi dia juga tidak takut juga untuk menyampaikan pendapat (bila berbeda). Mereka mampu untuk menentukan sikap saat orang lain akan marah, dan akan mengarahkan situasi dengan baik dan santun.  Untuk mencapai mental baja seperti ini perlu banyak latihan mental. 
6. Takut akan risiko yang sudah diukurnya. Orang bermental baja bersedia menghadapi risiko yang terukur. Bedakan dengan mengambil risiko kebodohan yang tidak dihitung, diukur dan dimitigasi. Justru dengan kekuatan mentalnya, dia dapat menimbang risiko dibandingkan dengan manfaat yang didapatkan, dan bahkan sudah menghitung skenario terburuk bila suatu hal dapat terjadi.

7. Terombang-ambing oleh masa lalu.  Kekuatan untuk mengakui masa lalu dan belajar hikmahnya -tetapi orang bermental baja dapat menghindari diri dari terseret pada penyesalan atas kekecewaan juga bermegah diri dari keberhasilan masa lalu. Investasi energi mereka berfokus pada optimalisasi hidup di masa sekarang dan mendatang.

8. Mengulang-ulang kesalahan yang sama.   Kita semua mengerti definisi dari kegilaan, kan?  yakni mengulang-ulang tindakan sama dan mengharapkan hasil yang berbeda, bahkan hasil yang lebih baik.  Mereka menerima tanggung jawab penuh atas kejadian di masa lalu, dan belajar dari kesalahannya. Bahkan penelitaian menunjukkan bahwa kemampuan untuk introspeksi diri pada cara yang akurat dan produktif adalah salah satu kekuatan besar yang akan membuat sukses selanjutnya, terutama bagi eksekutif dan wirausaha.

9. Dengki dengan keberhasilan orang lain.  Membutuhkan kekuatan untuk membentuk karakter kebahagiaan sejati dan kesukacitaan atas keberhasilan orang lain.  Mereka yang bermental baja memilikinya. Dan menariknya mereka tidak iri dan dengki saat orang lain berhasil (termasuk walau mereka sebenarnya yang memiliki andil besar dalam keberhasilan tersebut). Kemauan untuk bejerka keras untuk mencapai keberhasilannya, dan tidak tergoda untuk menggunakan jalan pintas.

10. Menyerah setelah Gagal.  Tiap kegagalan memberikan kesempatan untuk memperbaikinya. Bahkan wirausaha hebat mau terjun dalam upaya kecil-kecil menapaki tangga-tanggal kegagalan.  Pemilik mental baja ini bersedia menempuh jalan gagal berulang-ulang dan mencoba cara-caranya, bila perlu, ini merupakan kurva pembelajaran sehingga semakin mendekati tingkat keberhasilan.

11. Ketakutan dalam kesendirian.  Orang bermental baja menikmati dan bahkan merasa berlimpah waktu saat menapaki kesendiriannya.  Mereka menggunakan saatnya terpuruk untuk berefleksi, merencanakan kembali, merenung, mengendapkan, serta mempersiapkan diri kembali produktif.  Penting sekali ini, mereka tidak tergantung pada orang lain untuk membuatnya bahagia dan mengatasi emosinya. Mereka dapat merasa bahagian bersama yang lain, dan juga dapat bahagian dalam kesendiriannya.

12. Merasa bahwa dunia berhutang banyak padanya.  Terutama pada kondisi ekonomi saat ini, eksekutif dan karyawan pada setiap tingkatan manajemen memperoleh merasa bahwa dunia tidak berhutang membayar gaji pada mereka, bahkan juga kehidupan yang nyaman, hal-hal ini dapat dicapai dengan persiapan panjang, kerelaan belajar dan kerja keras serta dulunya bersekolah. Pemilik mental baja selalu mempersiapkan diri untuk bekerja dan berhasil sesuai bidangnya pada setiap tahapan dari perjalanannya.

13. Mengharapkan sukses yang instan.  Entah itu rencana kerja, program nutrisi untuk diet, atau membangun usaha, orang bermental baja menyebutnya "selalu ada perjalanan panjang untuk keberhasilan."  Mereka menyadarinya lebih dalam dibandingkan mengharapkan kesuksesan instan. Energinya diterapkan dan dimasukkan dalam dosis terukur dan merayakan setiap tahapan sukses kecil-kecil dalam perjalanan panjang tersebut.  Memiliki "kekuatan untuk bertahan", dan memahami bahwa perubahan memerlukan waktu.  Nah, apakah anda memiliki kekuata mental? Apakah unsur-unsur ini sudah ada pada anda?   


November 21, 2013

Memandang Migrasi Umat Manusia di masa lampau dan kini, sebuah model umum tentang pemahaman Perpindahan Manusia


saduran dan cuplikan dari tulisan menarik P. Nick Kardulias dan Thomas D. Hall

Pendahuluan
Isu banjir imigran selalu menjadi berita yang menarik; seperti imigran Hispanik ke dalam AS, yang selama ini menjadi bahasan dari Kongres AS, selama ini menemui jalan buntu. Demikian juga adanya isu pekerja Turki di Jerman; juga isu adanya imigran muslim di Perancis, Belanda dan Inggris; sementara di Inggris sendiri adanya pergerakan bebas masuknya masyarakat Persemakmuran (Commonwealth) adalah isu yang selalu hangat.  Memang diskusi mengenai hal imigran ini selalu hangat, walau banyak negara kelihatannya enggan untuk menyelesaikannya secara tuntas.  Tetapi jelas-jelas, pergerakan manusia di dunia dari negara satu ke negara lain juga dapat disebabkan karena kondisi negara asalnya tidak aman secara politik; sehingga kita dapat menggolongkan jenis perpindahan yang sukarela vs terpaksa.  Juga ada isu mengenai migrasi dalam suatu negara, dari daerah pedesaan menuju perkotaan. Dicatat dalam sejarah migrasi manusia, antara lain adanya perpindahan cukup besar di daratan China (dijelaskan oleh Wang dan Zuo 1999).

Kita dapat bincangkan diskusi ini disebabkan oleh suatu kebutuhan vital penting dalam perspektif jangka panjang dan beberapa isu lainnya.  Maksud dalam jangka panjang tersebut, mohon tidak diartikan hanya puluhan tahun, berabad-abad, tetapi juga ribuan tahun.  Manusia menyebar dari asalnya yang di Afrika ke seluruh dunia.  Sehingga bila dipandang dari sisi skala periode waktu, pergerakan pindah populasi manusia ini dapat dikatakan normal, tanpa kecuali -bahkan bila dikatakan pada suatu waktu tersebut mereka memutuskan untuk menetap.  Lebih jauhnya, kemiripan bentuk bahasa dan budaya juga dapat menunjukkan perpindahan ini, sehingga terjadinya tentu bukan karena adanya pilihan individu melainkan karena adanya kelompok yang berproses. 

