dicuplik dan disadur secara terjemahan bebas dari
tulisan WERNER H. ERHARD dan MICHAEL C. JENSEN
Pertama:
BEING AUTHENTIC
Menjadi
otentik adalah menjadi dan bertindak konsisten dengan siapa anda menjadi diri
anda sendiri untuk orang lain, dan pilihan anda menjadi diri sendiri.
Mengejutkan,
bahwa kita tahu bahwa otentik itu baik, tetapi selalu ada godaan terhadap keotentikan
tersebut. Godaan menjadi otentik atas ketidakotentikan adalah ibarat menempatkan
kue di atas tahi sapi, sebab rasa enak kue-nya tersebut tentu akan menyatu dengan
tahi sapi juga. Pada banyak kejadian,
godaan menjadi otentik tetap ada, tetapi tetaplah yang terjadi adalah ketidakotentikan.
Seseorang tidak
dapat berpura-pura menjadi otentik. Per
definisi tetap disebut tidak otentik.
Satu-satunya jalan menjadi otentik adalah menjadi otentik atas ketidakotentikan. Menjadi
otentik adalah memiliki keinginan untuk menemukan, mengkonfrontasi, dan
menceritakan kebenaran tentang ketidakotentikan kita, yang mana kita sendiri
tidak genuine, nyata dan otentik.
Secara spesifik, menjadi otentik adalah berkeinginan untuk menemukan,
mengkonfrontasi juga menceritakan kebenaran tentang dimana dalam hidup kita
secara konsisten tidak menjadi atau tidak bertindak menjadi diri sendiri baik
pada orang lain atau pada diri sendiri.
Banyak
dari kita menipu diri sendiri tentang menjadi otentik. Banyak dari kita berpikir bahwa diri sendiri
telah menjadi otentik; bagaimanapun juga pada situasi tertentu, pada cara
tertentu secara konsisten justru tidak otentik.
Beberapa contoh
ketidakotentikan tersebut antara lain:
Kita
secara pribadi dan dalam organisasi, sangat ingin menjadi terkenal dan dikagumi. Dan kekaguman merupakan koin yang sangat
bernilai dalam kenyataannya. Hampir
tidak ada dari kita bersedia berkonfrontasi atau berbeda pendapat karena akan
melukai kekaguman orang tadi, dan bagaimana kita selalu siap untuk menolak
berterus terang dan benar-benar jujur pada situasi tertentu, dimana dengan kita
melakukannya sudah tentu akan terancam
kehilangan kekaguman orang. Bahkan kita berani untuk melakukan apapun untuk
menghindari diri dari kehilangan kekaguman tersebut, baik dengan menyampaikan
ketidakbenaran, memanipulasi fakta, menyembunyikan hal-hal yang dapat memalukan
dan berakibat ketidakenakan, atau bahkan kejadian kikuk dan dimana diperlukan, malah
menyampaikan kebohongan. Dan bahkan jika perlu, kita akan memanipulasi situasi
dan orangnya sekalian.
Kita juga
ingin terlihat oleh kolega rekan kerja sebagai orang yang loyal. Mempertanyakan kesetiaan
adalah suatu jalan yang mana dalam situasi dimana kebenarannya adalah bahwa
kita bertindak "loyal" hanya untuk menghindari kehilangan kekaguman
orang lain. Pada situasi seperti ini,
bagai kita dengan sigap mengorbankan keotentikan hanya untuk kelihatan loyal,
ketika kebenaran adalah bahwa kita menjadi "orang yang setia" hanya
karena kita takut kehilangan kekaguman dari rekan kerja, bawahan, serta
atasan. Sebagai tambahan, kebanyakan
dari kita memiliki kebutuhan pencitraan untuk (selalu) kelihatan baik (dan dalam situasi tertentu menunjukkan
sebagai keinginan untuk disukai), dan hampir tidak ada dari kita
bersedia berbeda (berseberangan) hanya karena kita pertahankan diri untuk
kelihatan baik - bahkan untuk mempertahan tersebut kita melakukan hal-hal yang
menggelikanpun dengan berpura-pura agar kelihatan dan dimengerti bahwa kita
tidak seperti yang diduganya.
Setiap
kita tidak otentik dalam beberapa cara.
