March 14, 2012

Cinta

"Cinta harus lebih diwujudkan dalam perbuatan daripada diungkapkan dalam kata-kata" (St Ignatius Loyola)

Demikian kalimat ini begitu menggugah hati dan pikiran saya. Adakah hal tersebut juga menggetarkan anda?

Cinta merupakan hal yang indah, sakral, bahkan cenderung satu arah. Kita menyayangi seseorang apakah juga sekaligus mencintainya? Bila secara bodo2an dianggap bahwa mencintai sama dengan menyayangi, maka saya ingin membongkar pernyataan tersebut dengan ilustrasi di bawah ini.

Saat saya naksir seseorang pada zaman SMP dulu, apa iya rasa itu disebut cinta? Milhatnya saja sudah "ser" berjuta rasanya. Bertemu, berbincang, apalagi. Wuih, ndak terperkirakan rasanya. Nah tetapi saat dia mengenakan pakaian atau dandanan lain dari biasanya dan tidak tampak cute, langsung saja ilang feeling nih....
Lho kok jadinya kita suka (yang diterjemahkan oleh kita sebagai naksir = cinta) tapi musti sesuai dengan "mau" kita.... Nah apa iya, cinta itu jenis ini...

Kedua, saat mulai naksir dan rasa "ser" sewaktu di kuliah, ternyata hampir mirip dengan rasa sewaktu SMP, tetapi ada perubahan sedikit. sewaktu si dia bertindak, berdandan, berpikiran dan bahkan mendiamkan kita, tetapi rasa yang di dada ini tetap sama. Bahkan, dengan sok tau, malah saya tetap "mengejar"nya dan ingin berpacaran bahkan sampai melamarnya ke pelaminan sampai dengan sekarang. Mulai terjadi dua arah, saling respect, saling belajar, saling mensupport....

Nah belakangan, sesudah kami menikah dan memiliki berkah putra dan putri, berjumlah 3 anak, ternyata, rasa itu juga berkembang. Bahkan rasa saling support untuk "melepaskannya" berkembang lebih jauh menjadi semakin besar. Karena kami semakin percaya bahwa hati kami satu, tapi tetap ada privacy masing-masing yang perlu dikembangkan, walau "ladangnya" berbeda.

Terima kasih Gusti, telah memberikan berkah karunia yang maha Agung ini. Sehingga rasa cinta kami tetap berkembang, dan dapat dirasakan tidak hanya pada pasangan, anak-anak buah hati kami, tetapi juga pada orang yang kami temui. Tuhan memberkati selalu. Amin.

Jakarta 14:30 14Mar2012





1 comment:

  1. Salut sekali buat pak Didik yang tidak terpengaruh oleh pergaulan lingkukan sekitarnya yang saya tau pasti tidak mengagungkan sakralnya pernikahan... Semoga sifat hal ini bisa menjadi teladan bagi pribadi-pribadi disekitar pak Didik untuk lebih menghargai perkawinan.

    ReplyDelete