December 06, 2011

Tanggung jawab

Tanggung jawab atau responsibility, seringkali disalahartikan bila ditambahi dengan persepsi negatif.

Menjadi positif kadang kala bila masuk dalam konteks pengorbanan dan kerelaan melakukannya untuk kepentingan kelompok yang lebih besar.

Selasa minggu lalu, dalam kunjungan ke tempat kerja di Kalimantan, kami menggunakan pesawat sewa karena waktu kunjungnya yang sangat pendek dan padat. Dalam perjalanan pulang, saat pesawat akan tinggal landas, dan sudah berada di jalur landasan pacu, tiba-tiba di tengah landasan, pesawat sempat kehilangan tenaga (walau saya bukan insinyur dan tidak mengerti teknis), tapi terasa bahwa akselerasi tiba-tiba drop. Sehingga pesawat kembali ke bandara.

Sang pilot langsung turun, dan memeriksa ke belakang pesawat, utak-utik selama lebih kurang 25 menit, lalu mencoba mesin. Dan jalan....

Di perjalanan, saat masih mengudara, pilot mendatangi kami, dan meminta maaf atas kejadian yang tidak mengenakkan, serta berharap kami penumpangnya tidak perlu khawatir.

Saat ditanya, jadi apakah aman pesawat kita?

Sang pilot menjawab,"if there is still trouble, I wouldn't be here with you. Also, I wouldn't allow you fly in this aeroplane." (terjemahan bebasnya adalah, kalo masih masalah (di pesawatnya) saya ndak akan bareng di sini dong...)

Gila, impact-nya kena banget tuh. Kalo membahayakan diri sendiri mana berani... itu kan namanya bunuh diri. Kalo membahayakan orang lain (he he he), udah sering kan... Malah sering kali kita temui kondisi yang justru dilakukan karena hanya membahayakan orang lain sementara dirinya sendiri aman.

Hayo... Adakah rekan-rekan pembaca merasakan "feel" tersebut? Apa berani membahayakan diri sendiri sebagai bukti tanggung jawabnya? Monggo, silakan kalo memiliki pendapat lain. Matur nuwun. Tuhan memberkati.

Jakarta, 11.30 Des06,2011


No comments:

Post a Comment