Mungkin ini kedengarannya seperti penjelasan atas orang ini atau itu
yang kita tahu, sebenarnya hal tersebut menjelaskan kita sendiri (nah lho) -
termasuk anda sebagai pembaca dan penulis ini.
Kita semua bersalah karena berbuat begini rendah - orang menyebutnya
itulah manusia.
Jika anda
tidak menemukan keberanian menjadi otentik karena ketidakotentikan anda, maka
lupakanlah untuk menjadi Pemimpin Besar
atau memiliki Kehidupan Pribadi yang Besar. Sebuah organisasi yang tidak dapat menjadi
otentik karena ketidakotentikkannya akan mengalami banyak konflik, keluar biaya
dan pengorbanan cukup besar dan pada gilirannya malah dapat kehilangan
reputasi.
Pemimpin
besar, Organisasi besar, dan juga mereka yang memiliki Kehidupan Pribadi besar
adalah mereka yang mencatatkan diri memiliki keberanian dan mengakui memiliki kelemahan
menjadi manusia - bukan dengan meniadakannya, tetapi keahlian selalu mencari
jalan untuk mengatasinya.
Apakah
menjadi otentik adalah penting bagi seorang pemimpin? Dengan menyitir mantan
CEO Medtronics dan sekarang adalah Profesor Kepemimpinan dar Harvard Business
School, yakni Bill George (2003),"Setelah bertahun-tahun mempelajari
pemimpin dan perilakunya, saya yakin bahwa kepemimpinan dimulai dan berakhir oleh
keotentikan."
Menjadi
pemimpin dan memiliki organisasi yang Besar, dan mengalami kehidupan pribadi
yang benar-benar hebat dan besar, maka anda dan organisasi anda HARUS BERANI menjadi OTENTIK atas KETIDAKOTENTIKKAN anda dan organisasi
anda. Kebesaran jiwa dan Keberanian
tersebut adalah tanda kekuatan. Menjadi
pemimpin mensyaratkan agar anda menjadi otentik secara absolut, dan menjadi
benar-benar otentik dimulai dengan otentik atas ketidakotentikkan kita sendiri,
dan hampir tidak seorangpun yang seperti ini.
Jika
memperhatikan seksama hidup ini, anda akan berkesempatan untuk memergoki ngonangi
seseorang melakukannya. Walaupun anda
tidak suka melihatnya, dengan membedakan kelemahan tersebut dalam diri anda
sendiri, maka anda sendiri akan berkesempatan kuat selaku pribadi, dalam
organisasi, dan juga sebagai pemimpin untuk menjadi otentik dalam
ketidakotentikkan diri sendiri, sehingga dalam prosesnya anda akan menyadari
bahwa diri anda lebih "besar" dari kelemahan anda.
Tindakan yang dapat dilakukan untuk menjadi
Otentik
Sebagaimana
disampaikan di atas, satu-satunya jalan menuju keotentikan adalah menjadi
otentik dari ketidakotentikan diri sendiri.
Untuk mencapainya, anda harus menemukan
diri sendiri, sehingga "diri"
ini melepaskan diri dan bebas menjadi otentik atas ketidakotentikan kita. Inilah yang disebut Anda yang Otentik.
Anda akan
mengetahuinya saat proses ini lengkap, yakni saat anda bebas menjadi otentik
secara terbuka (publicly authentic) atas ketidakotentikan kita. Disanalah akan kita alami kebebasan,
keberanian, dan ketenangan jiwa. Hal ini menjadi istimewa, saat anda menjadi
otentik, apalagi saat di sekeliling anda tidak otentik, secara penuh kesadaran.
Kedua:
BEING CAUSE IN THE MATTER
Dengan "menjadi penyebab dari kejadian/keadaan" artinya
menjadi penyebab atau sumber dari segala yang terjadi dalam hidup anda,
sebagaimana tonggak diri anda sendiri dan kehidupan anda - dan bertindak
berdasarkan tonggak tersebut. Mengambil
tonggak bahwa andalah penyebab keadaan pada diri anda, sebagai pembedaan dari
hal ini adalah kesalahan anda, atau anda gagal, atau anda disalahkan, atau
bahkan anda telah melakukannya.
