October 31, 2011

Emosi, Pengetahuan dan Dusta 1

Selamat pagi rekan pembaca yang saya cintai.

Sejak 2 hari lalu, hati saya gundah akan apa yang dapat dan mungkin terjadi pada diri maupun sekitar saya. Puji Tuhan, alhamdulilah, ternyata saya diberkati Tuhan dengan pasangan hidup yang demikian sabar mendengarkan kegundahan ini. Juga dengan anak-anak yang dengan keadaannya memberikan warna hidup ini lebih terang dan cerah.

Jadi apa yang perlu dikhawatirkan?

Setelah dijewer oleh tangan Gusti Allah, ternyata bahwa saya telah kurang sabar dan bertahan. Bahkan cenderung mencari pengetahuan untuk mengetahui dan mengerti kondisi kemanusiaan ini. Sehingga bukannya menemukan terangNya malah justru kabut hitam tebal ketidaktahuan.

Ilustrasi sederhana baru ditiupkan ke telinga saya, bahwa emosi ini ibaratnya tenaga besar mobil Amerika ber-cc besar, yang kalo kita tekan kopling terlalu lama akan berakibat selip dan tergelincir. Alih-alih mengangkat kaki agar tidak menginjak gas, kita berharap ada pengetahuan yang menjelaskan apa maksud adanya gas, kopling, rem bahkan kemudi di kendaraan tersebut.

Alih-alih belajar mengerti niatan kita menginjak gas di kendaraan kita, tetapi kita justru mencari pengetahuan kenapa kendaraan kita kok tidak berjalan maju? Jadi godaan untuk mengerti niat dimatikan oleh pengetahuan teknis untuk memuaskan emosi kita.

Sehingga tidak mengherankan, kalo kita temui dusta hanya karena kita menutupi pengertian tentang niat perbuatan vs pengertian tentang hal teknis (baca: tips-tips praktis) saja.

Demikian melelehnya emosi karena ngotot mencari pembenaran telah membuat saya menabrak tembok pengertian. Waduh....

Jakarta 11.03 Okt31,2011

No comments:

Post a Comment