Ora dhuwe udel. Urip
sak enak'e dhewe. Ra eling karo liyane.... Sak uni ne....
Terserah deh mau dibilang apa. Emangnya mau nunggu orang
lain komentar. Emangnya mau nunggu negara ini ganti presiden, ganti pemimpin.
Lha kalo ganti pemimpin emangnya lalu ganti suasana?
Lha ndak kejadian tho?
Lha ndak sesuai dengan janji tho?
Terus, mau kecewa? Mau protes? Mau demo? Mau teriak-teriak?
Hua ha ha ha ..... Urip kok nunggu orang lain?
Tadi pagi sambil cross-training (olah raga semacam
treadmill), saya baca tulisan Romo Sudriyanta. Lupa nama bukunya, juga halaman
berapa? Cuma ingat segelintir rentetan kata:...Subyek dan Obyek.
Kita adalah Subyek, hal yang kita pikirkan (akan
terjadi, atau harapan untuk terjadi atau dimiliki atau dialami) adalah Obyek.
Lha kalo Subyek merasa menderita, frustasi, mau meledak, lha
ya monggo meledak saja. Kalo mau tertawa lha iya monggo tertawa saja.
Dhuaaaar.......!!!! Hua ha ha ha .....
Itu kan (hanya) rasa. Sementara rasa kan dapat dikendalikan.
Teman saya, mbak Nana (bukan nama sebenarnya) bilang,"lha mas tapi kan
ndak gampang... Emangnya mudah kita menerima kejadian ini? Emangnya gampang
kita lepaskan rasa kecewa? Apa iya kita ndak boleh protes?
Lho mbak, kan rasa frustasi, kecewa, senang, mau protes, iya
boleh dong.... Pertanyaannya, mau berapa lama kita simpan rasa itu? Emangnya
ada gunanya? Emangnya kejadiannya bisa ilang sendiri? Apa maunya (sak enak'e
dhewe ini) orang lain yang mengambilkan putusan.... (lihat kembali tulisan : Memutuskan
atau Mengendalikan)
Kalo mau disimpan, eman-eman, ya monggo. Dirasakan. Wong
hidup-nya sendiri, wong badannya sendiri, wong ndak enak juga rasa-nya sendiri.
Tapi....apa perlu "minta!!!" (dengan tanda seru) orang lain musti
merasakan juga?
He he he, wong edan, kok diikutin..... Mau berubah kok
mintanya yang lain yang berubah? he he he
Jakarta, 10 Juli 2013, 8:25
No comments:
Post a Comment