(saduran menarik ini saya ambil dari buku "Death
without Fear"-nya Tonny Stubbs. Luar biasa, dan menurut hemat saya penting
untuk kita ketahui dan pelajari kebiasaan dan perasaan orang yang meninggal dan
yang ditinggalnya).
Beberapa kontrak kunci pada fase rencana kehidupan (di bumi):
- · Kontrak utama pengasuhan orang tua
- · Permohonan pada sesama, sepenanggungan dan permintaan kelahiran
- · Teman-teman dan musuh permusuhan
- · Kontrak transisi - orang yang akan melepasmu ketika kita siap untuk meninggalkan (dunia)
- · Penyambut - orang yang akan menemuimu saat kita meninggalkan (dunia) dan kembali ke alam baka.
- · Kontrak-kontrak kecil, seperti peran yang akan dimainkan atau diperankan dengan orang lain selama kita hidup (di dunia fana)
- · Exit points: yakni saat kita secara sadar telah merasa secara komplit telah menyelesaikan tugas, misi atau tujuan hidup kita (di dunia). Exit points dapat berupa sakit yang sangat serius (berat) atau kecelakaan fatal, dan jiwa (soul) akan merespon nya dalam 3 cara berikut ini:
o
"baiklah, saya telah selesai. Saya akan
Pulang."
o
"saya belum menyelesaikannya, dan berniat
untuk memaksakan misi saya sesegera mungkin!". Pada kasus ini, anda akan
sembuh pulih dari sakit berat atau kecelakaan tersebut, dengan energi baru
menjalani hidup dan menyelesaikan misi.
o
"saya ndak yakin (apakah ini pintu saya),
jadi saya akan menunggu pintu keluar berikutnya." Dalam kasus ini, anda akan ditarik dari sakit
yang mengancam hidup atau sembuh/pulih dari sakit, dan hidup anda berjalan kembali
sampai pintu keluar berikutnya.
Sangat penting, bahwa mereka yang ditinggalkan tahu tentang
pintu keluar (atau jalan kematian) karena dengan mengetahuinya akan sangat
memberdayakan untuk lebih mengetahui bahwa kematian bukanlah sesuatu yang
"dikenai" pada orang yang kita cintai, melainkan sesuatu yang sudah
direncanakan jauh hari bahkan sebelum kita lahir; serta memang kita setiap
orang atau orang yang meninggal yang kita cintai tersebut telah memilih
caranya. Juga bukan sesuatu yang Tuhan
timpakan atau tarik kita dari hidup kita.
Atau, juga bukan karena malaikat maut memutuskan jalan hidup kita. Ini sesederhana, bahwa orang yang kita cintai
mengatakan,"Baiklah, saya telah
memperoleh banyak sekali suka duka, asam garam dan pengalaman hidup ini, dan
sekarang saatnya saya Pulang."
Dari berratus bahkan berjuta kali orang-orang yang telah
dilakukan channeling melalui medium cenayang yang telah saya baca, tidak
seorangpun mengatakan demikian,"sebenarnya saya diambil terlalu cepat. Dan
juga ini sebenarnya belum waktu saya meninggal." Tidak seorangpun, justru
mereka tanpa perlu disebutkan satu persatu mengatakan,"Saya telah merencanakan untuk meninggal sejak lama (sebelum
lahir) dan ini merupakan waktu nya."
Sekarang, saat anda meninggalkan dunia fana, mungkin merasa dirampok,
atau dicampakkan atau ditarik, dan mungkin akan melalui masa ratapan,
ketidakterimaan, atau kesakitan karena terputus. Secara alternatif, anda dapat
memfokuskan diri pada masa-masa indah bersama, daripada mengharapkan masa bersama,
yang memang tidak mungkin terjadi lagi.
Ketika seseorang yang kita cintai belajar kemungkinan untuk
menyongsong kematiannya segera, atau justru telah terjadi mendadak, maka
kepergiannya telah meninggalkan lubang dalam hidupnya, dan berikutnya melakukan
penyesuaian dalam "lubang" tersebut.
Baik terjadi dalam bayi yang lahir langsung meninggal atau seseorang
yang telah meninggal karena usia tua, penyesuaian yang terjadi dapat memakan
waktu beberapa hari, beberapa minggu, bulan atau bahkan tahunan. Tidaklah ada
periode pasti atau lama waktu yang baku berapa lama kita dapat menyesuaikan
diri. Pengalama tiap orang akan berbeda satu dengan yang lainnya. Mungkin saja anda tidak memerlukan
penyesuaian dalam "lubang" tersebut sampai anda meninggal dunia dan
dapat bersama dengan orang yang anda sayangi tersebut.
Jadi mari kita lihat lebih dalam, proses apa yang terjadi
dalam penyesuaian di hidup anda tersebut.
