October 24, 2011

Que sera sera

Mana yang lebih mudah, menahan diri atau menyerang pihak lain walau dalam bentuk defensif?

Suatu ketika, saya dihadapkan pada pilihan untuk mengundur kan diri. Walau hal ini telah dilakukan dengan baik, sopan, hati-hati dan perlahan-lahan oleh atasan saya, tetapi tetap saja ada rasa yang mengganjal dalam dada.

Why? Mengapa hal ini terjadi? Kenapa terjadi pada saya? Apa tujuannya?

Ternyata semakin lama saya rasakan, renungkan dan endapkan, ternyata jawaban atas pertanyaan saya tersebut di atas tidaklah kunjung datang. Mengadu pada atasan untuk bertanya? Sudah beberapa kali ternyata tidaklah memberikan jawaban yang memenuhi pertanyaan tersebut di atas. Sebab jawabnya adalah bahwa sabar, sedang terjadi perubahan.

Makin menarik sebab ternyata hal ini ditambahi oleh sikap sahabat yang selama ini dekat menjadi berubah, seolah-oleh saya mengidap penyakit kusta yang sangat menular. Pandangan sinis dan anggapan tatapan mata seolah "itulah...karena kamu telah berbuat........"

Wow. Ada apa ini Gusti?

Dengan berjalannya waktu, ternyata maksud Gusti Allah menjadi jelas, bahwa banyak pertanyaan tidaklah (perlu) ada jawabannya. Kedua, semakin kita ingin tahu, ternyata semakin kita dibutakan dan ditulikan serta ditumpulkan. Ketiga, doa merupakan sarana satu-satunya untuk menyerahkan jalan hidup ini pada Nya.

Sehingga pada saat terjadinya peralihan lain, perubahan besar, ternyata kita sudah di"terangi" oleh cahayaNya. Hidup lebih enteng dan lepas dari kelekatannya.

Jadi kembali pada pertanyaan di atas, apakah kita layak menahan diri atau kita bersikap defensif?

Monggo, rekan pembaca menyimpulkannya sendiri.


Jakarta 12.45 Okt24,2011

No comments:

Post a Comment