April 16, 2013

Katak melihat cahaya

Ibarat seekor katak yang mengharapkan hidup dan dapat bertemu dengan sang Khalik, Sang Pemberi Hidup...

Ingat pada cerita bahwa seorang kawan memberikan permainan tebak2an. Berapa lama seekor katak dapat hidup bila dimasukkan dalam ember dengan air kira2 seperempat ember dan kemudian ditutup rapat?

Ndak tau......

Kawan tersebut menjawab: kalo tertutup rapat maka sang katak tersebut hanya dapat bertahan paling lama beberapa jam ndak lebih dari 12 jam. Sementara kalo di tutupan tersebut di lubangi walau hanya sebesar ujung pensil, maka akan bertahan lebih dari 3 hari atau lebih dari 72 jam....

Menarik kan?

Kawan tersebut adalah seorang sahabat lama yang sudah makan asam garam kehidupan dan hanya ingin berbagi. Coba teman sekalian hitung, berapa banyak kawan kita sekarang, bahkan sahabat yang bersedia bersama, berbagi, mendukung dan bahkan mendoakan bersama dengan kita untuk hidup yang sedemikian berharga? tiga? lima? atau adakah yang lebih dari 10 orang ? Monggo dihitung....

Jawab untuk ilustrasi katak tersebut cukup menarik karena dapat dikembalikan pada harapan hidup yang sedemikian berarti....

Saat hidup ini kelam, gelap, hitam, pekat, dimana kita merasa sendiri, dijauhi, bahkan dihindari. Adakah kita merasa tetap teguh menjalani atau justru seperti labirin menurun mengecil yang patut dikeluhkan, dikutuk, ditakuti atau bahkan disesali mengapa kita berada saat ini? di sini? dalam keadaan begini?

Seberapa banyak dari sahabat sekalian, yang dalam keadaan demikian justru menyesali yang bahkan sempat terpikir bahwa KEMATIAN adalah satu-satunya JALAN  YANG INDAH? wow.......

Menarik bukan......?

Saat kita terpojok, bahkan oleh keadaan oleh kenyataan, oleh makian, cacian, cercaan, fitnahan, tudingan, todongan. Di sudut, ditempat yang tidak mungkin lagi kita berlari ke belakang sebab tidak ada jalan. Masih kah kita mengandalkan tangan sendiri? tangan orang lain? tangan atasan kita? tangan sahabat kita? tangan keluarga kita? tangan siapapun? Yang mana sangat memungkinkan bahwa merekapun bila dalam keadaan yang sama dengan kita akan (SANGAT MUNGKIN) menolong diri mereka sendiri dan (SERINGKALI) lupa dengan kita.... Atau kitapun demikian melupakan mereka.....

Nah.............ini bagian yang paling menarik. Sudahkah kita mengambil keputusan? KEMATIAN KAH? MENYERAHKAN? SUDAH AH, QUIT AJA.......?

Atau......

kita justru berikhtiar, berjuang dan melawan dengan tetap berdoa dan mengikhlaskan apapun yang terjadi adalah dalam LINDUNGAN NYA? Sang Khalik yang MEMBERIKAN HIDUP....?

Beranikah kita? Atau saya justru tergoda (lagi) untuk masih menyalahkan orang lain?

Bukankah ikhtiar, doa, juang, ikhlas, LindunganNya tersebut juga merupakan "lobang kecil sebesar ujung pensil yang dilihat Sang Katak di dalam ember berisi air tersebut?"

Monggo.......

Jakarta 16 April 2013 pukul 8:28





No comments:

Post a Comment