August 03, 2011

Mau jadi yang no. 1.....

Kisah ini campuran dari pengalaman sendiri, penglihatanku pada orang lain juga hasil kajian dari bahan bacaan.

Sejak kecil, menjadi no.1 sebenarnya bukan tujuanku. Tetapi melihat teman-teman yang ranking satu dan dua kok dipanggil maju dan peroleh hadiah. Nah itu baru menarik...

Sampai dengan kelas 4 SD aku bukan masuk dalam jajaran itu, puji Tuhan, aku diberkahi Gusti Allah setelahnya aku masuk jajaran yang "dipanggil di muka kelas saat tutup tahun ajaran". Hadiahnya ndak seberapa, tetapi dipanggil oleh suster di muka kelas, itu namanya langsung dikenal. wuiiiiih

Sejak itulah aku dipaksa dan ditunjuk menjadi ketua kelas. Hal ini terjadi sampai aku di SMP.

Kejadian istimewa terjadi saat aku mulai menginjak SMA (sekarang SMU), semua rekan jauuuuuh lebih pandai dan cerdas dari aku. Maka jadilah aku berjuang lagi untuk (siapa tahu) masuk jajaran. Bahkan sampai lulus kuliahpun aku puas dan terberkati menjadi mediocre. Luar biasa berkah itu. Wong lulus di SMA aja berkah, luluh di universitas juga berkah, apa lagi yang dibanggakan lebih dari itu.

Ikut salah satu kegiatan mahasiswa aja, tujuan dan motivasinya aja ndak jelas, wong ikut-ikutan dan yang penting punya kegiatan serta menambah teman. Eh, suatu saat didorong-dorong oleh rekan (yang sampai saat ini saya sangat respect - 3 kakak kelas yang luar biasa) menjadi ketua kegiatan tersebut. Maka jadilah ketua "jadi-jadian" itu. Masih bagus ada yang ikut dan aktivitasnya jalan. Puji Tuhan.

Setelah lulus, aku sudah beberapa kali pindah tempat bekerja dan sampai saat ini memperoleh penugasan yang luar biasa, dengan harapan bisa memberikan manfaat bagi keluarga, rekan, organisasi, serta masyarakat (waduh kejauhan ya???).

Melihat kejadian demi kejadian tersebut di atas, apa masih penting menjadi nomor satu, atau masuk jajaran (yang dikenal rekan dan guru), atau dianggap sebagai pemimpin suatu kelompok, organisasi, atau perusahaan? Wong semua itu adalah berkah Gusti Allah, amanahNya serta bukan "punya dan mau" kita sendiri?

Jadi apa lagi yang boleh dibangga-banggakan, dipamerkan, disombongkan? Urip ikut mung mampir ngombe (demikian idiom yang dibawa oleh orang-orang tua dari Jawa kita).

Jadi.......

16.08 3Aug2011

2 comments:

  1. Betul Mas...urip iku mung mampir ngombe....tapi saat mampir ngombe itu ada yang mampir kawin lebih dari 1x, ada yang mampir selingkuh, ada yang mampir korupsi sampe diuber ke luar negri...whahahahahahaha ini mampir ato nglayap (baca: mampir untuk tujuan yang gak jelas)....
    heheheheeh...two thumbs up buat tulisannya.....

    ReplyDelete
  2. Mas Ariston, matur nuwun sudah mampir. Gimana kabarnya. Saya yakin mas punya pengalaman yang lebih dari saya. Mau dong dibagi, disharing atau diceritain.. Monggo saya tunggu ya...

    ReplyDelete