Tapi, apakah pergerakan pindah ini sama dengan imigrasi? Imigrasi terjadi bila ditinggalnya satu unit sosial untuk kemudian masuk nya unit sosial lain. Misalnya, saat manusia menemukan negara (state) pertama kali di Mesopotamia sekitar 5000 tahun lalu, kemungkinan juga beberapa kali terjadi pergerakan pindah seperti imigrasi, atau juga invasi (pendudukan). Tentu saja kita dapat menggolongkan invasi sebagai imigrasi dalam arti besar-besaran! Jadi, akan selalu terjadi migrasi dalam sejarah umat manusia.  Banyak memang dikenal, tapi beberapa yang dikenang sebagai pelanggaran (wilayah) dengan kekerasan ekstrim. 

Kembali, apanya yang baru nih untuk saat ini?  Istilah "globalisasi" seringkali terucap oleh mulut kita, tapi tidak pernah didefinisikan dengan jelas apa maksudnya (Albert 2007; Chase-Dunn 2006; Gills dan Thompson 2006; Robertson 1992, 1995; Robertson dan Scholte 2006; Rosenberg 2005; Sklair 2002, 2006) selain dari sesuatu yang mirip dengan "semua hal perubahan yang terjadi dalam beberapa dekade belakangan ini lho".  Argumen kami di sini adalah bahwa beberapa proses globalisasi dan terutama imigrasi adalah bukan hal baru.  Benar, beberapa hal kelihatan baru.  Bagaimana kita mengenali hal tersebut sebagai hal baru? Apanya yang baru? Manfaatnya apa?

Debat mengenai globalisasi dan analisa dalam sistem dunia meninggalkan diskusi panjang tentang berapa lama proses ini telah berlangsung. Dalam hal apa dapat diaplikasikan?

  • ·         zaman Neolitik; sekitar 10.000 - 12.000 tahun lalu (Chase-Dunn and Hall 1997; Chase-Dunn 2006)
  • ·         ditemukannya negara; 5000 tahun lalu (Frank and Gills 1993; Gills and Thompson 2006)
  • ·         zaman prasejarah dari sistem modern dunia; 1000 tahun lalu (Abu-Lughod 1989)
  • ·         terjadinya sistem modern dunia; 500 tahun lalu (Wallerstein 2004)
  • ·         abad 19 (Chase-Dunn et al 2000; Boswell and Chase-Dunn 2000)
  • ·         akhir abad 20 menjelang milenium baru (Sklair 2002, 2006)


Jawaban kami adalah, ya semua zaman tersebut!

Faktanya, adalah bahwa, ya itulah globalisasi. Banyak diskusi menerangkannya adalah sebagai "global babble" atau "globaloney". Jika diartikan sederhanya adalah interaksi antar masyarakat yang saling membentuk sejarah dan sebalinya, maka Chase-Dunn and Hall (1997) memiliki penjelasan yang "benar".  Jika diartikan bahwa adanya kecenderungan suatu negara berkembang dan berinteraksi serta membentuk sejarah antarnya, maka Frank and Gills (1993) menambahkan penekanannya, dengan menjelaskan bagaimana kapitalisme kuno terbentuk.  Jika ada yang mengatakan bahwa meningkatnya volume perdagangan internasional dapat memberikan dampak penting dari sejarah tiap negara, maka penjelasan ini diusung oleh hasil analisa Janet Abu-Lughod (1989).  Jika tambahan globalisasi militer dan politik maka ini disampaikan oleh William Thompson (2000a, 2000b, 2000c; Gills and Thompson 2006). (Wallerstein 2004; Hall 2002) memperingatkan adanya perdagangan kapitalis pada sistem dunia modern. 

Pencarian jawaban atas pertanyaan tersebut di atas terjadi karena minat para orang zaman sekarang -tapi jika dikembangkan pada beberapa abad kebelakang, tentu akan ditemukan jawaban yang melenceng. Sebab sejarahnya, dalam beberapa abad ke belakang memiliki jalan yang ndak biasa dalam sejarah umat manusia.  Era moderen atau industrial adalah salah satu karakteristik yang mempercepat adanya perubahan sosial dibandingkan dengan perjalanan sejarah sepuluh milenium atau sebelumnya.  Orang-orang zaman sekarang (disebut presentist) memiliki pendekatan bahwa adanya negara dengan batas negara itu normal, dan ini adalah penemuan dalam beberapa abad belakangan.  Bila menggunakan pandangan abstrak, semua hal yang bersifat konstan akan menjadi variabel atau dapat berubah dalam jangka waktu panjang.  Bagian dari argumen kami adalah bahwa beberapa dari hal sosial, politik, budaya dan permasalahan ekonomi yang dihubungkan dengan imigrasi dapat digolongkan dalam kondisi jangka panjang di era moderen ini.  Jadi batasan negara dalam era moderen ini justru mengundang permasalahan. Nah lho....

Jadi dapat dilihat jelaslah bahwa pandangan proses globalisasi saat ini adalah hal yang selalu dan  terus (konstan) berubah, jadi tentunya ini tetap variabel yang terus berubah.  Komponen kunci di sini adalah kecepatan komunikasi, transportasi, dan perjalanan. 

Ilustrasinya adalah berikut ini.  

Neneknya Hall beremigrasi dari Polandia ke Amerika Serikat di awal abad 20.  Selama masa hidupnya, beliau telah dua kali pulang ke Polandia, hal ini dilakukan karena mahalnya biaya dan sulitnya (perjalanan) waktu itu.  Coba bandingkan dengan, para emigran dari Filipina di abad 21 ini, dan tinggal di AS, yang dengan mudahnya mereka pulang kampung dengan naik pesawat, baik untuk kepentingan nikah, pemakaman, juga baptisan bayinya atau hanya kunjung mampir ke sanak saudara.  Biaya dan lama perjalanannya yang lebih nyaman dan terjangkau membuat meraka dapat melakukannya untuk satu atau dua kali dalam satu tahun.  Kembali bandingkan kemudahan ini dengan awal abad 20 lalu. Hal ini tentunya mempermudah dalam memelihara dan mempertahankan budaya asli mereka dan menghalangi terjadinya asimilasi, atau proses terjadinya identitas antar-budaya/multikultur.  Apalagi zaman sekarang dengan mudah, murah dan tersedianya komunikasi instan seperti telpon, internet, skype, yang mana memastikan kelangsungan budaya asal tetap terjaga yang tidak terjadi di masa lampau.  Inilah HAL BARU tersebut. Tetapi tidak semuanya baru.

Kejadian kita adalah argumen yang cukup rumit dan kompleks, sebab terjadi banyak perubahan waktu dan perubahan itu sendiri.  Banyak dari kejadian yang ada cukup mengejutkan.  Referensi yang dilakukan penulis mencoba untuk memandu ketertarikan pembaca menuju pada sumber-sumbernya. 

