July 19, 2013

Nafas

Mengingat kejadian kemarin, dimana sahabat, partner, kakak serta guru saya selama di organisasi mendapat kabar bahwa status nya sudah dilepas atau berpisah.

Terduduk, tercenung, termenung, terdiam, senyap, sunyi. Seakan suara, teriakan atau celotehan dari hati yang biasanya lancar bahkan sering tanpa dikomando keluar bagaikan anak panah yang tak tentu arahnya. Nyablak, menyeruak, semburat kemana-mana. Lucunya, kali ini, kok seakan tercekat, lengket atau bahkan kering ndak mau keluar.

Bingung? ndak. Runtuh, rapuh, lumer, cair dari tadinya berbentuk tiang pancang yang tangguh, seakan ndak roboh bahkan kalo digentarkan oleh gempa. Kali ini seolah lumer, meleleh, cair, rapuh dan runtuh, tanpa bunyi, tanpa suara menggelegar. Senyap...... Hilang ditelan angin sepoi-sepoi.

Hanya terdengar suara AC.... yang biasanya ndak terdengar, kok sekarang hanya bunyi anginnya yang dingin dan berisik.

Tarikan napas yang dalam kulakukan, seolah paru-paru ini takut ndak bisa bernapas sebentar lagi. Coba kuatur nafas ini, tarik yang dalam, ingin kupenuhi paruku ini dengan oksigen, ingin kumasukkan juga ke dalam otakku. Kutahan gerakan nafasku, hanya untuk merasakan alirannya masuk dan beredar ke dalam tubuh.  Lalu kulepas nafasku perlahan, seolah ingin kukeluarkan lewat pori-pori kulit ku di seluruh tubuh.
Semenit, lima menit, dua puluh menit. Tercekat.

Hilang? Apa yang hilang ya? Marah? ndak juga kok. Sudah ndak ada amarah dan amuk dalam hatiku. Mencari salah dan penyebabnya? Ndak juga.

Senyap....

Betapa Gusti Allah masih memberikanku kesempatan untuk mensyukuri hidup ini. Kesempatan, jabatan, teman, sahabat, saudara, materi, hubungan, komunikasi dan bahkan kelekatan boleh datang dan pergi, tetapi Gusti Allah menyertai selalu. Selama hayat dikandung badan.....

Wow....


Jakarta, 19 Juli 2013, 10.10 

No comments:

Post a Comment