Pertanyaan ini sungguh-sungguh menyengatku dengan tajam, dan
dalam. Sakit seperti ditusuk duri di telapak kaki.
Ya, aku dulu orang asing di keluargaku, lahir dari ibu,
dinantikan selama 9 bulan, dan pada lahirnya, nangis, minta diperhatikan, lalu
besar dalam keluarga, merasa menjadi bagian dalam keluarga. Tetapi saat besar,
menginjak SMA, susah diatur, merasa bahwa orang tua musti dan pasti membantu
dan memfasilitasi semua yang diinginkan (baca: bukan dibutuhkan) ku dong....
Dan saat menikah, terkejut ku dibuatnya, ternyata keputusan menikah, keputusan
memiliki anak, membesarkan, menyertai dalam kebersamaan keluarga. Yak
ampuuuuun.....ternyata tindakan, perasaan, upaya, doa, dan semua hal yang
melingkupi diri ini dulu, benar-benar ndak tau diri....take it for granted....
sak enak'e dhewe...
Menyesal? Ndak. Sebab ndak ada gunanya. Bersyukur aku sempat
merasakan ini. Sebab dengan sengatan "peringatan" itu membuatku
hidup, bangun serta berjalan kembali menapak di tanah.
Orang asing juga adalah aku, saat aku hidup bersama dengan
istriku tercinta. Menikah, hidup bersama, tinggal bersama. Juga berkah aku
boleh tinggal menumpang di rumah keluarga. Apalagi, anak-anak kami juga besar
di sini. Tepo seliro, dan unggah ungguh pada awalnya. Tetapi berjalan di tahun
ke 20, tahun ini, kok sudah seperti rumah sendiri, rasa respect tetap terjaga,
tetapi kok ada rasa lain yang meraja di hatiku.... Mungkin juga tindak
tandukku, mungkin juga kebiasaanku.....
Lho? Ya ternyata, hal ini begitu terasa...begitu ada mbak
yang ikut bersama ibu. Dimana sudah berjalan hampir 1 tahun, berubah juga.....
he he he.... Langsung hati, badan,
pikiran ini seperti disengat listrik ribuan watt. Kalo beliau aja begitu,
berarti aku (kan juga) begitu dong.....
Waduh.... sak enak'e dhewe... sak enak udel'le....
Menyesal? Ndak. Yang sudah berlalu, biar berlalu, tidak bisa
dihapus. Saat ini justru saat yang tepat untuk berdiri tegak berjalan kembali.
Menata diri, hati dan pikiran, mulai jalan. Menapak di tanah....
Ingat saat aku masuk
ke kantor ini, dimana tiga setengah tahun lalu, menjadi orang asing,
orang baru, menyesuaikan diri. Lalu mencoba berkontribusi. Dan sekarang saat
penugasan berubah, kok aku merasa rumah, rekan-rekanku jauh dariku. Lha wong
aku saja asing bagi mereka, kok aku ndak merasa asing? Kok bisa-bisanya merasa
orang dalam, orang lama. Apa iya ndak ngerasa....???
Hua ha ha ha ha .... meledak tawa ku (dalam hati sih...)
Jadi rasa orang asing, tapi menjadi orang dalam dan orang
lama, kok iya bisa-bisanya? Itu kan namanya ge-er. Gede rasa. "ngeroso biso" kan mestinya wong
jowo iku "biso ngeroso".
Nah kali ini bener-bener, duri tadi menusuk dan ditambahi
listrik untuk menyengatku. Hayo
bangun...!
Jakarta, 12Aug2013; 11:00
No comments:
Post a Comment