Setelah melihat penjelasan dari istilah yang berhubungan dengan mobilitas perpindahan, kami akan menunjukkan gambaran kronologis migrasi umat manusia, diikuti dengan diskusi tentang bagaimana perpindahan tersebut terjadi di daerah tersebut.  Lalu kami akan menggali model untuk menemukan pengertian migrasinya, dan fokusnya pada analisa sistem dunia (world-system analysis -WSA), dan menyimpulkan dengan pernyataan, bagaimana WSA menyediakan pemikiran dan gambaran yang kumplit dan jelas, tentang hubungan antara migrasi dengan globalisasi sebab hal ini membutuhkan pemahaman tren sejarah yang mendalam.  

Pengertian tenang Mobilitas

Bagian ini lebih mengarah pada diskusi kerja saja, dimaksudkan untuk menciptakan pikiran yang mengajak, tidak dimaksudkan sebagai ditentukannya definisi pasti.  Bagian yang kami penting kami sampaikan adalah bahwa umat manusia selalu berpindah. Sudah barang tentu, bentuk nomaden dalam variasinya adalah keadaan normal bagi manusia itu sendiri, sebab bukan suatu yang pasti.  Kami akan mencoba untuk membedakan apa itu nomaden, mobilitas, migrasi, juga imigrasi.  Berikut ini adalah pengertian yang kami ajukan:
·    nomaden: yakni perpindahan dalam area tertentu, tanpa menjadi penduduk permanen dalam jangka panjang;
·     mobilitas: adalah perpindahan dari area tertentu ke area lainnya, atau dari area nomaden ke tempat lainnya, atau bahkan pindah ke teritori lainnya. 
·    migrasi: adalah pindah dengan perencanaan ke lokasi baru, biasanya berkelompok, daerah teritori barunya bisa siap atau bahkan tidak siap dengan kedatangan mereka;
·       imigrasi: adalah pindahnya individu atau kelompok ke daerah baru secara terencana, biasanya ke lokasi yang punya suatu kelebihan (dibandingkan daerah asalnya), dengan rencana menetap untuk jangka waktu panjang atau justru permanen menetap.

Jelas sekali, dengan diagram Venn, terdapat beberapa hal yang saling bertumpuk istilahnya, yang mungkin membedakan atau bahkan membuat pijakan baru. 

Beberapa alasan dikemukakan bahwa imigrasi adalah terlarang di zaman moderen ini, apaladi pada abad terakhir.  Sehingga sedapat mungkin penulis menjembatani diskusi mobilitas ini agar nyambung dalam periode milenium.  Musti dapat mengartikannya secara bebas dari kekangan pindah historis secara ke hulu, atau ke hilir, misalnya dari masa kini ke masa lampau atau sebaliknya masa lampau ke masa kini. 

Dikatakan oleh beberapa tulisan (misalnya Trager 2005a, 2005b; Wang 1997a,1997b) ditemukan bahwa mobilitas memiliki konsep multidimensi.  Dan metodologi penulis adalah menggunakan kesinambungan waktu bukan jenis pindah dua kutub. Sehingga tidak menutup kemungkinan, konsep kesinambungan ini akan mengakibatkan overlapping. Kami menyarankan titik akhir dan memperkirakan titik tengahnya. Kami juga mencatat ketika titik tengah berbeda, maka zona tengahnya berkesinambungan. 

·         sukarela <-- disebabkan oleh kelaparan --> dipaksa/terpaksa (perbudakan, dijajah bangsa lain, pengungsi, dll)
·         menetap permanen <-- niat pindah tempat --> sementara
·         Diaspora perdagangan : MNC (multi national corporations) transfer <-- perpindahan ekspatriat --> seluruh komunitas
·         satu arah vs dua arah (misalnya sementara dan atau migrasi berbalik)
·         tempat jauh <-- menetap sementara --> daerah tetangga
·         tahun 1600an dari Eropa ke Amerika; dari Turki ke Jerman; Meksiko ke AS
·         asal: sosial <--sumber daya yang mulai berkurang, termasuk perubahan iklim --> mahluk bukan manusia, ekologi berpindah karena perubahan musim atau iklim
·         berkelompok <-- anggota keluarga dan atau migrasi berantai --> individual
·         melewati batas-batas negara <-- daerah pindah --> migrasi masih dalam satu negara

Singkatnya, mobilitas, perpindahan, atau migrasi, memang lebih rumit dari sekedar disebabkan oleh faktor pendorong atau faktor pemikat. Penulisdalam Trager (2005) menunjukkan bahwa bagaimana terjadinya dalam beberapa cara terjadinya, baik sementara maupun dalam proses pertimbangan ekonomis, perpindahan dapat diturunkan dalam beberapa bagian baik membentuk atau membangun kembali beberapa jenis relasi sosial. 

Proses perpindahan ini tentunya merupakan proses dinamis, dan tidak terjadi hanya dalam satu waktu saja.  Perpindahan terencanapun juga dapat terjadi tidak hanya sekali jalan, melainkan dalam hitungan puluhan tahun, yang awalnya permanen bisa menjadi temporer. Bahkan ada yang awalnya temporer sementara malah kemudian menetap secara permanen.  Contohnya adalah pekerja asing Turki di Jerman (Harff and Gurr 2004). 




Kenapa Dengki

Sumber: Kompasiana, diposkan oleh Ardi Firgi tanggal 24 Feb 2012.

Jika ada orang berbicara mengenai kita di belakang... itu tandanya kita berada DI DEPAN

Saat orang berbicara merendahkan diri kita... itu tandanya kita sudah berada di tempat yang LEBIH TINGGI

Dan saat orang berbicara dengan nada iri mengenai kita... itu tandanya kita sudah jauh LEBIH BAIK dari mereka

Bukankah saat orang berbicara buruk mengenai kita, padahal kita tidak pernah mengusik kehidupan mereka... itu tandanya kehidupan kita sebenarnya LEBIH INDAH dibanding mereka

Kehidupan akan terasa indah bila kita menyingkirkan rasa iri, dengki dan benci terhadap orang suka ataupun tidak kepada kita

November 20, 2013

Pilih mana? Diam, jalan di tempat, jalan tanpa tujuan atau jalan dengan tujuan?


Mencari tema ini di mbak google, seperti mencari jarum di tumpukan jerami.  Lho kok begitu?

Mendengar, melihat teman-teman belakangan ini seolah berjalan tanpa tujuan. Mohon diperjelas, apa benar tanpa tujuan? atau memang ndak ada tujuan? atau malah sebenarnya tujuannya dulu pernah ada, sekarang ndak ada yang mau menentukan tujuan?

Monggo menilik pada diri sendiri dulu. Apakah kita menunggu tujuan baru jalan? Atau kita lebih memilih jalan aja dulu, nantikan ketemu di jalan. Lha iya kalo ketemu? kalo ndak ketemu, hua ha ha ha

Ingat zaman main band-band'nan sewaktu SMP.  Pernah saat manggung, semua pemain sudah siap, gitaris sudah on, basisst sudah on, drummer sudah on, vokalis sudah on pegang mik. Saat MC sudah memperkenalkan band kita, dan semua sudah siap, maksudnya sudah siap main. Tiba-tiba basist kita tanya, ya udah, main.... lagu apa nih yang duluan? Yuk.... tapi ndak ada yang mau mulai. Drummer yang sudah melakukan rovel pukulan pada snare drum, tiba-tiba berhenti, lalu bertanya lho kok belum mulai? lagu apa nih? Nah.....

