Baru belakangan setelah mendapat
serangan penyakit diare yang menuntunku untuk istirahat membuatku secara tidak
sengaja mendengar nafasku sendiri saat berbaring di tempat tidur.
Setelah capek tiduran lebih dari
enam jam ternyata mata ini sudah ndak mau kompromi untuk memejamkan
beristirahat bareng dengan otak yang mulai nggeratak mau menilai,
membandingkan, mencari, menganalisa, membongkar atau bahkan mempertanyakan.
Waduh, ternyata membuat istirahat badan fana ini ndak mudah ya.
Benar kata orang-orang tua bahwa
banyak pikiran adalah sumbernya penyakit. Mulai dari penyakit bersandiwara,
berandai-andai, berimajinasi, lalu kemudian turun ke hati menurunkan iri,
dengki lalu membenci dan kemudian dendam dan kalo sudah kesumat maka jadilah
ini sumber penyakit. Ya jelas banyak lah jenisnya, tergantung, mau yang mana.
Belajar dari salah satu bapak
therapis yang pernah saya temui di training pak Rhenald Khasali, yakni pak Bobby
Laluyan menyampaikan hasil pengalaman dan teorinya membagi dalam beberapa
penyakit psikosomatis:
·
Pertama: Conflict Syndrome, nah ini
menarik sebab paling banyak dan umum ditemukan diantara kita, he he he, saya
pun ada. Monggo diperiksa bersama barengan ya. Konflik ini terjadi karena
adanya pertentangan antara rasio, pikiran, logika, atau menurut hitungan kita
adalah wajarnya, mustinya dan seterus; yang dipertentangkan dengan hati, rasa,
roso, atau apapun yang ada dalam bathin, suara hati dan seterusnya.
o
Menjadi seru misalnya, lho kalo saya yang
duluan masuk ke perusahaan, mustinya teman A yang masuk belakangan kan belum
ditawarin untuk naik pangkat dong. Kok bisa-bisanya saya dilewatin? Ini yang
ndak bener mana yak? saya yang ndak potensia? prosedurnya yang ndak jelas,
atasannya yang pilih kasih atau A main dukun pake kecubung kasian yak? Wah ndak
bener nih.... Lalu kepikiran terus, mencari terus, membandingkan terus,
membongkar cari sana sini tapi ndak tanya ke official bagaimana agar saya
menjadi potensial, melainkan bergunjing bergosip. Wah cocok deh.... Maka
konfliklah bathin dengan rasio.
o
Bagian badan yang diserang adalah: mulai
dari kepala, bisa migrain sebelah,
sakit kepala belakang, pusing atau kliyengan; leher, bisa terjadi leher tegang, dikira karena asam urat atau
kolesterol naik; dada, bisa terjadi
dada sakit sebelah kiri atau kanan, atau sesak nafas, atau malah dikira ini ada
serangan jantung; perut, bisa
terjadi mulas-mulas buang air, sebentar-sebentar pipis, atau justru mulas
tambah mual. Atau bisa terjadi kombinasi dari beberapa ini. Monggo diperiksa
lagi mana kebiasaan kalo kena stimulan sesuatu atau mendengar atau kesenggol
sesuatu lalu bagian badan fana ini mulai sakit.
·
Kedua: Burden Syndrome: ini juga
termasuk banyak tapi ndak sebanyak Conflict di atas, sebab ini justru terjadi
bila kita punya ambisi menjadi orang yang terlihat baik, bagus, benar, indah,
cantik, keren, yang terkuat, yang terkaya, yang paling mampu, dan banyak
lagi.... Menyitir media menyebutnya
program "tampilan" saja, tanpa menyentuh esensinya. Hanya image saja.
o
Dimana syndrome ini dimulai dari tampilan kita
maunya terlihat paling "sempurna" di mata masyarakat, di mata orang
tua, atasan, atau bahkan desakan mau kelihatan unggul di bidang yang kita
geluti. Karena kalo menjadi nomor dua
saja, artinya sudah ndak masuk hitungan. Hayooooo ngaku.... Seringkali ngakunya sebagai perfeksionis,
yang sebenarnya bukan karena perfeksionis, melainkan karena ndak berani
melakukan delegasi atau ndak rela diri atau kelompoknya "jatuh" di
mata penilaian orang lain. Takut salah, takut ditinggal orang lain, takut
dicerca, dan takut-takut yang lain.
o
Bagian badan yang sering dikeluhkan: punggung, terasa berat, terasa ada
beban, pegal yang amat sangat; atau dapat pula pinggang, seolah abis mengangkat beban berat sekali, atau setelah
memindah barang berat sekali.