Tidak
benar bahwa andalah penyebab semua yang terjadi pada hidup anda. Bahwa anda adalah penyebab segala yang terjadi
dalam hidup anda adalah tonggak cara pandang dan bagaimana anda
menghadapi hidup - yakni suatu tempat yang ada hanya jika anda memutuskan
untuk memilihnya. Tonggak ini adalah deklarasi, bukan penyampaian
fakta. Sederhananya adalah:"anda dapat mengandalkan saya (juga, saya
dapat mengandalkan diri saya sendiri) dalam menilai, dan menghadapi hidup dari
perspektif saya adalah penyebab keberadaan ini."
Dengan menjadi penyebab dari keberadaan, artinya memberikan diri untuk
menjadi korban. Jadi saat anda sudah mengambil tonggak (mendeklarasikan) bahwa
anda penyebab kejadian dan keberadaan atas hidup anda, artinya anda menyerahkan
hak atas tugas penyebab atas keadaan, atau atas hal lain. Artinya anda menyerahkan hak untuk menjadi
korban. Dan pada saat yang sama,
mengambil tonggak tersebut tidak menghindarkan anda dari tanggung jawab atas
lainnya.
Sebagai disampaikan di atas, adalah tidak benar jika anda adalah penyebab
segala yang terjadi dalam hidup anda.
Menyatakan diri sebagai penyebab, tidak berarti anda bertanggung jawab
atas beban, atau dipersalahkan atau dijunjung atas apapun yang terjadi. Bertanggung jawab menjadi penyebab ini, tidak
lantas berarti anda tidak dapat gagal.
Bagaimanapun, saat anda semakin ahli dalam aspek dasar ini, dalam
perjalanan menjadi pemimpin dan melaksanakan kepemimpinan secara efektif, anda
akan mengalami keadaan berubah dalam efektivitas dan kekuatan dalam menghadapi
tantangan kepemimpinan dan dalam kebesaran hidup pribadi anda (tidak hanya
tantangan dalam menciptakan organisasi yang besar dan hebat).
Dengan mengambil tonggak sebagai penyebab yang bertanggung jawab, anda
menyerahkan hak untuk menyalahkan orang lain maupun lingkungan anda. Faktanya, anda tidak akan menyalahkan
lingkungan dan orang lain atas apapun terjadi pada anda dan organisasi anda.
Sebab anda bertanggung jawab, dan anda telah memilih.
Ketiga:
BEING COMMITTED TO SOMETHING BIGGER THAN ONESELF
Apa artinya "berkomitmen pada sesuatu yang
lebih besar dari diri sendiri" adalah berkomitmen dengan cara membentuk
diri sendiri dan tindakannya sehingga cara/tindakan anda adalah cerminan
tindakan merealisasikan sesuatu melampaui dari kepedulian/pemikiran diri
sendiri atas kepentingan sendiri. Dari tindakannya, komitmen tersebut akan mengundang
orang lain akan berkomitmen juga dan kesediaan memiliki
kepedulian/pemikiran melampaui kepentingannya sendiri. Merupakan aspek penting dari kehidupan
pribadi yang besar, kepemimpinan besar dan organisasi yang besar.
·
Berkomitmen
pada sesuatu yang Lebih Besar dari Diri Sendiri adalah Sumber Kegairahan
(Passion).
Tanpa kegairahan untuk berkomitmen atas suatu yang lebih besar dari diri,
akan sulitlah anda bertahan dalam menjalani lembah kesedihan dan ratap tangis
yang dialami pemimpin sejati. Saat-saat yang
terjadi seolah hanya kesalahan ditimpakan, maka tidak ada jalan keluar, tidak
ada pertolongan, maka bila kita tidak menemukan sesuatu dari dalam diri -yakni
kekuatan untuk bertahan dan menghadapi kemustahilan, permasalahan yang
menggunung dan halangannya. Setiap kehidupan pribadi yang besar akan melalui
satu atau beberapa pengalaman tantangan seperti ini. Saat anda berkomitmen pada sesuatu yang
lebih besar dari diri anda, dan anda menyelami ke dalam diri, maka
anda akan menemukan kekuatan untuk melanjutkan kebahagiaan dalam karya
tersebut.