Kliatannya begini nih yang terjadi bila masing-masing anggota (band) siap di posisinya, di alat masing-masing, siap memainkan lagunya. Tetapi ndak ada yang memberi aba-aba untuk mulai. Atau si-pengatur aba-aba ndak punya "kharisma" untuk didengar anggota lainnya. Ato memang sejak awal ndak ada yang menunjukkan diri sebagai pemimpin atau setidaknya semua ndak ada yang mau memimpin.

Beruntung cerita tadi yang berlangsung di perpisahan SMP tahun 1980-an tersebut hanya terjadi di panggung. Yang walaupun semua mata penonton melihat, tetapi mereka sudah sibuk dengan besek dan makanan di pangkuan masing-masing. Untung...... Kan wong jowo untung terus.....

Nah bagaimana kalo hal tersebut terjadi di kelompok kerja kita, di perusahaan kita, di negara kita, di dunia ini.

Ndak ada pemimpin, atau pemimpinnya ndak mau memimpin, atau justru malah pemimpinnya ndak dianggap pemimpin. Atau malah yang terjadi yang dipimpin ndak mau dipimpin?

Lho jadi enaknya pilih mana sih? diam aja? jalan ditempat (siap-siap doang)? Jalan aja dulu nanti juga ketemu (apanya yang ketemu? halangan, hambatan, atau justru ide nya?) Atau kita nunggu aja kita jalan ato ndak, kan ada orang lain yang nanti memimpin. Nah ini yang paling bahaya, sebab ya kalo nanti ada yang mau memimpin. Kalo ndak? Ya, nanti kalo pemimpinnya cocok, kalo ndak? hi hi hi...

Mosok kayak negara kita ini, berjalan ditempatkah? berjalan tanpa tujuankah? ato kita nunggu aja deh, kan nanti ketemu ide ato ketemu pemimpinnya yang cocok? Lho ini cocok sesuai pilihan penggemar (baca: anggota atau masyarakat) atau Cocok sesuai dengan zamannya?

Menunggu godot nih...kerennya menunggu Ratu Adil. Ratu? ini cewek ato cowok? Haaalaaaaaaah... makin panjang nih.

Monggo...



Jakarta 09:41, 20Nop2013

Kagum atau Kasihan


Ditemui sahabatku yang baru masuk kantor selepas masa tiga bulan setelah melahirkan, bersalaman, berbincang, saling menanyakan kabar? Indahnya. Lucunya adalah bahwa kondisi ini langsung mengingatkan beliau untuk kok beda dengan tiga bulan lalu sebelum saya melahirkan ya pak?

Apanya yang beda? Ya jelas beda dong, kan tiga bulan lalu kamu baru mau melahirkan, perutmu sudah demikian besar, si jabang bayi sudah mau keluar, bahkan saat itu kamu sedang menunggu waktu yang tepat untuk ambil cuti melahirkan, juga sibuk untuk mencari pengganti; lha sekarang, organisasi sudah berubah, ndak tau apakah kamu masih di divisi lama atau divisimu justru sudah dilebur atau malah justru dipecah menjadi beberapa divisi pelaksana?

Sementara aku masih di sini, posisi ini, hanya Berkah Gusti lah yang membuatku ada, masih cengengesan dan celingukan, dan kalo dulu masih beda gedung, sekarangkan satu gedung, dulu masih ada teman-teman seperjoangan, sekarang ya sendirian...eh ndak dong, kan aku bersama terus dengan Gusti Allah. Jelas ndak sendirian. Lho malah ini ketemu yang menarik ya? Makin ku sendirian, justru makin ku merasa bersamaNya. Makin dekat, makin terasa tanganNya menggandengku, kadang justru menggendongku. 

Jadi ingat sepotong cerita tentang jejak kaki di pasir pantai.... Suatu saat ku bertanya pada Gusti.... Duh Gusti, dunia yang kuhadapi kok begitu berat? daripada diam di tempat, maka ku tetap berjalan. Yang tadiku berjalan berdua, sebab ada empat kaki di pasir, tetapi kok saat ini justru jejak tersebut hanya ada dua kaki? Duh Gusti..... jangan tinggalkan aku.... Tidak terasa sambil berjalanku, tetes-tetes air mata membasahi pipiku, cengeng! biarin..... malu? ndak!! Ku putuskan tetap berjalan sendiri....please Gusti, janganlah Engkau tinggalkan ku sendiri dalam perjalanan ini.... Tiba-tiba ditendangnya aku, eh....kamu orang yang ndak tau diri. Apa kamu ndak merasa kalo jejak kaki dua itu adalah KakiKu, bukan kakimu. Sebab engkau justru yang AKU panggul, aku gendong. Sebab melihat dan merasakan dirimu saja sudah ndak kuat. Masihkah engkau merasa sendirian? Wahai..... Ampun Gusti, mohon ampun beribu ampun, sebab Engkaulah itu. Matur nuwun sanget Gusti mengingatkanku tetap bersamaku.... Berkah dhalem. Lalu bersimpuhlah aku, mohon ampun.....


Kemarin siang, aku bertemu dengan rekan lama, yang saat ini sekantor. Melihat dan menimbang begitu bedanya status dan situasi kelompok kami, maka awalnya perbincangan ini begitu kaku, aneh, rigid, dan kikuk.

Mulai dari saling bertanya kabar? saling menyampaikan kondisi fisik yang sehat. Padahal ndak tau apakah kondisi yang sama di dalam mental dan spiritualnya.  Lalu saya lontarkan doa agar apapun yang direncanakan bisa berjalan dengan baik dan berhasil. Maka lancarlah pembicaraan selanjutnya, curcol, curhat, cerita dan saling saran, terlontar...seru sekali.

Yang menarik adalah dilontarkannya sepotong kalimat buat ku,"enak bapak bisa ngatur diri, bisa ngalir, bisa menyatu dan membaur dengan kita."

Ndak terasa, terdiamku dibuatnya. Kalo bisa menetes, tentu air mata ini akan melelehi pipi. Dan seketika itu juga kering rasa di kerongkonganku. Tercekat. Ya ampun, Gusti. Inikah pandangan orang lain, liyan di luar diriku?

Betapa Mulia Engkau Gusti junjunganku. Maha Besar, Pelindungku. Yesus, Anak Manusia yang Hidup telah memberikan contoh dengan Hasrat Passion menyerahkah DiriNya untuk kita semua.......

Kalo ku masih dalam kondisi empat tahun lalu, mungkin akan kutampar dia, kumaki dia dengan semena-mena. Kondisiku saat ini berbeda. Dan ini karena BerkahNya membuatku lebih sabar, lebih mau menguliti diriku sehingga bukan casing manusia yang menyetir aku. Sekali lagi HANYA BERKAH GUSTI YANG MEMBUATku begini. Mana sanggup aku sendirian berbuat ini.

