June 09, 2012

Takut vs Kuasa

Dalam perbincangan kemarin ada yang menarik untuk diperhatikan. Saat seorang karib menyatakan ketakutannya akan apa yang menimpanya dalam waktu dekat. Disampaikan bahwa dalam kurang dari sebulan dia akan melepaskan atribut pimpinan usaha. "lalu aku gimana ya Dik? Apa "anak-anakku bisa hidup"? Apa jalannya nanti mulus lagi ya?" dan seterusnya dst dst. Banyak yang sudah karib ini buat, bahkan hatinya pun ada di sana, yang kalo disebut, full hearted deh. Panutan. Yang bahkan saking dekatnya dengan tim dan anak2nya, bisa "beradu" dengan rekan lain yang berseberangan. Takut apa yang belum terjadi dapat membuat kaku, hilang, lost, feel nyasar bahkan, disorientasi. Sebagai kompensasi sesaat dan "kliatannya" butuh adalah "obat bius" atau analgesic yang bisa langsung menhilangkan rasa "hilang" tadi. Ato kalo perlu obat yang masih bisa membuat kita merasa "tetap berkuasa selamanya" (apa ada tuh obat nya...?) Pernah ada buku yang menyebutkan, dimana kita merasa kuat karena memiliki kuasa (untuk apa aja), tak tergoyahkan, ndak akan ada yang mencopot, bahkan di mana kita berkarya hebat, maka (tenyata) disitu pula letak kelemahan terbesar kita, tempat paling rapuh. Apakah ini karena hati kita berada di situ ya? Monggo, silakan dicermati. Semoga Gusti Allah mencerahkan rekan-rekan sekalian. Phuket, 05.05 am, 9Juni2012

No comments:

Post a Comment