July 19, 2013

Runtuh

Selama ini kukira monumen yang setiap hari ku lewati, ku doakan, ku jaga, juga ku pupuk akan tumbuh, kuat, dan dapat dijadikan gantungan untuk berteduh saat musim kemarau, saat musim hujan, menahan angin agar tidak langsung mengenaiku, ataupun tempat sekedar bercengkerama di saat cuaca cerah.

Kemarin, monumen itu runtuh, remuk, lumer, meleleh, tanpa bentuk, tidak tersisa, tidak menggelegar, tidak bersuara....

Sunyi, senyap, lenyap, hilang ndak berbekas. Hanya tersisa debu, warna hijau, biru, sedikit sisa serpihan oranye.

Lantai fondasinya masih terlihat kuat, walah ada bekas pecahan tegel yang tidak diganti di masa lalu.  Batu alam, warna abu-abu yang sudah mulai menghijau, lumut, licin, bahkan ada sejumlah yang menebal di pojok-pojok nya.

Berdiri, memandangi bekas lokasi monumen tersebut berdiri. Semilir angin, membangunkanku, untuk segera berjalan kembali.

Ibuku memanggil,"Sudah Dik...segera berangkat, ibu sudah siapkan makan pagimu. Kalau ndak sempat dimakan dan minum, dibawa saja.....?"  "Njih bu, matur nuwun,"demikian jawabku.
Dengan bekal, dan kemantapan hati, ku tatap indahnya Dunia ini....

Sampai lupa aku bersyukur..... Ya Allah....


Jakarta, 19 Juli 2013, 10.41

No comments:

Post a Comment