March 10, 2014

Ndak tau deh


Saat ini yang kurasakan adalah ingin mencari yang ndak ada di hatiku, ndak ada di rasa ku, ndak ada di milikku.  Sebab semua yang ndak itu terasa sangat seru, sangat asing, sangat ndak tau, tapi kok menarik untuk dijajaki.

Sempat kunamai keadaan diriku ini adalah Si Pemburu. Yakni orang yang baru merasa terpenuhi saat menembak dan mengambilnya.  Seru saat mengikuti, memantau, memonitor, juga mengintip target buruan, tetapi beberapa saat begitu memperolehnya “langsung” terasa hambar, tawar, hampa, nol besar.

Membaca beberapa buku tentang ini dan berbincang dengan beberapa sahabat yang telah mengalaminya, ternyata salah satunya adalah betapa kita perlu menggali dalam diri kita apa yang sudah ada atau memang telah ada tetapi kita tidak pernah kunjungi.  Hal ini sampai pada saat orang lain “meminta”nya dari kita atau sampai saat kita misalnya (amit-amit) sakit, ternyata membuktikan kita masih punya hal itu. 

Sebagai contoh, saat kemarin anakku kedua, mengatakan, pak, mas mau bawa kameranya ke Bandung, kan bapak sudah lama ndak pake. Mustinya kalo ada yang mau pake, mas kan boleh ya pak? Lho ternyata si kamera tersebut ada di sudut berdebu, dan masih bisa dipake untuk motret, bahkan kata anakku, itu kan lebih canggih dari yang satunya bahkan bisa buat bikin film pak. Ini lebih bagus daripada motret pake Ip*one. Lebih elegan pak, kalo ada acara kalo pake kamera ini. He he he

Cetaaaaaarrrrrr, rasanya dipecut aku mendengar anakku demikian tadi.  Ternyata masih ada dan bisa dipake anakku sendiri…

Minggu lalu, hari Selasa saatku ke dokter, dan menyampaikan hasil lab darah, ternyata trigliserida ku adalah 880.  Menurut dokter, lho itu kan bagus, berarti indikator (milik) kamu masih bagus, kamu masih bisa sakit kepala, yang berarti kamu masih punya kepala dan masih menunjukkan fungsinya dengan baik.  Itu aja yang kelihatan.

Kemarin saat ku ikut istri acara kumpul keluarga besar, Om ku banyak bercerita, banyak memberi saran. Bahkan anakku yang sudah kuliah ini diceramahinya. Awalnya aku sangat terganggu, sangat terintimidasi, tetapi ku pendam semua dalam hati. Dan saat kusampaikan ke istri, betul sekali, dia memadamkan “keruwetan” ini dengan menyampaikan, lho kan itu bagus berarti kamu masih punya perasaan. Coba kalo sudah ndak punya, ya ndak terasa apa-apa.  Nah kan……

Menarik kan untuk ditelusur lebih jauh….

Monggo



Jakarta, 08:59; 10Mar2014

No comments:

Post a Comment