Mendengar kalimat ini, tentu kita akan langsung membayangkan
departemen Marketing kita tidak dapat menjual produk kita karena beberapa sebab.
Apakah karena hal internal atau eksternal? Apabila disebabkan oleh hal
eksternal, apakah bisa diperbaiki atau disesuaikan, atau kita terima nasib? Kalau
ekstrimnya, mau terima nasib, apakah kita mau menderita kerugian? atau musti
menyalahkan departemen lain? misalnya untuk kontrol biayanya?
Sepengetahuan saya (maafkan kalo salah), kalo produk sudah
jadi, dan apa pembelinya. Apakah analisa dan kriteria produk kita adalah
termasuk penting di mata pembeli? Sebab kan, kalo penting, tentunya pembeli
tetap akan membelinya, tentu urutan berikutnya perlu melakukan penyesuaian
misalnya penggunaanya dikurangi, dengan subsitusi produk sejenis, kualitas sama
atau perubahan cara (how to).
Ilustrasi ini menarik sebab dapat diilustrasikan dengan
analogi kebiasaan dan perubahan kebutuhan (need) menjadi pemenuhan keinginan (wants).
Contohnya, saat kita prihatin, kita biasa naik mobil baik
itu ke kantor, pasar, antar ke sekolah. Begitu harga BBM naik, maka mulai
disesuaikan, ke kantor naik motor, ke pasar naik bajaj. Mobil hanya dipakai
sabtu minggu saja. Sementara perubahan
ini tentunya bukan tanpa "faktor x" pengikut seperti, musti berangkat
lebih awal, bawa barang sesuai saja, tidak perlu koper, tas kecil dan tas
laptop dibawa-bawa. Juga biaya kesehatan diperhatikan. Masuk angin, sakit
kepala tentu menjadi awal pendamping penyesuaian.
Berjalan satu, dua, tiga minggu, saat kebiasaan mulai
terjadi, maka tidak masalah lagi.
Begitu ada penyesuaian lagi di kantor, misalnya naik jabatan
atau naik gaji, lalu, kembali ke mobil lagi. Motor, bajaj mulai ditinggalkan, driver
pribadi dicari lagi. Mulailah, pemenuhan wants yang dikejar. Makan ndak mau
pinggir jalan lagi, tapi musti restoran.
Nah beginilah hidup ini berputar.....
Monggo......
Jakarta, 14Aug2013, 9:21
No comments:
Post a Comment