Sejak bangun pagi ku digelendoti oleh kata yang demikian powerful, bebas, freedom, free, lepas
melayang.
Kenapa sih kita pengin bebas? Bukankah bebas itu sudah
menjadi bagian dari kita, manusia bebas.
Mau bebas yang gimana lagi?
Telanjang ndak ada aturan? Sepak sana sepak sini?
Ato justru bebas karena kita merasa adanya tali jerat rantai
tembok laut yang menghalangi kita? Sementara ini, apa pernah mencoba bicara
mendalam dari hati-ke hati dengan sel-sel tali, jerat, rantai, tembok dan laut?
Apa iya mereka diciptakan untuk menghalangi kita? Bukankah kita sendiri yang
"memasang" dan "mengenakan" tali, rantai, tembok, dan laut
itu sebagai batasan kita?
Lha panca indera saja bisa mencium, merasa, mencecap,
melihat, mendengar, apa saja tanpa filter. Tidak perlu filter.
Sang filter sendiri itu kan pikiran kita. The
mind, kata orang sononya. Kalo
pikiran saja sudah membatasi kita, apakah kita sendiri sedemikian manut,
setuju, dan mau diatur oleh pikiran kita sendiri?
Bukan kah kita sendiri lebih dari pikiran kita? Lha kita
diciptakan oleh Sang Maha tersebut sesuai dengan citraNya. Mosok kita yang membatasi sendiri. Ya jelas
sudah pasti ndak sesuai lagi dong dengan Citra Gusti Allah tersebut.
Inget aku, saat kecil, bapak mengatakan,"Le kowe musti biso ngatur uripmu dewe."
Kan artinya yang mengatur ya musti kita sendiri. Tapi bukan berarti mengecilkan (diri) kita
kan?
Kalo pimpinan kita bilang,"kamu tidak peduli dengan
lingkunganmu." Apa iya dia menjelaskan bahwa yang musti dipedulikan ya
omonganya saja? Lingkungan itu masyarakat yang mana? Apa iya masyarakat peduli dengan
kita? Apa lingkungan ndak bisa berubah? Lha wong aku satu menit lalu bukan aku
yang sekarang detik ini, di sini. Mosok
orang bisa bilang kalo kamu MUSTI
BERUBAH. Padahal ndak disuruh saja memang sudah berubah.
Seperti di jalan raya, saat kita menyeberang jalan raya,
saat kita menyeberang. Mobil motor yang tadi hampir menyerempet orang. Apa bisa dikatakan bahwa itu ndak berubah
dari waktu ke waktu, di tempat yang sama saja sudah berubah.
Umur satu menit lalu dan saat ini sekarang saja sudah
berbeda. Apa ini bukan berubah? Tadi lapar, sebentar lagi kenyang,
kelihatannya sudah mulai mulas ini perut, dan seterusnya. Mosok dikatakan kamu musti berubah?
Kurang bebas apa? Kurang berubah apa?
Jangan-jangan maksudnya berubah dan bebas dengan penuh
kesadaran. Nah ini mungkin maknanya yang lebih dalam.
Monggo....
Jakarta 07:54, 26Nop2013
No comments:
Post a Comment