Siklus Ratapan Orang
yang ditinggalkan.
Pada bahasan sebelumnya, kita telah memperhatikan siklus seseorang
yang akan mengalami kematian. Bagi orang
yang ditinggalkan, terdapat 5 tahapan Ratapan, sebagaimana diidentifikasi oleh
Dr. Elisabeth Kubler-Ross pada bukunya On
Death and Dying. Model yang cukup
terkenal ini menunjukkan proses ratapan yang dilalui oleh orang yang
ditinggalkan orang yang dikasihinya.
Tahapannya adalah sebagai berikut:
1. Kejutan
Awal, Penghindaran dan Isolasi (Initial Shock, Denial and Isolation), dimana
anda merasa sangat kehilangan mendadak.
Menolak untuk menerima kenyataan bahwa orang yang kita kasihi pergi
meninggal atau meninggalkan kita. Dan anda mungkin mengisolasi diri dari teman
dan saudara. "Ini ndak bener. Tinggalkan saya sendirian."
2. Marah,
Muntab, Marah Besar dan tidak terima kenapa orang terkasih "dipilih"
untuk meninggal mati sementara orang lain atau kita ndak. Kemarahan ini bisa ditujukan pada Tuhan,
keluarga, dokter, yang menyebabkan putusnya hubungan karena kematian ini. Dapat saja anda berargumen pada Tuhan,
menjanjikan anda akan menjadi baik sebagai pertukaran karena orang terkasih
kita meninggal. "Biarkan orang terkasih saya hadir di pernikahan putri
kami Juni mendatang." atau "Mohon biarkan dan lepaskan cucu saya
dibaptis bulan depan."
3. Depresi,
yakni saat anda meratapi kematian kehilangan dan bingung kenapa hal ini
terjadi? Biasanya rasa ini dibarengi oleh rasa kesepian yang luar biasa, panik,
sangat bersalah, terutama jika anda merasa sebenarnya anda dapat membantunya
menghindari (kematian) nya.
4. Penglepasan,
mundur diri, isolasi dan apatis
5. Penerimaan. Dengan bekerjanya proses penglepasan, mundur
diri dan apatis, akhirnya berserah diri pada hal yang tidak dapat
dihindari. Hal ini tergantung pada
keyakinan kepercayaan anda masing-masing, anda diharapkan mendarat pada kondisi
penerimaan, optimis dan harapan yang sunyi.
Lima tahapan tersebut di atas -
penghindaran, kemarahan, tawar-menawar, depresi dan penerimaan - adalah bagian
proses mutasi atas kehilangan anda menjadi rasa syukur. Hal-hal tersebut menbantu anda untuk (lebih)
mengerti apa yang mungkin anda rasakan, tapi bukan merupakan tahapan baku yang
berjalan sesuai dengan urutan dan linear.
Dan tidak semua orang mengalaminya sama atau sesuai.
Penghindaran (denial), sebagai
tahapan awal dari ratapan ketidakterimaan, bukanlah ungkapan rasa kehilangan,
tapi justru membantu anda bertahan hidup dengan cara membuat kebas (tidak
terasa). Hal ini merupakan cara yang dilakukan agar semata-mata bertahan hidup. Penghindaran membantu anda mengelola ratapan
dengan mengukur seberapa saat ini tingkat yang dapat kita tanggung. Jadi penghindaran merupakan mekanisme
proteksi kita untuk menjaga agar emosi kita tetap terkelola, sebab untuk membiarkan
hal ini terjadi semuanya pada tahap ini akan menjadi sangat berat dan beban
yang luar biasa.
Penghindaran atas apa yang telah
terjadi pada orang yang kita kasihi meninggal, yang dapat menyebabkan anda
berada di situasi buruk yang dapat terjadi antara lain; Pertama, anda ketakutan
akan apa yang terjadi saat dia terkasih meninggalkan tubuh fananya. Lalu, apa
yang akan terjadi, tidak satupun dari anda mengetahui. Kematian ini akan menarik anda dengan sangat
kuat, dan menjadi ratapan yang amat sangat pada orang-orang yang
ditinggalkan. Mereka akan
"tergantung" pada alam fana ini, tapi kita dan anda tidak dapat
mendengar suara mereka, atau melihat mereka.
Dan hal ini akan menambah melipatgandakan rasa frustasi dan kebingungan
orang terkasih kita. Dan jiwa tergantung tersebut tidak mengetahui mengapa
mereka tergantung. Sementara anda tetap
meratap, berdoa, menangisi makam, nisan dan apapun peninggalan mereka, dan
tetap menahan mereka melekat pada alam fana ini. Jika saja, sekali lagi jika saja mereka tahu
dan mencari Pemandu Penerima mereka di alam baka sana, yang akan bersama
melalui lorong tersebut menuju sinar di alam baka sana, maka akan membuat
situasi mereka sangat berbeda.
