March 02, 2012

Hidup dalam hidup atau mati dalam hidup-kah kita ini?

Kemarin saya bicang-bincang sore dengan sahabat. Menarik dan banyak belajar dalam pertemuan itu. Saya menceritakan bahwa ibu saya sdang dirawat di rumah sakit, sementara dia menceritakan tentang putra nya tercinta yang saat ini begitu berkembang.

Singkat cerita, sampailah kami diperbincangan pada topik, lalu bagaimana kita menghadapi atau tepatnya menyikapi setiap kejadian yangdemikian mengguncangkan ini?

Waduh...ndak gampang nih...

Ngelantur pada pagi harinya saja sudah membuat "story".... Ketika mau sikat gigi, saya mencari2 dimana ya saya letakkan sikat gigi saya? Cukup lama saya cari, di wastafel ndak ada, di dekat cermin ndak ada, dekat gayung ndak ada, di atas bupet samping ndak ada, wah....makan waktu hampir 20menit. Mulai ndak sabar, mulai kesal, lalu saya cari di kamar mandi bawah...ndak ada juga. Nah lho....
Lalu saya buka sikat gigi baru (walau perasaan kesal sudah melanda).

Selesai mandi, saya melirik ke cermin di dalam gelas, eh......kok ada di situ? Siap yang taruh....

Sambil makan pagi saya mikir, saya urut, saya "lepaskan"..... Eh ternyata kebiasaan saya (ndak tau ya kalo orang lain...) kalo kita mencari sesuatu, bertemu orang lain, mendengar sesuatu, SAYA SUDAH MENANNAMKAN APA MAU SAYA, sehingga bila ketemu hal yang berbeda baik keadaan, perbincangan, topik, kejadian bahkan jawaban lain, maka segera terpikir, KENAPA, SIAPA YANG MELAKUKAN, PASTI ADA YANG PUNYA NIAT LAIN, KOK SAYA KENA LAGI.....

Mumpung sedang sadar dan merasa hidup, jadi saya tuangkan hal ini jadi tulisan. Ternyata selama ini saya hidup dengan PERSEPSI yang sudah dan selalu terpasang terlebih dahulu. Otomatis... Auto-pilot, ha ha ha, mirip negeri tercinta kita ya...... Look familiar....

Sering berpikir, saya hanya mau mendengar "apa yang saya mau", lainnya ndak...tolak aja... Kalo berbeda, merasa ditolak, merasa dijerumuskan, merasa disingkirkan, merasa jadi korban...... Self pitty. Meng-kasihani diri sendiri.

Jangan-jangan ini yang disebut "mati di saat hidup"

Wong di dunia ini seperti roller coaster, naik turun nya demikian tajam. Sebentar naik, sebentar turun, bisa curam, bisa landai, bisa ada belokan, bisa lurus. Mau menikmati? Monggo.... Rekan saya yang sok kebarat2an bilangnya, "That's Life! What do you expect more...?"

Menikmati? Monggo..... Mau menghindar, ya monggo kerso.... Wong kita diciptakan dengan kemerdekaan (free will).....

Tuhan memberkati

Jakarta 7.50 2mar2012

No comments:

Post a Comment