January 03, 2013

Ukuran yang tidak linear....


Karena saya yang beli kopi luwak merek B, maka ndak jadi perhatian kenapa saya beli 10 gram Rp 60 ribu, dan ada yang saya beli 100 gram Rp 350 ribu. Waduh.... Kenapa begitu?

Tadinya istri waktu hanya melihat kantung yang kecil, 10 gram, dia bilang, kalo 10 gram seharga Rp 60 ribu, kok ya mahal banget ya kalo jadi 1 kilo... Mosok 6 juta?

Begitu linat kantong yang 100gr seharga Rp 350 ribu, lho kok jauh? Klo dihitung dengan kantong ini, 1 kilonya bakal seharga Rp 3,5 juta.  Teteup mahal tuh. Emang beli kopi apa sih? Apanya yang enak sih? Aa yang mahal kantongnya? Ato karena sudah dimakan luwaknya? Atau bagaimana?

Seingat saya waktu dalam perjalanan mau cari dan beli kopi ini, sang waiter sempat cerita bagaimana kopi luwak terjadi. Sebab perkebunan kopi membutuhkan luwak untuk "memilih dan memakannya? Dan luwak hanya memakan kulitnya saja. Dan ndak kalah penting, sebenarnya luwak itu ndak makan kopi, tapi "hebatnya" manusia yang betwenak luwak dan berkebun kopi, serta memaksa luwak untuk mengubah makanannya menjadi hanya makan kopi. Lalu saya tanya, lha kalo ndak makan kopi kok luwak mau? Ternyata (nentah bener atu salah) itulah R&D atau research and development. Ada ongkos penelitian dan pengembangan. (Ndak banyak pengusaha yang mau mengongkosi kerjaan ini, kan maunya jiplak yang ok buang yang ndak ok).

Prosesnya mirip kita diet, atau sewaktu saya terpaksa diet karena rahang dan gigi sakit kemarin. Terpaksa atau dipaksa, mana yang berjalan saja.

Luwak hanya diberi makanan kopi, makanan aslinya ndak diberikan. Jadi hanya luwak yang survive (atau selamat dan hidup, jangan tanya berapa bisa tahan ya....itu di luar pertanyaan).

Nah, jadi..... Yak betul ada pengorbanan, ada usaha, itu yang bikin harganya ya ndak linear, mau ditelusur... Silakan....

Jakarta, 9:37, 3Jn2013

No comments:

Post a Comment