Kapanpun anda, sebagai orang yang ditinggal oleh orang
terkasih yang telah meninggal dunia, dan mengunjungi jasad yang telah ditanah
di pemakaman, menabur bunga, berdoa dan berpikir kasihan pada terkasih yang
meninggal tersebut, akan membuat mereka yang telah berjalan duluan tersebut
ditarik ke dunia fana ini. Jadi
pemikiran absurd dan ndak jelas bahwa jiwa-jiwa yang telah terbebas di alam
baka tersebut masih terhubung dan bahkan masih menetap di alam baka, dan
bersatu dengan jasadnya yang sudah pasti sudah rusak tersebut. Dan ratapan emosional kita yang ditinggalnya
tersebut akan menariknya dengan kuat saat kita berkunjung ke makam. Rasa sedih
yang tidak perlu, bila tidak dilepaskan, akan anda alami bahkan bertahun-tahun,
apalagi saat anda mengunjungi makan saat ulang tahun kematiannya. Pemahaman sederhana ini adalah menganjurkan
bagian peran anda untuk segera memutuskan dan meninggalkan kebiasaan yang
merusak tersebut.
Jadi anda bayangkan, bila nanti anda sendiri yang meninggal
dunia, anda bahkan akan ragu untuk kembali mengalami alam fana dengan segala
ratapannya; dibandingkan menjalani pilihan hidup dengan penuh kebebasan di alam
baka. Sehingga akan menjadi sangat
berguna kita mengetahui dan mempelajari hidup di alam baka sana, sehingga saat
inipun dapat segera memiliki pemahaman bahwa orang terkasih yang meninggal
tersebut segera dan dengan cepat hidup dalam cinta dan suka cita.
Mungkin ini terdengar ndak berperasaan, bahwa melakukan
ratapan yang berkepanjangan adalah egois dan hanya menyenangkan hati sendiri
saja; anda tidak benar-benar berpikir kebahagiaan orang yang meninggal dan
keberuntungan mereka, melainkan hanya memikirkan kehilangan yang anda alami
saja. Jadi laluilah kehilanganmu dan kembali jalankan misi jiwa anda. Karena mereka meninggal dan bukan anda,
mereka akan menjalani peran mereka, tapi anda tetap berlari di lintasan anda,
jadi tetaplah berlari. Yakinkan bahwa
ndak memerlukan waktu lama, anda akan bergabung dengan orang terkasih
anda. Rayakanlah hidup....
Pikirkan betapa egoisnya anda. Saat orang terkasih berangkat menuju alam
baka menyambut sinar kasih dan keriaan dengan segala keajaiban, eh....justru
anda menahannya dengan ratapan. Padahal
hal ini justru akan membuat orang terkasih anda merasakan sakit yang amat
sangat karena melihat anda orang terkasih yang ditinggalnya sedih yang amat
sangat. Jadilah mereka yang sudah
meninggal tersebut datang lagi untuk mencoba menghibur anda. Padahal mereka justru musti berangkat dan
berjalan menuju sinarNya untuk menjalani evolusi di alam baka menuju fase
selanjutnya. Jika anda benar-benar benar
menyayanginya, mencintainya, lepaskan, relakan, ikhlaskan orang terkasih
tersebut. Alternatif lain yang mungkin
dapat disampaikan mereka yang telah meninggal untuk tetap mendekati alam fana
ini adalah dengan mencoba menarik perhatian anda untuk menyampaikan,"saya
baik-baik saja. Saat ini saya sudah bebas,
sehat kembali dan sangat ringan luar biasa, jadi mohon ikhlaskan relakan saya
Pulang." Ada kasus ratapan yang
panjang dan dalam, yakni saat seorang ibu yang belum merelakan anaknya yang
meninggal. Dan hal ini dapat memakan waktu puluhan tahun. Dengan penjelasan di atas, jadi jelaslah,
bahwa kondisi situasi ini tidaklah sehat untuk keduanya.
Orang tua akan terkena pukulan hebat sekali bila anak
kecilnya memerlukan penanganan khusus dan mereka meninggal mendadak. Masalah terbesarnya adalah rasa bersalah,
dalam hal ini, sang anak akan merasa bertanggung jawab karena ditinggal orang
tuanya (meninggal), dan akan berusaha untuk menawar (pada Tuhan) agar orang
tuanya kembali ke rumah (alam fana) dengan melakukan ritual sekitar rumah. Anak-anak ini harus dipandu melalui proses
ratapan, dan saat yang sama orang tua (yang meninggalpun) dipandu di alam fana
sana. Sedikitnya bila sang orang tua
yang meninggal melalui sakit terlebih dahulu, baik orang tua dan sang anak masih
dapat melakukan rekonsiliasi hati masing-masing, dan kedua belah pihak dapat
memahami bahwa mereka masing-masing tidak perlu bertanggung jawab atas
kelangsungan selanjutnya untuk pihak lainnya.