o
Monggo diperiksa lagi, apa pernah mengalami
gangguan ini? Yang sebetulnya kita merasa beban karena kita mau ikut mengambil
beban orang lain, entah karena kasian, entah karena ndak sabar atau justru ndak
rela nilainya jelek, sok perfeksionis. Sambil mengambil "backpack"
beban orang lain tapi nggerundel, ngomel, dan bahkan ndak terima, tapi justru
tetap dilakukan. he he he
·
Ketiga: Achievement
Syndrome atau Reachment Syndrome. Ini berbeda dengan penyakit psikis di atas,
dimana hal ini terjadi saat kita mengimpikan suatu hal tapi belum atau justru
sulit untuk tercapai. Peribahasanya
adalah punguk merindukan bulan. Jadi bukannya ndak mungkin sama sekali tapi
sulit terjadi. Hanya mukjizat atau keajaiban atau kalo istilah orang Betawi
mengatakan,"ye udeh jalannye dah..."
o
Bagian badan yang diserang adalah tangan, kaku-kaku, atau pegal, seperti semutan;
jari-jari tangan kaku, seperti kena asam
urat, sakit kalo menggenggam; telapak tangan berkeringat; atau bisa terjadi punggung
tangan seperti kering dan mengeras.
o
Terjadi misalnya: pernah suatu waktu
sahabat saya bekerja pada bosnya sudah lebih dari 5 tahun. Karena sudah merasa
dekat, sudah merasa bekerja baik, sudah merasa pantes, dan bahkan sudah merasa
berprestasi, maka terbitlah keinginan untuk memperoleh priviledge berupa
pinjaman yang nilainya diluar dari aturan perusahaan. Kembali lagi, karena
sudah merasa dekat, maka diberanikanlah dirinya untuk bicara informasi tentang
keinginannya tersebut. Sang bos tidak menjawab. Tidak mengiyakan, juga tidak mentidakkan.
Cuma dikatakan, coba bicarakan dengan bagian HR terlebih dulu. Maka karena
merasa mendapat angin, maka keesokan harinya bertanya ke HR, dan dijawab belum
ada fasilitas dan arahan dari bos. Maka kecewalah dia dan sempat demotivasi
selama 2 minggu. Mutung, ngambeg. Kecewanya sempat ditumpahkan ke saya. Sang
bos memang bijak (menurutku), ibarat seorang bapak pada anaknya, tidaklah
langsung mengatakan iya atau tidak. Tapi melihat dan meneliti kebutuhan, niat
serta kesungguhan.
Dan selama masa penantian tersebut, kecewa dan ngambeg, tapi
merasa berhak atas priviledge yang belum tercapai tersebut, sang sahabat tersebut
sering semutan tangannya, atau malah berkeringat. Dan kadang-kadang, seperti kena
asam urat, dimana kalo bangun pagi jari-jari tangan kaku sukar digerakkan atau bahkan
sukar menggenggam.
·
Keempat: Escape
Syndrome: ini paling menarik sebab terjadi bila kita merasa ingin sekali
meninggalkan arena, meninggalkan suasana yang sudah sangat mengganggu hati, meninggalkan
lingkungan yang tidak cocok, konflik atau bahkan merasa tidak diperlukan atau tidak
dibutuhkan. Tapi konflik terjadi karena misalnya
ndak bisa pindah, sebab anak-anak sekolah di lingkungan tersebut dan sudah betah.
o
Atau bisa terjadi, misalnya suasana kantor yang tidak
bergairah lagi, tidak bersahabat lagi, sementara penghasilan kita satu-satunya dari
gaji berkantor di situ. Tapi untuk memulai
bekerja di luar, sudah merasa tua, merasa tidak siap, merasa akan lebih parah dan
gelap kondisinya di luar. Ibarat tawanan yang ingin keluar dari penjara, tetapi
kakinya dirantai sehingga tidak dapat keluar. Dan setiap hari menerima siksaan yang luar biasa.
Ingin keluar, ingin menyerah, tetapi ndak bisa. Seolah ndak ada jalan keluar.
o
Bagian badan yang sering diserang adalah:
kaki, mulai dari jari kaki, yang terasa semutan, atau kaku
seperti kena asam urat, dimana seperti ditusuk-tusuk ndak bisa berjalan dengan normal;
atau pergelangan kaki sakit seperti reumatik;
atau lutut, yang sakit seperti kena reumatik;
juga dapat paha yang tiba-tiba kaku,
atau sakit sekali.
Nah sobat sahabatku sekalian, apakah
ada dari teman yang mengalami penyakit tersebut di atas? atau pernah melihat keluarga,
atau sahabatnya sendiri mengalami, jangan-jangan memang bukan penyakit fisik saja
tetapi bermula dari psikis pikiran rasio yang dihubungkan dengan kondisi hati. Bukan
konspirasi hati lho.
Monggo...
Jakarta 11:24; 8Nop2013
No comments:
Post a Comment