Jadi ingat saat almarhum guruku pernah menyampaikan, bahwa
semakin kamu gali kedalamanmu, akan kamu temui dirimu yang semakin kabur, makin
hilang dan makin menyatu dengan alam. Tidak berwujud tapi ada. Hadir. Di sini, saat ini. Be here now.
Menarik saat ku perhatikan, menyimak, sobatmu bicara, (biasanya)
membicarakan (kejelekan) orang lainnya lagi. Dengarkan (bahasa Inggrisnya: listen, bukan hear). Artinya menyimak. Betapa tertangkap olehku bahwa ternyata
yang dia bicarakan adalah kejelekannya sendiri. Terperanjatku dibuatnya....
Ternyata kalo kita hadir, sadar, menyimak setiap kata yang
kita kirim ke orang lain, itu sebenarnya menyampaikan keadaan kita.
Contohnya sebagai berikut: ini kalo aku yang bicara....dan
mencoba sadar, serta menyimak....
"bu, tadi aku kok ndak seneng ya disindir. ditegur
bahwa aku orangnya sembarangan, ndak peduli juga ndak perhatian ke orang
lain..." demikian pernah kusampaikan pada almarhum ibuku saat ku SMA.
Menyimak kalimat di atas, ternyata apa yang kusampaikan
benar adanya. Padahal aku maunya ibu membelaku bahwa ndak benar aku seperti
yang disampaikan temanku itu....
Pantas kalo di filem detektif, sang polisi selalu menangkap
penjahat dan mengatakan,"you have
the right to remain silent. Anything you
say will be used to be against you."
Jadi inget deh, saat mbah Dewi di Madiun dulu pernah
menyampaikan, bahwa silent is golden.
Kelihatannya silent ini bukan maksudnya diem saja, cicing wae, atau ndak peduli, melainkan diam yang merenung.
Mengendapkan. Hadir. Sadar.
Demikian juga saat ku pernah berkata,"aku benci dengan gayanya
si X tuh. Kelihatannya sombong. Snob,
sok. Emang cuma dia yang kuasa. Emang cuma dia yang (isi sendiri) .....dst"
Bukankah ini berarti ketidaksukaan kita karena ego kita
berbenturan dengan ego dia.
Sementara menurut almarhumah ibu menyampaikan bahwa benturan ego sebenarnya
terjadi bukan karena egonya beda atau tumburan. Melainkan karena
"gaya" egonya sama. Beradu. Ibarat magnet, kalo utara dengan selatan
kan saling melengkapi, tapi kalo utara dengan utara kan saling bertolakan.
Juga jadi inget hal ini sewaktu itu pernah sampaikan, Dik,
kamu tau kan, kenapa bapakmu "keras"
denganmu. Itu bukan karena bapak ndak suka dan ndak sayang kamu. Itu tandanya
karena kamu dan bapak itu "sama". Dan karena "kesamaan" itu, bapak ndak rela
kamu mengalami hal2 (buruk) yang bapak pernah alami. Sehingga keluarnya, seolah
marah, padahal itu kepedulian seorang bapak pada anak lakinya.....
Hayooooo masih kurangkah cermin ini disampaikan.
Pantas kan, kalo ada peribahasa,"buruk muka cermin di belah." Lha jelek-jelek muka sendiri kok
menyalahkan cermin. Ya mending jangan ngaca dong. Tapi pesannya adalah justru ngaca biar tau
kalo aku juga jelek. Terima aja. Accept
it. Resapi. Endapkan.....
Monggo.....
Jakarta, 10:52, 25Nop2013
No comments:
Post a Comment