January 04, 2014

Berkahnya mau, tapi kerjanya ndak mau…



Baru dua hariku bekerja di kantor. Bertemu dengan rekan kerja, semangat baru tahun baru yang ada di awal langsung lumer….

Hua ha ha, kok begitu.

Dengan semangat empat lima, ku datangi rekan-rekan, salam, peluk cium, salam tangan, dan salam “jancuk’an” karena kangen terlontar. Baru berjalan beberapa saat, ndak lebih dari dua setengah jam, yang disampaikan adalah curhat, karena kinerja tahun lalu yang ndak sesuai dengan harapan di awal 2013.

Lho, bukannya hal ini biasa? Kita capai yang bukan direncanakan, tetapi yang direncanakan malah ga-tot (gagal total). Jadi apa yang baru? Karena sudah janji pada diri sendiri, tahun baru aku mau jadi Didik yang “lain” maka kuputuskan untuk mendengar daripada komentar.

Jadi jawabku adalah,”oooo begitu pak/bu.” Atau “hmmmm, lalu….”

Sebenarnya kalo Didik yang “biasanya”, maka aku akan dengan segera bilang,”lho bukannya ini… atau lho kan tinggal dihadapi aja, atau ditemui aja kan?”

Memang kali ini, kuputuskan untuk Didik yang “beda”. Kan sudah diputuskan menjadi orang “bener”. Punya dua telinga vs satu mulut. Jadi banyak mendengar. Punya hati, tapi musti menahan ego. Kalo ditanya, apakah “gampang”? ya jelas kujawab ndak lah…. Emang enak. Tapi memang kubelajar mendisiplinkan diri. Hua ha ha, mencontoh Dedy Corbuzier, jadi mentalist. Mendisiplinkan diri. Obsesif. Hi hi hi… Keren tuh…

Setelah kuendapkan, di rumah, ku sadar bahwa di masyarakat ya begitu itu. Nothing new, belum sembuh. Sebab kalo orang mau sembuh, maka Gusti Allah memang sudah memberikan jalan. Lha kitanya aja yang melihatnya ke dalam (diri) become victim, sebagai objek. Padahal Gusti Allah sudah menyediakan berkahnya bila orang (sesuai kodratnya) menjadi pelaku. Menjadi subjek.

Hayo….

Tapi ndak usah deh, lha wong bahagia “hanya” buat yang mau saja kok. Sukses dan achievement khusus buat “penggemar’ hardcore yang mau kerja aja kok.

Coba rekan-rekan pembaca ulang paragraph terakhir di atas, aku hanya sebut…yang mau saja. Sebab memang yang mampu ya semuwah. All of us. Tapi mewujudkan to be the chosen one, “hanya” membutuhkan kemauan. Bukan kemampuan.

Mau? Ndak usah deh, nanti cape, nanti berdarah-darah, nanti keringetan. Nanti malah berhasil…. Almarhum Gus Dur bilang, ndak usah repot-repot deh….


Jakarta, 4 Jan 2014; 21:51

2 comments:

  1. Setuju p. Didik; bukan bisa atau enggak bisa tapi mau atau enggak mau !

    Selamat tahun baru 2014.
    Semoga 2014 menjadi tahun penuh berkat buat p. Didik

    ((iwan jusack))

    ReplyDelete