Saat belajar di SD, aku dipilihkan oleh almarhum ibu. Masuk
SMP, aku yang memillih. SMA, adalah pilihanku. Perguruan tinggi yang aku jalani
sebenarnya bukan aku yang memilih pertama kali, karena ikut-ikutan dengan
sahabatku, yang ternyata tidak mendaftar di tempat tersebut. Saat ada panggilan
kedua, almarhum bapak memintaku untuk masuk dalam perguruan tinggi tempat aku
mendaftar tersebut. Katanya, ndak mungkin kamu dipanggil kalo bukan kamu
sendiri yang memutuskan untuk menuliskannya. Walau sampai dengan lulusnya aku tetap merasa bukan aku yang memilih. (masih
dengan mental victim: menyalahkan
orang lain untuk kejadian yang aku jalani…..)
Mulai dengan melamar pekerjaan, aku yang memilih, juga saat
pindah kantor kedua dan ketiga. Apakah ada beda antara aku yang melamar atau
ditawari oleh orang lain? Sebab kedua pilihan tersebut tetap membutuhkan aku
untuk memutuskan dan bertanggung jawab dengan pilihanku kan? Hayooooo…..
Pilihan adalah apapun yang diputuskan dan ada tanggung jawab
serta konsekuensi yang menyertainya. Sewaktu di perguruan tinggi, aku merasa
bahwa kalo aku dipilihkan atau ikut pilihan bapak, kan kalo ada apa-apa yang
membuat tidak sukses kan boleh (baca sekali lagi: boleh menyalahkan orang lain,
juga bapak…)
Belakangan sejak bekerja, ternyata dunia ini begitu kejam. Aku
memilih, atau ndak memilih (jadi akibat orang lain yang memilihkan) kenyataanya
apapun yang aku putuskan untuk menjalani (walau bukan pilihanku…--masih ngotot
bukan pilihanku lho, walau aku jalani--…) langsung dan tidak langsung tetap
kena di aku. Itu adalah paketnya. Suka ato ndak suka. Apa masih mau menyalahkan
orang lain (kalo apes), dan menerima manfaatkannya kalo enak….. Lho kok enak banget kalo gitu….
Hidup ini indah, apapun bagaimanapun di manapun siapaun
kapanpun, penting untuk sadar dan waspada. Setiap sepersekian detik itu
berharga. Diam juga merupakan pilihan. Apalagi bergerak…..
Hayoooo masih mau mengatakan kalo semua hal itu adalah
akibat hal lain ato orang lain? Dasar mental victim….yang ndak mau sadar…..
Hayuuuuk aaaaah
Jakarta 10 April 2013
No comments:
Post a Comment