October 11, 2011

Melayani

Apa yang timbul bila kita menyebut kata "melayani" ini?

Seringkali kita membayangkan bahwa melayani berarti melakukan tindakan untuk seseorang dengan tidak perlu mengindahkan apa yang kita rasakan. Apakah kita senang melakukannya? apakah rela kita melakukannya? apakah kita mengharapkan sesuatu dari tindakan kita? apakah kita justru membalas tindakan seseorang tersebut, sehingga kita melakukan pelayanan itu?

Apapun jawabannya, penulis menemukan sesuatu, bahwa dengan melakukan pelayanan, berarti kita merelakan sebagian (atau seluruh) ego kita, sekaligus tanpa kehilangan kendali.

Mungkin dari rekan pembaca akan merasa terganggu pada penggalan kedua kalimat diatas. Wong kita merelakan sesuatu kok ndak kehilangan kendali. Apa bisa? apa mungkin?

Disinilah tantangannya, sebab bila kita rela dan "cul-culan" (atau bahasa jawa-nya adalah "wis, tak cul no, sak karepmu dewe...) maka hal ini berarti kita merelakan, tapi masih ada yang kita lepaskan dengan tidak rela (baca: pamrih).

Maksud penulis pada pengartian di atas adalah: bahwa melakukan pelayanan adalah pilihan (choice) dari pelaku, sehingga dengan sadar dan bijaksana, tentunya disikapi dengan baik yaitu tetap dalam kendali pelaku yang bertanggung jawab. (bukan cul-culan).

Demikian sedikit curcol penulis, monggo bila ada rekan pembaca yang berkomentar lain....

Jakarta 13.37 Okt11,2011

No comments:

Post a Comment