Mendengar teman bercerita, Jumat kemarin, informasinya,
perekonomian dunia sedang di ambang mulainya resesi. Iya, katanya, saya aja
bekerja di bidang Nikel, saat ini sedang proses men-standby-kan perusahaan
(perhalusan dari menutup sementara operasi perusahaan). Lebih jauh disampaikan,
bahwa harga nikel saat ini sudah di bawah US$30/ton (?), dan biaya untuk
operasional perusahaan adalah pada tingkatan USD30/ton. Jadi dalam kondisi
standby mode, perusahaan tetap akan mengeluarkan dana sebesar IDR600juta. Berat
bro...
Sobat tersebut di atas adalah rekan lama yang pastinya ndak
basa-basi bercerita apa adanya. Yakni, bila bagus diceritakan bagus, sementara
bila jelek ya jelek aja. Ndak ja'im. Ndak gengsi untuk cerita. Menambahkan,
bahwa buyer terbesar nikel saat ini adalah China, yang dengan pertumbuhannya
adalah masih di atas 7%p.a. Wow...masih tumbuh tuh... Tapi menurutnya ya, itu
tuh, di dunia motor penggerak ekonomi kok ya hanya China. Sementara Amerika
memilih nomor sekian aja deh... Dan karena krisis global (katanya), China mulai
mengurangi permintaan nikel tersebut.
Kenapa begitu? Sebab buyer China dan sekaligus partner
China-nya adalah juga partner investor yang akan membangun smelter di Indonesia
(karena mengikuti regulasi pemerintah). Dimana pada tahun 2014/2015, nikel dan
sejumlah hasil tambang mineral sudah tidak diperkenankan diekspor dalam bentuk
konsentrat tetapi musti sudah diolah.
Tarik ulur terjadi di sini. Menarik untuk disimpulkan
sementara, Apa iya, kita nunggu smelter dibangun? Apa iya, kita nunggu harga
nikel naik lebih besar dari ongkos operasional kita? Apa iya, nunggu
perekonomian dunia membaik (apa sih tandanya?). Apa iya mau nunggu musim monyet
kawin? Waduh... makin banyak ya, daftar tunggu untuk kita secara logika untuk
dapat memutuskan "memulai"...
Makin seru, begitu sampai di kantor, disampaikan informasi,
bahwa harga batubara dunia saat ini adalah USD83/MT. Seingat saya akhir tahun 2009 lalu harga batubara
lebih kurang di angka yang sama? Dan kita survive, hidup, juga masih bisa punya
tabungan... he he he
Mau ngapain sih? Kalaupun ketemu "mau
ngapain-nya", lalu nunggu apa sih? Ya...kita mau kan lebih baik dari hari
kemarin dong. Baiklah... Yang kemarin yang bagaimana? Lalu setelah dilalui,
buktinya juga ndak bersyukur bisa dilewati, dilalui.
Jadi apa sih yang membuat kita nunggu?
OK, ndak nunggu, lalu kita mau apa? Buat siapa? Tujuan atau
intensi kita lakukan apa? Buat diri sendiri, ego gengsi kita?
Iya ndak sih? "mulai mikir..."
Jadi?
Ya udah deh, mau mulai aja, langkah-langkah kecil...
Kadang, kita mulai melangkah baru ketemu "sesuatu dibelakangnya",
intensinya, tujuannya; tapi bisa juga kita kita tercenung untuk nunggu "greng"
dulu baru melangkah.... Waduuuh keburu karatan, bangkotan, lumutan...
Tapi "mau melangkah" aja sudah turning point, ya udah,
ikutin aja deh.
Mau kemana? Nih, saya sudah bangkit dari bangku....
Bingung juga ya?
Gimana kalo mulai dengan mengunjungi sobat yang selama ini kita
hindari? hi hi hi hi, waduh cari penyakit nih... Padahal kita menghindari karena
takut, karena ndak siap, karena ngeri, karena yaaaaa mau cari aman aja sih...
Hmmmm, boleh juga sih, yo wis, niatnya silaturahmi aja, ketemu
ya disapa, didatangi, disalami, dan didoakan. Kalaupun diusir, dimarahi atau sampai
dipukul ya diterima, lha wong kita yang ndatangi.
Coba dipikir, kita yang mendatangi, kalopun sobat kita ndak siap
ya diterima, disyukuri, diikhlaskan, direlakan dan didoakan. Wong bisa ketemu (apapun
kejadiannya saja) sudah berkah kok.
Hayuk ah......
Jakarta 09:42, hari hujan 17 Juni 2013