Bara dalam hati ini masih merah biru, membakar, terbakar, Gusti berkenan membungkusnya dalam kain lampin biru, indah, dingin juga sejuk. Sehingga batin ini cepat kembali ke tengah ayunan pendulumnya.  Luar biasa Gusti. 

Sedikit kutambahi, betapa orang lain ternyata kagum sekaligus kasihan, tetapi yang terungkap adalah ingin melihat, ingin mendorong, ingin menjerumuskan orang lain dalam jurang luka terdalam, yang tidak tersembuhkan. Sekaligus, tidak ingin menyentuh apalagi mengalami.  Biar orang lain saja yang melakukan dan mengalaminya. Kalo bisa "aku dan keluargaku" ndak mengalami. EGOIS......JAHAT, KEJAM.  Yak.......

Apa dengan begini kita masih mau mengikuti saran, petunjuk, ato perintah (baca: PERINTAH) dan peraturan orang lain? Yang jelas-jelas-jelas ndak peduli pada kita. Jelaslah kalo Gusti Allah Yesus mencontohkan bukan memberi saran, aturan, perintah apalagi ancaman. MEMBERIKAN CONTOH.  Walk the Talk.

Amin. monggo.....


Jakarta 08:59  , 20Nop2013

Melihat Orang Dilukai

Pagi ini membaca sepintas berita dr warta kota bahwa salah satu direktur WIKA, perusahaaan BUMN konstruksi terkemuka terjatuh dr JPO dan terluka parah. Apa yg sy pikirkan? Waduh kasian amat? Apa ndak dikawal? Apa sdh sadar dia lewat lokasi yg berbahaya? Apa sudah ada yang memperingatkan?

Banyak pertanyaan, tapi apa masih perlu jawaban?

Apa dia memperoleh penglihatan? Apa sudah ada tanda yg beliau peroleh sebelumnya? Atau keluarga atau orang terdekat melihat tanda sebelumnya?

Ya jelas ndak ada yang tau, atau kalo ada yang tau kok kesannya kejam, jahat dan bengis ya?

Senin siang saya bertemu sobat kental yg bercerita tentang bagian dari pekerjaannya yang mulai dilucuti oleh atasannya. Dan pagi ini pula menyampaikan ke saya, eh...ternyata apa yang menjadi tugas satu-satunyapun dilucuti. Telanjang, bugil, ditengah keramaian. Being nobody, not important apalagi not urgent dan not as a matter in this group.

Jadi ingat peristiwa mbah dan ibu menjelang meninggalnya, rasa dan roso hati ini dibuat campur aduk, kesal, kasian, sekaligus peduli. Yang kata orang tua yg melihatnya adalah biar nanti kalo berpisah, terpisah, ditinggal, meninggal, ndak ada rasa roso terikat, tergantung dan diberati.

Puji Tuhan... Mungkin ini yang terselip di hati.


Jakarta 07:59, 20Nop2013

November 19, 2013

Empat jalan dasar menjadikan Great Leadership, a Great Organization, and a Great Personal Life


dicuplik dan disadur secara terjemahan bebas dari tulisan WERNER H. ERHARD dan MICHAEL C. JENSEN

Pertama: BEING AUTHENTIC
Menjadi otentik adalah menjadi dan bertindak konsisten dengan siapa anda menjadi diri anda sendiri untuk orang lain, dan pilihan anda menjadi diri sendiri.    
Mengejutkan, bahwa kita tahu bahwa otentik itu baik, tetapi selalu ada godaan terhadap keotentikan tersebut. Godaan menjadi otentik atas ketidakotentikan adalah ibarat menempatkan kue di atas tahi sapi, sebab rasa enak kue-nya tersebut tentu akan menyatu dengan tahi sapi juga.  Pada banyak kejadian, godaan menjadi otentik tetap ada, tetapi tetaplah yang terjadi adalah ketidakotentikan.   
Seseorang tidak dapat berpura-pura menjadi otentik.  Per definisi tetap disebut tidak otentik.  Satu-satunya jalan menjadi otentik adalah menjadi otentik atas ketidakotentikanMenjadi otentik adalah memiliki keinginan untuk menemukan, mengkonfrontasi, dan menceritakan kebenaran tentang ketidakotentikan kita, yang mana kita sendiri tidak genuine, nyata dan otentik.  Secara spesifik, menjadi otentik adalah berkeinginan untuk menemukan, mengkonfrontasi juga menceritakan kebenaran tentang dimana dalam hidup kita secara konsisten tidak menjadi atau tidak bertindak menjadi diri sendiri baik pada orang lain atau pada diri sendiri. 
Banyak dari kita menipu diri sendiri tentang menjadi otentik.  Banyak dari kita berpikir bahwa diri sendiri telah menjadi otentik; bagaimanapun juga pada situasi tertentu, pada cara tertentu secara konsisten justru tidak otentik. 
Beberapa contoh ketidakotentikan tersebut antara lain:
Kita secara pribadi dan dalam organisasi, sangat ingin menjadi terkenal dan dikagumi.  Dan kekaguman merupakan koin yang sangat bernilai dalam kenyataannya.  Hampir tidak ada dari kita bersedia berkonfrontasi atau berbeda pendapat karena akan melukai kekaguman orang tadi, dan bagaimana kita selalu siap untuk menolak berterus terang dan benar-benar jujur pada situasi tertentu, dimana dengan kita melakukannya sudah tentu akan terancam kehilangan kekaguman orang. Bahkan kita berani untuk melakukan apapun untuk menghindari diri dari kehilangan kekaguman tersebut, baik dengan menyampaikan ketidakbenaran, memanipulasi fakta, menyembunyikan hal-hal yang dapat memalukan dan berakibat ketidakenakan, atau bahkan kejadian kikuk dan dimana diperlukan, malah menyampaikan kebohongan. Dan bahkan jika perlu, kita akan memanipulasi situasi dan orangnya sekalian.
Kita juga ingin terlihat oleh kolega rekan kerja sebagai orang yang loyal. Mempertanyakan kesetiaan adalah suatu jalan yang mana dalam situasi dimana kebenarannya adalah bahwa kita bertindak "loyal" hanya untuk menghindari kehilangan kekaguman orang lain.  Pada situasi seperti ini, bagai kita dengan sigap mengorbankan keotentikan hanya untuk kelihatan loyal, ketika kebenaran adalah bahwa kita menjadi "orang yang setia" hanya karena kita takut kehilangan kekaguman dari rekan kerja, bawahan, serta atasan.  Sebagai tambahan, kebanyakan dari kita memiliki kebutuhan pencitraan untuk (selalu) kelihatan baik (dan dalam situasi tertentu menunjukkan sebagai keinginan untuk disukai), dan hampir tidak ada dari kita bersedia berbeda (berseberangan) hanya karena kita pertahankan diri untuk kelihatan baik - bahkan untuk mempertahan tersebut kita melakukan hal-hal yang menggelikanpun dengan berpura-pura agar kelihatan dan dimengerti bahwa kita tidak seperti yang diduganya. 
Setiap kita tidak otentik dalam beberapa cara.  Mungkin ini kedengarannya seperti penjelasan atas orang ini atau itu yang kita tahu, sebenarnya hal tersebut menjelaskan kita sendiri (nah lho) - termasuk anda sebagai pembaca dan penulis ini.  Kita semua bersalah karena berbuat begini rendah - orang menyebutnya itulah manusia. 
Jika anda tidak menemukan keberanian menjadi otentik karena ketidakotentikan anda, maka lupakanlah untuk menjadi Pemimpin Besar  atau memiliki Kehidupan Pribadi yang Besar.  Sebuah organisasi yang tidak dapat menjadi otentik karena ketidakotentikkannya akan mengalami banyak konflik, keluar biaya dan pengorbanan cukup besar dan pada gilirannya malah dapat kehilangan reputasi. 
Pemimpin besar, Organisasi besar, dan juga mereka yang memiliki Kehidupan Pribadi besar adalah mereka yang mencatatkan diri memiliki keberanian dan mengakui memiliki kelemahan menjadi manusia - bukan dengan meniadakannya, tetapi keahlian selalu mencari jalan untuk mengatasinya. 
Apakah menjadi otentik adalah penting bagi seorang pemimpin? Dengan menyitir mantan CEO Medtronics dan sekarang adalah Profesor Kepemimpinan dar Harvard Business School, yakni Bill George (2003),"Setelah bertahun-tahun mempelajari pemimpin dan perilakunya, saya yakin bahwa kepemimpinan dimulai dan berakhir oleh keotentikan."
Menjadi pemimpin dan memiliki organisasi yang Besar, dan mengalami kehidupan pribadi yang benar-benar hebat dan besar, maka anda dan organisasi anda HARUS BERANI menjadi OTENTIK  atas KETIDAKOTENTIKKAN anda dan organisasi anda.  Kebesaran jiwa dan Keberanian tersebut adalah tanda kekuatan.  Menjadi pemimpin mensyaratkan agar anda menjadi otentik secara absolut, dan menjadi benar-benar otentik dimulai dengan otentik atas ketidakotentikkan kita sendiri, dan hampir tidak seorangpun yang seperti ini. 
Jika memperhatikan seksama hidup ini, anda akan berkesempatan untuk memergoki ngonangi seseorang melakukannya.  Walaupun anda tidak suka melihatnya, dengan membedakan kelemahan tersebut dalam diri anda sendiri, maka anda sendiri akan berkesempatan kuat selaku pribadi, dalam organisasi, dan juga sebagai pemimpin untuk menjadi otentik dalam ketidakotentikkan diri sendiri, sehingga dalam prosesnya anda akan menyadari bahwa diri anda lebih "besar" dari kelemahan anda. 

