“Say, aku minta maaf ya…”
“mas, bapak minta maaf ya…”
“Pak Ketua, nuwun sewu mohon maaf kalo saya lancang…”
Nah ini semakin menarik karena dalam hidup yang saya hadapi, bila kita meminta maaf, coro Londo-nya adalah “apologize”, artinya kita telah berbuat salah.
Lha kalo budaya Jowo yang diajarkan oleh almarhum ibu saya, nuwun sewun, nyuwun sewu, nyuwun pangapunten, dan seterusnya, itu adalah minta maaf karena suatu hal yang sudah terjadi, atau sedang terjadi, atau akan terjadi yang mungkin dapat mengganggu lawan bicara. Tapi bisa jadi belum tentu mengganggu juga apalagi membuat orang lain terluka, atau tersiksa. Justru sering, malah dibilang berlebihan karena, kok selalu minta maaf…..
Saya dipesan oleh pimpinan. Apapun yang kamu lakukan. Jangan
sekali-kali kamu minta maaf apalagi mengaku salah. Jadi ada 2 kejadian
sekaligus, tetapi dihubungkan dengan kata dan, “and”. Minta maaf pasti bikin
salah. Dan sering dikonotasikan kesalahan itu biasa, dan bisa terjadi kapan
saja. Tetapi ndak perlu minta maaf. Buat saja alasannya, “reasons”…. Apapun itu
orang akan menerima (baik suka atau tidak suka).
Karena ndak perlu meminta maaf, juga sekaligus ndak perlu
ngaku salah, juga penting untuk disampaikan (dalam hati tentunya) bahwa tidak
perlu menyesal. Kalau dalam ajaran Yesus, ya ndak perlu bertobat….
Wuih top banget yak….?
Wuih top banget yak….?
Jadi sebaiknya? Mosok sekarang tanya baiknya? Bagaimana kalo buruknya….?
Sumonggo…..
Jakarta 9 April 2013
No comments:
Post a Comment