Membaca tulisan Romo Sudrijanta tertanggal 6 Oktober 2008,
yang berjudul "Menembus Hakekat Diri yang Tak-Berhakekat"
dengan secuplik sebagai berikut:
Ada sesuatu di dalam diriku yang secara sempurna tidak
melekat, halus dan lembut. Ia tidak dikotori oleh apapun. Ia seperti danau yang dalam yang tanpa tepi dan tanpa
dasar. Pikiran dan perasaan adalah seperti gelombang air di
permukaan. Di bawah permukaan, tidak ada riak gelombang. Segala sesuatu diam. Sekali gelombang berhenti dan air
menjadi tenang, kita bisa melihat gerak yang mahaluas dan sadar apa yang hidup
di sana. Itu adalah gambaran Diri Sejati yang kita sadari saat kita terlepas
dari segala proyeksi dan kemelekatan.
Betapa
membaca kutipan ini menjadi teringatku pada salah satu resolusi awal tahun
2013, setelahku bersama dengan keluarga menyepi di Losari, sebuah desa di
Magelang. Sebab dari pengendapanku
karena pengalaman roller coaster 3 tahun belakangan ini, yang tertinggal dan
sangat menggangguku adalah begitu mudahnya aku goyah baik pikiran dan perasaan
karena gelombang laut. Dan benarlah ternyata gelombang laut ini merupakan
penampilan luar, dan tampak luar dari semua yang boleh ditangkap oleh panca
indera plus.
Dimana
menjelang akhir tahun ku akhirnya melakukan dan mengambil keputusan untuk
"berserah diri" padaNya Sang Maha Pencipta,"Ya Gusti Allah, ku
serahkan diri, pikiran, mental juga rasaku pada Mu. Karena Engkaulah Maha Tahu
dan Maha Kasih pada seluruh umatMu."
Sehingga
muncullah keinginanku untuk belajar menyelam, dan sudah kusampaikan pada pak
Made, dan rencananya adalah April 2013, tetapi pada kenyataannya waktu
pembelajaran tersebut tidak terjadi. Karena aku memasuki masa isolasi dan
pengucilan.
Ingatku
saat ditanya pak Made, sahabatku, kenapa pengin belajar menyelam pak? Kujawab:
karena selama ini kalo saya naik kapal, menjadi takut melihat dan merasakan
gelombang baik kecil maupun besar, merasa terombang-ambing. Dan menurut saya
kalo bisa menyelam, diving, di dalam laut tersebut sebenarnya tenang, hanya
arus yang tidak terlihat. Tetapi
ganasnya ombak yang bergelora tidak lah tampak dan terasa. Melainkan derasnya
arus yang tidak terasa.
Saat ini
setelah hampir 6 bulan lebih ku diisolasi, dengan berbagai gelombang besar dan
kecil yang dilakui, maka berkah sebab dalam 2 bulan terakhir aku memutuskan
untuk berenang ke dalam. Menyelam. Diving. Yang terasa adalah tenang, dengan menemukan
diri. Dan mempersatukan arus air dengan gairah dalamku.
Diperkuat
dengan sudah 3 hari kulihat anakku terkecil yang mulai belajar menyelam di
kolam renang. Dan tampaknya menyenangkan.
Oooo ternyata ini tho maksud belajar nyilem ini? Menyelam...
Terima kasih Gusti....
Jakarta
15:19, 7Nop2013
No comments:
Post a Comment