Tindakan yang dapat dilakukan untuk menjadi Otentik
Sebagaimana disampaikan di atas, satu-satunya jalan menuju keotentikan adalah menjadi otentik dari ketidakotentikan diri sendiri.  Untuk mencapainya, anda harus menemukan diri sendiri, sehingga "diri" ini melepaskan diri dan bebas menjadi otentik atas ketidakotentikan kita.  Inilah yang disebut Anda yang Otentik.
Anda akan mengetahuinya saat proses ini lengkap, yakni saat anda bebas menjadi otentik secara terbuka (publicly authentic) atas ketidakotentikan kita. Disanalah akan kita alami kebebasan, keberanian, dan ketenangan jiwa. Hal ini menjadi istimewa, saat anda menjadi otentik, apalagi saat di sekeliling anda tidak otentik, secara penuh kesadaran.

Kedua: BEING CAUSE IN THE MATTER

Dengan "menjadi penyebab dari kejadian/keadaan" artinya menjadi penyebab atau sumber dari segala yang terjadi dalam hidup anda, sebagaimana tonggak diri anda sendiri dan kehidupan anda - dan bertindak berdasarkan tonggak tersebut.  Mengambil tonggak bahwa andalah penyebab keadaan pada diri anda, sebagai pembedaan dari hal ini adalah kesalahan anda, atau anda gagal, atau anda disalahkan, atau bahkan anda telah melakukannya. 
Tidak benar bahwa andalah penyebab semua yang terjadi pada hidup anda.  Bahwa anda adalah penyebab segala yang terjadi dalam hidup anda adalah tonggak cara pandang dan bagaimana anda menghadapi hidup - yakni suatu tempat yang ada hanya jika anda memutuskan untuk memilihnya. Tonggak ini adalah deklarasi, bukan penyampaian fakta. Sederhananya adalah:"anda dapat mengandalkan saya (juga, saya dapat mengandalkan diri saya sendiri) dalam menilai, dan menghadapi hidup dari perspektif saya adalah penyebab keberadaan ini."
Dengan menjadi penyebab dari keberadaan, artinya memberikan diri untuk menjadi korban. Jadi saat anda sudah mengambil tonggak (mendeklarasikan) bahwa anda penyebab kejadian dan keberadaan atas hidup anda, artinya anda menyerahkan hak atas tugas penyebab atas keadaan, atau atas hal lain.  Artinya anda menyerahkan hak untuk menjadi korban.  Dan pada saat yang sama, mengambil tonggak tersebut tidak menghindarkan anda dari tanggung jawab atas lainnya.
Sebagai disampaikan di atas, adalah tidak benar jika anda adalah penyebab segala yang terjadi dalam hidup anda.  Menyatakan diri sebagai penyebab, tidak berarti anda bertanggung jawab atas beban, atau dipersalahkan atau dijunjung atas apapun yang terjadi.  Bertanggung jawab menjadi penyebab ini, tidak lantas berarti anda tidak dapat gagal. 
Bagaimanapun, saat anda semakin ahli dalam aspek dasar ini, dalam perjalanan menjadi pemimpin dan melaksanakan kepemimpinan secara efektif, anda akan mengalami keadaan berubah dalam efektivitas dan kekuatan dalam menghadapi tantangan kepemimpinan dan dalam kebesaran hidup pribadi anda (tidak hanya tantangan dalam menciptakan organisasi yang besar dan hebat).
Dengan mengambil tonggak sebagai penyebab yang bertanggung jawab, anda menyerahkan hak untuk menyalahkan orang lain maupun lingkungan anda.  Faktanya, anda tidak akan menyalahkan lingkungan dan orang lain atas apapun terjadi pada anda dan organisasi anda. Sebab anda bertanggung jawab, dan anda telah memilih.

Ketiga: BEING COMMITTED TO SOMETHING BIGGER THAN ONESELF

Apa artinya "berkomitmen pada sesuatu yang lebih besar dari diri sendiri" adalah berkomitmen dengan cara membentuk diri sendiri dan tindakannya sehingga cara/tindakan anda adalah cerminan tindakan merealisasikan sesuatu melampaui dari kepedulian/pemikiran diri sendiri  atas kepentingan sendiri.  Dari tindakannya, komitmen tersebut akan mengundang orang lain akan berkomitmen juga dan kesediaan memiliki kepedulian/pemikiran melampaui kepentingannya sendiri.  Merupakan aspek penting dari kehidupan pribadi yang besar, kepemimpinan besar dan organisasi yang besar. 

