Mengingat kejadian kemarin, dimana sahabat, partner, kakak
serta guru saya selama di organisasi mendapat kabar bahwa status nya sudah
dilepas atau berpisah.
Terduduk, tercenung, termenung, terdiam, senyap, sunyi.
Seakan suara, teriakan atau celotehan dari hati yang biasanya lancar bahkan
sering tanpa dikomando keluar bagaikan anak panah yang tak tentu arahnya.
Nyablak, menyeruak, semburat kemana-mana. Lucunya, kali ini, kok seakan
tercekat, lengket atau bahkan kering ndak mau keluar.
Bingung? ndak. Runtuh, rapuh, lumer, cair dari tadinya
berbentuk tiang pancang yang tangguh, seakan ndak roboh bahkan kalo digentarkan
oleh gempa. Kali ini seolah lumer, meleleh, cair, rapuh dan runtuh, tanpa
bunyi, tanpa suara menggelegar. Senyap...... Hilang ditelan angin sepoi-sepoi.
Hanya terdengar suara AC.... yang biasanya ndak terdengar,
kok sekarang hanya bunyi anginnya yang dingin dan berisik.
Tarikan napas yang dalam kulakukan, seolah paru-paru ini
takut ndak bisa bernapas sebentar lagi. Coba kuatur nafas ini, tarik yang
dalam, ingin kupenuhi paruku ini dengan oksigen, ingin kumasukkan juga ke dalam
otakku. Kutahan gerakan nafasku, hanya untuk merasakan alirannya masuk dan
beredar ke dalam tubuh. Lalu kulepas
nafasku perlahan, seolah ingin kukeluarkan lewat pori-pori kulit ku di seluruh
tubuh.
Semenit, lima menit, dua puluh menit. Tercekat.
Hilang? Apa yang hilang ya? Marah? ndak juga kok. Sudah ndak
ada amarah dan amuk dalam hatiku. Mencari salah dan penyebabnya? Ndak juga.
Senyap....
Betapa Gusti Allah masih memberikanku kesempatan untuk
mensyukuri hidup ini. Kesempatan, jabatan, teman, sahabat, saudara, materi,
hubungan, komunikasi dan bahkan kelekatan boleh datang dan pergi, tetapi Gusti
Allah menyertai selalu. Selama hayat dikandung badan.....
Wow....
Jakarta, 19 Juli 2013, 10.10
No comments:
Post a Comment