April 15, 2013

Pasca Perang

Selama 2 hari dalam kurungan dan kubangan, ternyata semakin saya berpikir banyak, semakin menyeret pikiran, badan dan hati ke ruang kotor dan jauh lebih kotor dan menjijikan.

Gusti menendang kursi saya dan membuat tanda bahwa musti keluar dari tempat dan waktu ini.  Berat? Jelas... Enak, ya jelas ndak enak...  Terutama perangkat casing manusia ini malas dibuatnya. Betul bahwa banyak orang katakan, bahwa suasana sendu sedih dan menusuk ini berat dijalani tetapi sekaligus berat untuk dilepaskan. Masih selalu ada mental victim untuk pengin dikasihani, sekaligus minta untuk tidak dikasihani. Tetapi tetap ingin untuk didengarkan.

Coba sahabat sekalian perhatikan, apakah saya (menunjuk diri sendiri) memang betul2 tulus untuk mendengarkan orang lain? Apakah pernah? Coba jawab yang jujur. Kliatannya jarang dan boleh disebut tidak pernah kan......? Wong saya selama ini mendengarkan orang lain dengan kacamata saya, dengan persepsi saya, dengan pengalaman saya, dengan perasaan saya. Jadi apa benar hati kita ada dan terhubung dengan hati orang yang kita dengarkan? Mana pernah?

Nah....kemarin jam 17 sore saya putuskan untuk lepas dari belenggu itu. Nikmati, jalani, terhubung dengan dunia dengan hati. Enak? ya jelas ndak enak. Masih beberapa kali ingin kembali ke mental victim yang mengasihani diri sendiri.

Ikhlas, memang tidak mudah. Tapi worthed untuk dicoba dan dijalani....

Berkah sudah ada sejak kita belum lahir, sampai sekarang dan sampai kapanpun... Ndak terasa? lha wong yang didoakan berkah duniawi yang datang dan pergi...... Padahal, Gusti Allah menyertai kita terus....tapi kita pilih cari "berkah" yang lain.

Kembali ke masa untuk keluar Pasca Perang....apa masih mau untuk kembali lagi? Cobaan datang setiap kali, apa kita memperkenankan badan duniawi ini goyah? Monggo....

Masih mau denial? Masih mau marah? Masih mau menikmati shock? Monggo....mau berapa lama?

Jakarta 15 April 2013, pk 8:27




No comments:

Post a Comment