Dan pada saat-saat sulit tersebut, diharapkan teman dan anggota keluarga
lainnya ikut mendukungnya.
Jadi jelaslah bagi anda maupun orang terkasih yang meninggal
kondisi apa yang dihadapi. Kalaupun anda
meratap, sebenarnya ratapan ini untuk anda sendiri dan bukan untuk sang
terkasih. Kitapun telah tahu dan yakin,
bahwa mereka yang Pulang dalam keadaan baik-baik dan sedang bahagia menuju Sang
Pencipta di alam baka itu. Sementara
jasad yang ditinggalkan dengan segala upacara dan kebiasaan adalah tidak
diperlukan. Kalau boleh menyarankan,
dibandingkan dengan ziarah ke makam, lebih baik pergi ke tempat dengan
keindahan alam, dimana di sanapun kita bisa bercengkerama dan berkomunikasi
dengan orang terkasih yang telah meninggalkan kita. Kedua belah pihak akan merasakan indahnya
alam.
Dalam The Elusive Gift of Tragedy, Regina Murphy menyampaikan
cerita lucu dan aneh tentang bagaimana anak lelakinya yang telah berpulang,
membuatnya berhenti meratap dengan cara yang luar biasa. Sejanak setelah anaknya berpulang, Regina
membiasakan diri dengan menyetel video berisi kegiatan anaknya dan menangis. Suatu
hari, ada kejadian janggal, saat dia ingin menyetel DVD dan mencoba beberapa
tidak ada satupun yang bisa disetel. Sang ibu mulai frustasi saat hampir semua
DVD tidak bisa dinyalakan. Akhirnya, dia
mencoba DVD terakhir yang isinya saat anak lelakinya tahun lalu sedang berlatih
gitar untuk persiapan audisi. Sang anak
terganggu saat ibu memfilmkannya dan dengan marah mengatakan ke
kamera,"Matikan Kameranya!" dan memang sesudah demikian dia matikan
segera kameranya. Akhirnya dia nyalakan
DVD tersebut lewat komputer, dan tanpa sebab, dia mulai menyalakan dan terlihat
di monitor sang anak bilang,"Matikan Kameranya!". Dia menyetel ulang
DVD tersebut dan menyalakan kembali. Sampai empat kali dia lakukan. Nyalakan,
lalu matikan. Lalu berhenti. Dan mulailah dia tertawa terbahak-bahak, dan
menyadari bawah sang anak John telah mengendalikan komputer dan meminta ibunya
untuk mematikannya. Sang anak tidak menginginkan ibunya menonton apapun yang
ibunya sedih, meratap apalagi membuat ibunya kecanduan mengenangnya.
Ratapan adalah tentang Berubah, dan perubahan yang diinginkan
adalah saat orang terkasih kita hilang, pergi atau meninggalkan kita. Jadi, ratapan adalah kegiatan berkonfrontasi
dengan perubahan dan memaksa kita untuk menyesuaikan diri, saat nanti orang
terkasih tersebut sudah tidak bersama kita.
Perubahan yang besar misalnya saat pasangan kita meninggal atau pergi,
angin topan menghancurkan rumah kita, anda dipecat PHK dari kantor tempat anda
bekerja; maka anda menghadapi perubahan hidup luar biasa yang perlu ditata
ulang. Tentu saja, kemarahan dan
penghindaran adalah pilihan, TAPI penerimaan dan menyesuaikan adalah respon
yang didasari kesadaran. Jadi saat anda
memilih penerimaan dan melakukan penyesuaian, tanyalah,"Sekarang, kenapa saya harus menarik hal ini dalam hidup saya? Apa
hikmahnya untuk saya? Bagaimana saya bisa manfaatkan (kejadian ini) untuk
bertumbuh? " Bagi anda,
rencanakan semua hal itu sejak lama untuk memaksimalkan pertumbuhan jiwa....dan
hal tersebut adalah ide yang baik.
Sisi lain dari kehilangan orang terkasih adalah, saat anda
pikir kematian adalah akhir (dari segalanya).
Cinta yang anda berikan pada orang terkasih tersebut tiba-tiba terdampar
di suatu tempat, berhenti. Hal ini
sangat tidak nyaman, sebab cinta harus mengalir, berjalan. Semburat.
belum selesai................
Jakarta, 30Okt2013
No comments:
Post a Comment