·
Contoh Lembah Ratap Tangis yang hampir semua orang
mengalami : Krisis Paruh Baya (Mid-Life Crisis)
Pada suatu saat dalam hidup, kita akan berhenti menghitung waktu dari
awal, dan mulai menghitung waktu dari ujung akhir. Persepsi kita berubah dari
seberapa jauh kita sudah melangkah, menjadi ukuran seberapa dekat kita dengan
ujung akhir hidup kita. Berapa waktu
kesempatan hidup yang tersisa? Tidak peduli seberapa baik/ganteng/cantik
tampang anda, tidak peduli seberapa baik dan indah hidup keluarga kelihatannya,
dan tidak peduli seberapa sehat, kaya, terkenal, kuat, serta baik posisi dan
kondisi kita saat ini; anda akan mengalami rasa kurangnya pemenuhan diri yang
hebat. Seperti rasa tidak komplit, rasa kekosongan (diri) dan sakit/luka yang
disebabkan oleh beberapa pertanyaan seperti di bawah ini:
a.
Cuma
segini aja nih?
Begini jelasnya: tidak
ada salahnya dengan kesehatan prima, tampang ganteng/cantik, terkenal, juga
kuat, kuasa dalam jabatan, tetapi kebalikan dari hampir kepercayaan universal
adalah bahwa hal-hal tersebut tidak akan pernah cukup. Hayooo ngaku... Menghadapi
hal ini, orang-orang dan organisasi akan mengalami disorientasi, terganggu dan
hilang kendali. Tidak peduli seberapa
ganteng/cantik atau kehidupan pribadi yang mapan dan berlimpah, tidak akan
pernah cukup/puas untuk menghindari dan menghadapi krisis ini.
Menghadapi jenis krisis "oo cuma
segini aja nih?" adalah perlu komitmen untuk merealisasikan masa depan
(penyebab/alasan) sehingga membuat diri anda bergairah kembali untuk hidup.
Prinsipnya,
berkomitmen untuk sesuatu yang lebih besar dari diri/hidup itu sendiri, yang
dapat diterapkan juga pada organisasi sebagaimana mahluk hidup. Value
creation untuk keduanya adalah scorecard untuk keberhasilan. Perlu diingat bahwa penciptaan Value bukanlah
sumber dari kegairahan dan energi baik perusahaan maupun pribadi. Berkomitmen pada sesuatu yang lebih
besarlah yang menjadi SUMBER GAIRAH dan ENERGI.
Tiap individu dan
tiap organisasi memiliki kekuatan dan kuasa memilih untuk berkomitmen
-bukan hal benar atau salah. Inilah penciptaan untuk menerangi diri anda dan
organisasi anda.
Berikut
ini cuplikan dari George Bernard Shaw, pertama dari paragraf "Man
and Superman" sementara yang kedua dari pidatonya tahun 1907 yang
mencuplik kekuatan untuk berkomitmen pada suatu yang lebih besar dari hidup.
"Kebahagiaan
sejati dalam hidup, adalah bermanfaatnya diri sebagai bagian dari Dia yang
Maha Besar, serta menjadi bagian sebuah kekuatan alam dan bukan sebagai
suatu pengakuan "lemah" dari si-ego yang mengeluh kesakitan, dan
menggerundel bahwa dunia ini tidak berpihak padanya dan tidak membuatnya
bahagia."
"Pendapat
saya, hidup ini adalah bagian dari komunitas besar dan selama hidup saya
ini merupakan berkah saya -berkah saya untuk melakukan apapun yang dapat
saya bisa. Saya ingin menjadi orang yang komplit saat meninggal nanti, semakin
keras saya bekerja semakin saya mencintainya.
Saya bersyukur karena hidup itu sendiri. Hidup ini bukan hanya lilin
saja, tapi ini merupakan obor yang beringas menyala yang saya pegang
terus, dan saya ingin membakarnya agar lebih terang, sebelum akhirnya saya
serahkan pada generasi selanjutnya.
Keempat:
INTEGRITY – A POSITIVE MODEL
Sebagai
salah model, Integritas adalah fenomena yang murni positif.
Definisi: kita gunakan dua definisi integritas dari
Kamus Webster's New World.
1. kualitas
atau keadaan lengkap/komplit; kondisi utuh tidak pecah; kepenuhan; keseluruhan.
2. kualitas
atau keadaan tidak cacat; kondisi sempurna; sehat.
3. kualitas
atau keadaan dalam prinsip utuh sehat; kemeningkatan, kejujuran dan
ketulusan.
