Ikut dalam acara dadakan ulang tahun sobat ku di Café Bey*nd
di kawasan Jakarta Selatan, sungguh membuatku terhenyak, terhibur sekaligus
bernostalgia ingat jaman masih muda, masih ndak tau aturan, ndak punya masalah
dengan masa dengan (masa bodo) dan sekaligus berani ambil risiko
sebesar-besarnya.
Apalagi lagu-lagu yang diputar adalah zamanku SMP, beranjak
SMU dan kira-kira paling tua (saat itu)
saat masih kuliah tingkat satu dua. Ya….kira-kira akhir 70-an sampe pertengahan
80-an lah… Orang menyebutnya generasi
eighties.
Zamannya mainan game & watch ato orang menyebutnya
gimbot, pake tas dari gesper (ikat pinggang) yang hanya bawa satu dua buku
saja, lalu pake baju lengan pendek dilinting, kerah dinaikkan, juga laki-laki
celana lipit, biarpun masih pake setengah tiang (istilah untuk anak SMP) Hua ha
ha ha.
Pake motor, kalo bisa (minta ortu), motor tril enduro DT ato
KE, macem Ali Topan-anak jalanan. Radionya Prambors, yang nyetel Catatan Si
Boy.
Kalo beli kaset di toko Aq*arius di Aldiron, lalu pesan lagu
maunya susunan sendiri pake kaset C-90, biar banyak. Dan kalo malem minggu datengnya ke diskotek
di Hotel Bor*b*dur. Lalu pulangnya ke Menteng, liat breakdance, mobilnya
ceper-ceper satu jari kejepit. Hayo…..
Ternyata zaman itu selalu menarik untuk dikenang. Lalu pas
balik rumah, eh anakku saja sudah ada yang SMU dan satu lagi kuliah, yang kecil
masih SD.
Tercenung aku mengingat. Kalo ditanya apakah mau kembali ke
zaman itu. Akan langsung kujawab,”NDAK!!” Sebab masa itu indah dikenang,
dipelajari. Jadi kembali ke peristiwa di café tersebut, senang mendengar
lagunya, menghentak, mengikuti irama, dan begitu selesai ya sudah. Finito.
Kembali mensyukuri,”betapa beruntungnya pernah mengalaminya……”
Matur nuwun Gusti…
Jakarta, 4 Jan 2014; 20:50
No comments:
Post a Comment