Selama ini rasa ini yang kutakutkan. Hal ini yang kalo bisa dihindari. Cerita dan informasi ini malah kalo bisa ndak
usah sampe ke telingaku.
Kupikir dulu begitu disampaikan, pasti aku lemas, aku lemah,
aku pingsan, aku marah, aku benci, aku dendam, aku pasrah, dan juga aku
berontak.
Ternyata saat memang hal ini kudengar sendiri walau bukan
dari beliau orisinalnya, tapi sudah disampaikan oleh pejabat yang
berwenang. Bukan pula karena kebetulan,
tapi memang selama ini hubunganku dengan beliau-beliau cukup dekat, santun, dan
profesional.
Tadinya kata-kata itu kulihat, kupandang dan kupikirkan
seperti pisau guilotine yang tajam
sampe-sampe leher orang saja putus saat dieksekusi... tus tus tus.....
Tapi indahnya dan eloknya saat kudengar sendiri. Puji Tuhan ternyata kata-kata vonis yang
keluar itu bagaikan jabat tangan erat dari dua sahabat yang sepakat untuk
berpisah karena berbeda prinsip saat ini di sini.
Ku hanya pandangi bahwa ini pun hanya sementara. Lho maksudnya bagaimana sih? Lha iya lah, lha
wong semua kejadian di dunia kan sementara. Sebentar senang, lalu biasa lagi.
Sebentar susah sedih, lalu biasa lagi. Demikian sebentar pisah lalu biasa lagi,
juga sebentar ketemu lalu biasa lagi. Jadi kembali ke makna kata sementara ini
adalah bahwa ndak ada kejadian yang pasti, dan tidak berubah. Lha wong kita
tetap di sini saja, satu menit lalu, kejadian nya segera usang, segera berubah,
baik tempat kita satu menit lalupun sudah ndak sama. Kondisi kitapun satu menit
lalu juga ndak sama.
Kembali lagi, jadi akankah kita bertemu dan bersama lagi
serta bersepakat lagi? Hanya Tuhan yang tahu.
Hasta la vista my dear.
See you in another world.
Doaku menyertaimu selalu.
Jakarta 19:13, 27Nop2013
No comments:
Post a Comment