Yang kami gunakan dalam model ini adalah
definisi 1 dan 2, dengan digunakannya frasa "keutuhan yang lengkap" untuk mewakili definisi
integritas ini.
Integritas
didefinisikan sebagai suatu fenomena
positif, bukan suatu jalan. Bukan masalah baik atau buruk, tetapi seperti
inilah penggambarannya. Dalam penjelasan
kami, akan kami tunjukkan bagaimana moralitas dan etika terhubung dengan
definisi integritas ini.
Suatu
obyek memiliki integritas saat
penuh, utuh dan lengkap (komplit). Jadi setiap kekuranglengkapan akan
menyebabkan tidak lengkapnya dalam prosesnya.
Bayangkan bila roda sepeda kehilangan satu jerujinya, maka akan tidak
lengkap, yang berakibat menjadi pincang, goyang dan tidak bundar rodanya. Demikian pula, bila suatu sistem memiliki
integritas, maka akan lengkap, penuh dan utuh.
Hukum
Integritas menyatakan:
Saat integritas (kepenuhan, keutuhan, kelengkapan)
menurun, maka kemampuan bekerja menjadi menurun, yang pada gilirannya akan
menurunkan value/nilai dan akan menurunkan kinerja. Sehingga untuk memaksimalkan kinerja,
pilihan pertama adalah integritas.
Godaan untuk melanggar Hukum Integritas akan
mengakibatkan konsekuensi yang menyakitkan seperti kita melawan hukum
gravitasi. Sederhananya adalah (mungkin
agak sedikir berlebihan): "tanpa integritas tidak ada yang
berjalan". Berpikir secara menyeluruh: jika anda atau organisasi
anda beroperasi secara menyeluruh, maka kinerja akan meningkat dramatis. Dampaknya pada kinerja sangat besar sekali,
akan dengan mudah mencapai peningkatan 100% sampai 500%.
Integritas untuk seseorang (atau
suatu organisasi): Model positif ini, menyampaikan bahwa
seseorang yang berintegritas, sesederhana dipegang
kata-katanya. Pernyataan kita meliputi juga tindakan kita. Tidak heran
orang mengatakan bahwa tindakan kita
lebih dipercaya daripada hanya kata-kata kita.
Menepati Janji Anda:
Saat
kita menjaga, meyakini dan menepati janji kita begitu pentingnya, tetapi kita
tidaklah selalu dapat menepati janji kita (kecuali kita bermain dalam permainan
dalam hidup kita). Bagaimanapun, kita
selalu menghargai pernyataan dan menepati janji yang kita ucapkan.
·
menjaga pernyataan kita atau
·
bilamana anda merasa tidak dapat menepati janji anda, secepat begitu anda
sadar bahwa anda tidak dapat menepatinya (termasuk janji anda untuk tepat
waktu) sampaikan pada orang yang terkena dampaknya:
a. bahwa anda tidak
dapat menepati janji, dan
b. anda akan
menepatinya di masa mendatang, dan ketika, atau ternyata sulit bagi kita untuk
menepati janji sama sekali, dan
c. apa yang anda dapat
lakukan saat menghadapi orang lain akibat gagal lagi menepati janji atau
menepati waktu tersebut.
Janji
Anda didefinisikan:
Janji
1. Apa yang anda janjikan : apapun yang anda janjikan, lakukan, atau malah tidak akan anda lakukan
(demikian juga janji saat diartikan sebagai janji untuk menepati waktu).
Janji
2. Apa yang anda ketahui : apapun yang anda ketahui, lakukan; atau justru tidak anda ketahui; ya
jangan dilakukan. Lakukanlah sebagaimana anda ketahui (lakukan tepat waktu), kecuali anda katakan
yang sebaliknya.
Janji
3. Apa yang diharapkan : apapun yang anda harapkan untuk dilakukan atau tidak dilakukan
(permintaan yang tidak kelihatan), dalam hal dilakukan, lakukanlah tepat waktu,
kecuali jika anda secara tegas sampaikan bahwa anda tidak akan (pernah) melakukannya.
Janji
4. Apa yang anda katakan : kapanpun anda memberikan
pernyataan pada orang lain tentang keberadaan sesuatu atau tentang hal-hal
tertentu, pernyataan anda berisi pemenuhan yang dapat diandalkan, sehingga
meraka akan menjadikan bukti bahwa yang anda sampaikan itu sahih (bagi
mereka).