·         Berkomitmen pada sesuatu yang Lebih Besar dari Diri Sendiri adalah Sumber Kegairahan (Passion).
Tanpa kegairahan untuk berkomitmen atas suatu yang lebih besar dari diri, akan sulitlah anda bertahan dalam menjalani lembah kesedihan dan ratap tangis yang dialami pemimpin sejati.  Saat-saat yang terjadi seolah hanya kesalahan ditimpakan, maka tidak ada jalan keluar, tidak ada pertolongan, maka bila kita tidak menemukan sesuatu dari dalam diri -yakni kekuatan untuk bertahan dan menghadapi kemustahilan, permasalahan yang menggunung dan halangannya. Setiap kehidupan pribadi yang besar akan melalui satu atau beberapa pengalaman tantangan seperti ini.  Saat anda berkomitmen pada sesuatu yang lebih besar dari diri anda, dan anda menyelami ke dalam diri, maka anda akan menemukan kekuatan untuk melanjutkan kebahagiaan dalam karya tersebut. 

·         Contoh Lembah Ratap Tangis yang hampir semua orang mengalami : Krisis Paruh Baya (Mid-Life Crisis)
Pada suatu saat dalam hidup, kita akan berhenti menghitung waktu dari awal, dan mulai menghitung waktu dari ujung akhir. Persepsi kita berubah dari seberapa jauh kita sudah melangkah, menjadi ukuran seberapa dekat kita dengan ujung akhir hidup kita.  Berapa waktu kesempatan hidup yang tersisa? Tidak peduli seberapa baik/ganteng/cantik tampang anda, tidak peduli seberapa baik dan indah hidup keluarga kelihatannya, dan tidak peduli seberapa sehat, kaya, terkenal, kuat, serta baik posisi dan kondisi kita saat ini; anda akan mengalami rasa kurangnya pemenuhan diri yang hebat. Seperti rasa tidak komplit, rasa kekosongan (diri) dan sakit/luka yang disebabkan oleh beberapa pertanyaan seperti di bawah ini:    

a.   Cuma segini aja nih?
Begini jelasnya: tidak ada salahnya dengan kesehatan prima, tampang ganteng/cantik, terkenal, juga kuat, kuasa dalam jabatan, tetapi kebalikan dari hampir kepercayaan universal adalah bahwa hal-hal tersebut tidak akan pernah cukup. Hayooo ngaku... Menghadapi hal ini, orang-orang dan organisasi akan mengalami disorientasi, terganggu dan hilang kendali.  Tidak peduli seberapa ganteng/cantik atau kehidupan pribadi yang mapan dan berlimpah, tidak akan pernah cukup/puas untuk menghindari dan menghadapi krisis ini. 
Menghadapi jenis krisis "oo cuma segini aja nih?" adalah perlu komitmen untuk merealisasikan masa depan (penyebab/alasan) sehingga membuat diri anda bergairah kembali untuk hidup
Prinsipnya, berkomitmen untuk sesuatu yang lebih besar dari diri/hidup itu sendiri, yang dapat diterapkan juga pada organisasi sebagaimana mahluk hidup. Value creation untuk keduanya adalah scorecard untuk keberhasilan.  Perlu diingat bahwa penciptaan Value bukanlah sumber dari kegairahan dan energi baik perusahaan maupun pribadi.  Berkomitmen pada sesuatu yang lebih besarlah yang menjadi SUMBER GAIRAH dan ENERGI.
Tiap individu dan tiap organisasi memiliki kekuatan dan kuasa memilih untuk berkomitmen -bukan hal benar atau salah. Inilah penciptaan untuk menerangi diri anda dan organisasi anda.

Berikut ini cuplikan dari George Bernard Shaw, pertama dari paragraf "Man and Superman" sementara yang kedua dari pidatonya tahun 1907 yang mencuplik kekuatan untuk berkomitmen pada suatu yang lebih besar dari hidup.
"Kebahagiaan sejati dalam hidup, adalah bermanfaatnya diri sebagai bagian dari Dia yang Maha Besar, serta menjadi bagian sebuah kekuatan alam dan bukan sebagai suatu pengakuan "lemah" dari si-ego yang mengeluh kesakitan, dan menggerundel bahwa dunia ini tidak berpihak padanya dan tidak membuatnya bahagia."
"Pendapat saya, hidup ini adalah bagian dari komunitas besar dan selama hidup saya ini merupakan berkah saya -berkah saya untuk melakukan apapun yang dapat saya bisa. Saya ingin menjadi orang yang komplit saat meninggal nanti, semakin keras saya bekerja semakin saya mencintainya.  Saya bersyukur karena hidup itu sendiri. Hidup ini bukan hanya lilin saja, tapi ini merupakan obor yang beringas menyala yang saya pegang terus, dan saya ingin membakarnya agar lebih terang, sebelum akhirnya saya serahkan pada generasi selanjutnya.

Keempat: INTEGRITY – A POSITIVE MODEL

Sebagai salah model, Integritas adalah fenomena yang murni positif.

Definisi: kita gunakan dua definisi integritas dari Kamus Webster's New World.
1.   kualitas atau keadaan lengkap/komplit; kondisi utuh tidak pecah; kepenuhan; keseluruhan.
2.   kualitas atau keadaan tidak cacat; kondisi sempurna; sehat.
3.   kualitas atau keadaan dalam prinsip utuh sehat; kemeningkatan, kejujuran dan ketulusan. 

Yang kami gunakan dalam model ini adalah definisi 1 dan 2, dengan digunakannya frasa "keutuhan yang lengkap" untuk mewakili definisi integritas ini. 

Integritas didefinisikan sebagai suatu fenomena positif, bukan suatu jalan. Bukan masalah baik atau buruk, tetapi seperti inilah penggambarannya.  Dalam penjelasan kami, akan kami tunjukkan bagaimana moralitas dan etika terhubung dengan definisi integritas ini.
Suatu obyek memiliki integritas saat penuh, utuh dan lengkap (komplit). Jadi setiap kekuranglengkapan akan menyebabkan tidak lengkapnya dalam prosesnya.  Bayangkan bila roda sepeda kehilangan satu jerujinya, maka akan tidak lengkap, yang berakibat menjadi pincang, goyang dan tidak bundar rodanya.  Demikian pula, bila suatu sistem memiliki integritas, maka akan lengkap, penuh dan utuh. 

