January 24, 2016

Just ask….tanya aja….


Seringkali ku mulai tindakan dengan berpikir, wah nanti ada apa-apa. Wah nanti ditolak, wah nanti begini, wah nanti begitu dan seterusnya. Belum-belum sudah banyak skenario sandiwara dalam pikiran ini.

Lucunya kemarin aku ndak berpikir, langsung tanya pada anakku yang besar;” mas, siang ini kamu mau kemana? Apa mau jalan sama bapak?
Tampaknyapun aku ndak perlu menunggu jawabannya, dalam arti apapun jawabnya aku siap menerima, ditolak, diterima atau diterima dengan syarat tertentu misalnya dia maunya jam setelah ini, atau nanti kalau sudah melakukan ini atau itu.

Dan ternyata jawab anakku adalah,” aku ndak kemana-mana tapi ndak mau jalan pak.”

Nah…..

 Biasanya kalau aku ngajak, berarti aku maunya (dalam pikiran dan perasaanku) ya musti harus dan wajib jalan. Kalau ditolak berarti menolak bapak. Menolak ajakan bapak. Sang bapak dalam diriku ini merasa ditolak, merasa tidak dianggap. Bahkan biasanya, aku langsung emosi, walaupun tidak mesti meluap-luap. Tapi minimal hatiku dan perasaan serta emosi ku hari itu langsung bad mood, ndak enak ngapa-ngapain.

Lucu, sekali lagi lucu sekali apa yang kualami pagi kemarin, justru aku ndak merasa apa-apa. Ndak merasa ada yang hilang, ndak merasa ditolak. Biasa aja. Cool aja. Woles kata anak sekarang.

Apa yang terjadi ya?

Setelah kejadian itu justru aku merasa, kok bisa ya. Betapa anugerah Gusti….

Bagaimana dengan mu sahabat? Pernahkah merasakan hal kecil yang ternyata “cukup besar”?

Monggo…..


Jakarta, 16:59; 24Jan2016

No comments:

Post a Comment