Janji
5. Apa yang anda yakini: apakah yang anda yakini ini pernah terlontar dideklarasikan pada satu
atau sekelompok orang, atau pada diri sendiri, atau justru anda yakini pada
orang lain (entah secara formal atau tidak).
Janji
6. Secara moral, etika dan hukum: secara moral, etika dan aturan hukum yang berlaku,
baik buruk dalam masyarakat, kelompok, negara, dalam mana saya menyelami
bahagia ini sebagai bagian dari mereka, tercermin dalam setiap kata dan
tindakan saya. Kecuali ada satu atau beberapa aturan atau hukum yang berlaku
yang secara eksplisit saya nyatakan tidak cocok dan tidak akan saya ikuti.
Melainkan saya ikuti kata hati saya saja. Dan saya bersedia menanggung
akibat karena berbeda pandangan tersebut.
Pemikiran
sadar:
Mengapa
tetap terjadi hampir setiap orang bertindak tanpa integritas dalam satu atau
lain hal, padahal mereka tahu dan sadar akibatnya dibelakang hari? Setiap orang
(baca: semua orang termasuk saya dan anda) melihat mereka sebagai orang pribadi
maupun berkelompok dalam organisasi yang (katanya) punya integritas.
Kabar
buruknya:
Ternyata tidak ada seorangpun (baik anda dan saya)
baik sebagai pribadi sendiri-sendiri maupun berkelompok dalam organisasi yang
sepanjang waktu dan di setiap tempat bertindak dengan integritas. Jadi jelas
bahwa kita mengagungkan integritas, tetapi kita sadar bahwa untuk mejalaninya
tidak setiap orang, setiap waktu di setiap tempat kita berintegritas. Justru
dunia ini penuh dengan pribadi dan kelompok yang tidak berintegritas. Dan ini
sudah menjadi bahaya sistemik. Jadi....???
Faktanya bahwa integritas adalah ibarat sebuah gunung
tanpa puncaknya, sehingga kita musti membiasakan diri berenang dan hidup di
dalamnya untuk tetap bertumbuh dan berkembang mencapai dan mendaki
"puncak" integritas ini. Bahkan saat orang sendiri maupun
berkelompok menamakan diri perusahaan, korporasi, kelompok atau negara, dengan
kesadaran penuh kalau bertindak tidak didasari integritas, tapi acapkali justru
gagal mengusung integritas tersebut dalam perilakunya. Hasilnya, mereka justru (seringkali)
melimpahkan kerusakan akibat tersebut pada alasan atau hal lain (penghindaran).
Sebab "siar" mereka adalah tetap mengusung integritas, jadi kalaupun
ada tindakan atau perilaku sadar yang berakibat rusak/sakitnya pihak dalam
maupun pihak luar mereka, mereka yakin akan bisa (segera) kembali ke
integritasnya.
Bagaimanapun,
kombinasi dari
1) secara
umum kami tidak bertindak dan perilaku keluar dari integritas;
2) yakin
bahwa kami adalah pribadi-pribadi yang penuh integritas; dan
3) bahkan
saat kita terpeleset dalam tindakan tindak berintegritaspun, kita akan segera
kembali ke jalan yang benar; sebab kita kan pribadi orang-orang yang terus
belajar dan mendaki gunung tanpa puncak tersebut.
Untuk menjadi pribadi dan kelompok yang penuh
integritas, memerlukan pengakuan bahwa kita menikmati pelajaran dan perjalanan mendaki tersebut. Dengan mengetahui bahwa integritas adalah
mendaki gunung tanpa puncak, dan kita menikmati pendakian tersebut, membuat
kita pribadi-pribadi yang kuat dan punya kuasa memilih, sehingga orang lain
menyebut kita otentik, dan masuk dalam pribadi dan kelompok yang berintegritas.
Dengan pengakuan bahwa kita berintegritas
dan memang ndak mudah mempertahankan sepanjang waktu di setiap tempat melakukannya,
maka kita memaklumi orang lain dan kelompok lain melakukan tindakan gagal berintegritas,
selama ada tindakan dan komitmen untuk belajar mendaki tersebut.
Jakarta 19 Nop 2013
No comments:
Post a Comment