Hukum Integritas menyatakan:
Saat integritas (kepenuhan, keutuhan, kelengkapan) menurun, maka kemampuan bekerja menjadi menurun, yang pada gilirannya akan menurunkan value/nilai dan akan menurunkan kinerja.  Sehingga untuk memaksimalkan kinerja, pilihan pertama adalah integritas

Godaan untuk melanggar Hukum Integritas akan mengakibatkan konsekuensi yang menyakitkan seperti kita melawan hukum gravitasi.  Sederhananya adalah (mungkin agak sedikir berlebihan): "tanpa integritas tidak ada yang berjalan". Berpikir secara menyeluruh: jika anda atau organisasi anda beroperasi secara menyeluruh, maka kinerja akan meningkat dramatis.  Dampaknya pada kinerja sangat besar sekali, akan dengan mudah mencapai peningkatan 100% sampai 500%.

Integritas untuk seseorang (atau suatu organisasi):  Model positif ini, menyampaikan bahwa seseorang yang berintegritas, sesederhana dipegang kata-katanya. Pernyataan kita meliputi juga tindakan kita. Tidak heran orang mengatakan bahwa tindakan kita lebih dipercaya daripada hanya kata-kata kita

Menepati Janji Anda:
Saat kita menjaga, meyakini dan menepati janji kita begitu pentingnya, tetapi kita tidaklah selalu dapat menepati janji kita (kecuali kita bermain dalam permainan dalam hidup kita).  Bagaimanapun, kita selalu menghargai pernyataan dan menepati janji yang kita ucapkan. 
·         menjaga pernyataan kita atau
·         bilamana anda merasa tidak dapat menepati janji anda, secepat begitu anda sadar bahwa anda tidak dapat menepatinya (termasuk janji anda untuk tepat waktu) sampaikan pada orang yang terkena dampaknya:
a.     bahwa anda tidak dapat menepati janji, dan
b.     anda akan menepatinya di masa mendatang, dan ketika, atau ternyata sulit bagi kita untuk menepati janji sama sekali, dan
c.     apa yang anda dapat lakukan saat menghadapi orang lain akibat gagal lagi menepati janji atau menepati waktu tersebut. 

Janji Anda didefinisikan:
Janji 1. Apa yang anda janjikan : apapun yang anda janjikan, lakukan, atau malah tidak akan anda lakukan (demikian juga janji saat diartikan sebagai janji untuk menepati waktu). 

Janji 2. Apa yang anda ketahui : apapun yang anda ketahui, lakukan; atau justru tidak anda ketahui; ya jangan dilakukan. Lakukanlah sebagaimana anda ketahui  (lakukan tepat waktu), kecuali anda katakan yang sebaliknya.

Janji 3. Apa yang diharapkan : apapun yang anda harapkan untuk dilakukan atau tidak dilakukan (permintaan yang tidak kelihatan), dalam hal dilakukan, lakukanlah tepat waktu, kecuali jika anda secara tegas sampaikan bahwa anda tidak akan (pernah) melakukannya.    

Janji 4. Apa yang anda katakan :  kapanpun anda memberikan pernyataan pada orang lain tentang keberadaan sesuatu atau tentang hal-hal tertentu, pernyataan anda berisi pemenuhan yang dapat diandalkan, sehingga meraka akan menjadikan bukti bahwa yang anda sampaikan itu sahih (bagi mereka). 

Janji 5. Apa yang anda yakini: apakah yang anda yakini ini pernah terlontar dideklarasikan pada satu atau sekelompok orang, atau pada diri sendiri, atau justru anda yakini pada orang lain (entah secara formal atau tidak).

Janji 6. Secara moral, etika dan hukum: secara moral, etika dan aturan hukum yang berlaku, baik buruk dalam masyarakat, kelompok, negara, dalam mana saya menyelami bahagia ini sebagai bagian dari mereka, tercermin dalam setiap kata dan tindakan saya. Kecuali ada satu atau beberapa aturan atau hukum yang berlaku yang secara eksplisit saya nyatakan tidak cocok dan tidak akan saya ikuti. Melainkan saya ikuti kata hati saya saja. Dan saya bersedia menanggung akibat karena berbeda pandangan tersebut. 

Pemikiran sadar:
Mengapa tetap terjadi hampir setiap orang bertindak tanpa integritas dalam satu atau lain hal, padahal mereka tahu dan sadar akibatnya dibelakang hari? Setiap orang (baca: semua orang termasuk saya dan anda) melihat mereka sebagai orang pribadi maupun berkelompok dalam organisasi yang (katanya) punya integritas.

Kabar buruknya:
Ternyata tidak ada seorangpun (baik anda dan saya) baik sebagai pribadi sendiri-sendiri maupun berkelompok dalam organisasi yang sepanjang waktu dan di setiap tempat bertindak dengan integritas. Jadi jelas bahwa kita mengagungkan integritas, tetapi kita sadar bahwa untuk mejalaninya tidak setiap orang, setiap waktu di setiap tempat kita berintegritas. Justru dunia ini penuh dengan pribadi dan kelompok yang tidak berintegritas. Dan ini sudah menjadi bahaya sistemik. Jadi....???
Faktanya bahwa integritas adalah ibarat sebuah gunung tanpa puncaknya, sehingga kita musti membiasakan diri berenang dan hidup di dalamnya untuk tetap bertumbuh dan berkembang mencapai dan mendaki "puncak" integritas ini. Bahkan saat orang sendiri maupun berkelompok menamakan diri perusahaan, korporasi, kelompok atau negara, dengan kesadaran penuh kalau bertindak tidak didasari integritas, tapi acapkali justru gagal mengusung integritas tersebut dalam perilakunya.  Hasilnya, mereka justru (seringkali) melimpahkan kerusakan akibat tersebut pada alasan atau hal lain (penghindaran). Sebab "siar" mereka adalah tetap mengusung integritas, jadi kalaupun ada tindakan atau perilaku sadar yang berakibat rusak/sakitnya pihak dalam maupun pihak luar mereka, mereka yakin akan bisa (segera) kembali ke integritasnya. 

Bagaimanapun, kombinasi dari
1)   secara umum kami tidak bertindak dan perilaku keluar dari integritas;
2)   yakin bahwa kami adalah pribadi-pribadi yang penuh integritas; dan
3)   bahkan saat kita terpeleset dalam tindakan tindak berintegritaspun, kita akan segera kembali ke jalan yang benar; sebab kita kan pribadi orang-orang yang terus belajar dan mendaki gunung tanpa puncak tersebut. 


Untuk menjadi pribadi dan kelompok yang penuh integritas, memerlukan pengakuan bahwa kita menikmati pelajaran dan perjalanan mendaki tersebut.  Dengan mengetahui bahwa integritas adalah mendaki gunung tanpa puncak, dan kita menikmati pendakian tersebut, membuat kita pribadi-pribadi yang kuat dan punya kuasa memilih, sehingga orang lain menyebut kita otentik, dan masuk dalam pribadi dan kelompok yang berintegritas.  Dengan pengakuan bahwa kita berintegritas dan memang ndak mudah mempertahankan sepanjang waktu di setiap tempat melakukannya, maka kita memaklumi orang lain dan kelompok lain melakukan tindakan gagal berintegritas, selama ada tindakan dan komitmen untuk belajar mendaki tersebut.  


Jakarta 19 Nop 2013