October 01, 2013

Yak Ampun


Betapa pipi dan muka ini mau ditaruh di mana? Ternyata apa yang ku katakan dan ku sampaikan serta berulang kali ku tekankan pada perkataan yang kusampaikan, adalah bertentangan dengan apa yang hatiku rasakan. Bahkan dengan ternyata apa yang kukatakan dan kusampaikan pada kenyataan dalam hati ini adalah hanya sekedar idealnya, atau normatif saja.  Atau kata lain dari sebaiknya yang aku harapkan. 

Contoh misalnya:

Saat sobat ku tadi pagi menyapa:"apa kabar Dik"

Langsung ku katakan,"great Chief"

Coba dianalisa ulang, apa bener yang kukatakan adalah benar dan nyata dan jujur bahwa aku baik dan in a great shape? Padahal hati ini sedang sakit, diiris-iris, nyeri, bahkan sedang menekan adanya amarah yang meletup, membuncah, hampir nyebur keluar. Mosok begini dikatakan baik? Ya ndak bener kan?

Tapi apa kalo ndak baik kita sampaikan ke orang lain? Ato pengin orang lain mengetahui keadaan kita? Ato malah kita pengin dikasihani oleh orang lain? Menjadi mental victim atau mentalitas korban; yang hatinya menyatakan,"apa elu ndak kasihan gue nih? tolong dong... syukur-syukur elu bisa mbantuin gue."

Udah ah...mosok begini rasa "udah" ketampar mau disharing lebih banyak.


Jakarta 14:05; 1Okt2013

No comments:

Post a Comment