Mengingat suatu buku Jim Collins from Good to Great, ada yang
menarik dari hal yang disampaikan Sean Hyman, bahwa meningkatkan Kemampuan kita
(Ability), urutan berikutnya adalah
akan membuat kita sejahtera (Wealth) dan pada gilirannya akan
membuat kita berlimpah untuk menjadi saluran berkat bagi umat manusia sesama
kita (Bless others).
Bukankah hal ini merupakan tujuan kita hidup didunia?
Memulai dari diri kita, mensyukuri berkah dari Gusti Allah yang dilimpahkanNya
pada kita, lalu dengan niatan tulus dalam membantu sesama, mengangkat harkat
martabat sesama, maka hati dan pikiran kita mengarahkan kita menjadi saluran
berkat.
Bila tujuan dan motif kita adalah untuk agar kita dilihat
orang lain, maka sudah barang tentu keterkenalan langsung diperoleh, tetapi ini
sifatnya sangat dangkal dan instant. Tetapi begitu kita memilih untuk membantu
dengan niatan tulus, insya Alah, dengan perkenan Gusti Allah Tuhan, kita akan
memberikanNya lebih berlimpah. Karena kita lakukan tanpa pamrih. Sudah dengan
ikhlas, dan doa agar dapat membantu orang lain.
Salah satu anjuran almarhumah ibu dan almarhum bapak semasa
ku kecil antara lain, bantulah orang yang kemungkinan besar dia ndak dapat
membalasmu. Maka kamu akan terhindar dari pamrih, dan fokus hanya untuk
membantunya saja semata. That's it.
Jadi ingat sekitar tahun 2008, dimana pernah saya menghadiri
suatu seminar, dengan pembicara Bp Jo Simatupang, yang mengatakan bahwa banyak
orang yang merasa sudah memiliki good life, seringkali sudah tidak mau melihat
bahwa beyond kehidupannya adalah great life. Tetapi karena sudah merasa berada
di comfort zone, maka tidak bersedia lagi untuk fight, sehingga shifting ke
great life.
Bukannya mengajak kita menjadi tidak pernah puas pada suatu
kondisi atau keadaan pemenuhan kebutuhan needs kita menjadi keinginan wants,
tetapi selayaknya hidup ini diperjuangkan sehingga tujuan kita hidup di dunia
ini (purpose of our life) masing-masing adalah seoptimal mungkin yang dapat
kita capai. Sebagai maksud dan makna kita manusia ini diciptakanNya.
Push it to the limit,
beyond our fear. Could be just one more step to open THAT door.
Seperti buku one degree yang membuat air panas menjadi uap
air, saat menambahkan satu derajat dari 211 derajat fahrenheit ke 212
fahrenheit. Nah....maukah kita? anda?
Monggo...
Jakarta 11:48, 2Des2013
Nice post, Pak!
ReplyDeletePart favorit:
"...bantulah orang yang kemungkinan besar dia ndak dapat membalasmu. Maka kamu akan terhindar dari pamrih, dan fokus hanya untuk membantunya saja semata."