November 27, 2011

Rindu untuk pulang

Saya yakin sahabat-sahabat pembaca pernah mengalami rasa rindu yang amat sangat untuk pulang. Kata pulang di sini dapat berarti sangat luas dan dalam. Ada arti kata pertemuan yang amat sangat maha dahsyat.

Pertanyaan berikutnya adalah bertemu dengan siapa? untuk apa? bagaimana perlu diadakan pertemuannya? di mana? kapan bertemunya?

Beberapa rekan akan dengan mudah menjawab pertanyaan terakhir yaitu kapan bertemunya? yakni secepatnya, atau kalau boleh diminta untuk dikabulkan Gusti Allah adalah sekarang waktunya. Atau beberapa jokes mengatakannya," seharusnya sudah dari kemarin dong..." Tentu ungkapan jokes ini menjadi sangat kurang ajar.

Apakah dengan diadakannya "bertemu" dengan yang ditunggu dan dirindukan tersebut rasa kangen kita sudah terselesaikan? Settled down, kata orang Barat. Coba rekan renungkan lebih dalam.

Bila rasa tersebut demikian mudah, dan murah tentu saja siapa/apa dan bagaimana cara "pulang" tersebut menjadi tidak demikian berharga. Kalau rasa rindu tersebut cukup dipenuhi dengan kita pulang ke rumah, bertemu dengan pasangan hidup dan anak-anak terkasih, tentunya tidak demikian saja sudah dikatakan "lunas".

Nah sahabatku, ternyata pulang, menjadi sangat sakral saat kita benar-benar mempersiapkannya dengan baik (lahir, batin, pikiran, tentu saja mental). Bila kita over expextation, maka saat orang yang kita temui ternyata "biasa" saja, maka kita akan kecewa, dan nilai dari rindu tersebut dapat segera menjadi kecewa dan kalau keterusan menjadi benci. Waduh....kok menjadi semacam kutuk ya?

Apa sebaiknya kita mengubahnya menjadi persiapan dengan modal under expectation? Sehingga setiap apa respon serta apapun keadaannya menjadi berkah untuk kita. Dan menjadikan nilai dari pulang karena rindu lan kangen tersebut membumbung tinggi?

Setelah mengendapkannya dalam beberapa waktu, saya memperoleh pengalaman yang luar biasa saat kita benar-benar merelakan (hanya kata ini yang saya rasakan cukup pas) sebab kalau pasrah kok kadang dapat diartikan pasif. Berasal dari kata rela, yang merupakan tindak keputusan kita untuk siap menerima apapun (sekali lagi apapun) hasil yang diterima, selama apapun upaya dan ikhtiar sudah kita lalukan. Dan terpenting sudah dikawal dengan doa kepada Tuhan Gusti Allah kita.

Demikian Rindu ini ingin saya bagikan pada sahabat sekalian. Matur nuwun. Tuhan memberkati sahabat sekalian.

Jakarta 14.18 Nop27,2011

No comments:

Post a Comment