Apa sih ini maksudnya? Kita makin miskin? makin ndak punya
harga diri? makin susah makan? atau yang bagaimana yak?
Di koran dan media cetak maupun media elektronik disebutkan
bahwa harga-harga meningkat, ini disebabkan oleh naiknya harga BBM? Sehingga
transportasi atau pemindahan barang dari daerah satu ke tempat lainnya
meningkat. Walau barang atau jasa yang kita terima tidak secara langsung
dipengaruhi BBM, maka semua menyesuaikan diri karena peningkatan BBM yang
meningkat?
Ada juga pengusaha besar yang menyampaikan bahwa biaya
produksi juga meningkat, karena memang meningkat setiap tahunnya. Tanpa perlu
memperincikan dari mana sumbernya. Diterjang lagi oleh arus, bahwa harga
komoditas dan harga energi yang meningkat sementara kita masuk tergantung oleh
ekspor.
Sedangkan tujuan kita berjualan sumber daya alam dan energi tersebut
adalah ke China dan India yang saat ini sedang lesu alias mengurangi
konsumsinya membeli dari ekspor Indonesia kita ini.
Sementara berita yang lain, investor-investor Jepang
memimpin membeli perusahaan-perusahaan lokal yang mulai terseok-seok (tadi
diatas) tapi (sebenarnya) menguasai pangsa pasar di Indonesia atau pasar Asia
Tenggara dengan cukup meyakinkan. Ditambah lagi, bahwa investor (the big boys)
private equity besar KKR terlihat mulai menyelesaikan transaksi membeli
perusahaan Tiga Pilar yang selama ini cukup berkibar di Indonesia.
Nah lho.... di setiap kesulitan ada kesempatan yang
tersembul. Dan di setiap kesempatan ada kesulitan yang mendampingi. Pemenang
memilih opsi satu, sementara pecundang memilih opsi dua.
Monggo pilih yang mana?
Kok rasanya ndak salah ya, kalo bapak besar kita Dorojatun
Kuntjoro Jakti, pernah menyampaikan pada saya,"...saudara, jadi Indonesia
saat ini diisi oleh orang-orang yang merasa dirinya seperti (ini
ilustrasinya...) tikus yang mati di lumbung padi...."
Hayuk aaaah......
Jakarta 13Aug2013, 11:25
No comments:
Post a Comment