Baru dua hariku bekerja di kantor. Bertemu dengan rekan
kerja, semangat baru tahun baru yang ada di awal langsung lumer….
Hua ha ha, kok begitu.
Dengan semangat empat lima, ku datangi rekan-rekan, salam,
peluk cium, salam tangan, dan salam “jancuk’an” karena kangen terlontar. Baru
berjalan beberapa saat, ndak lebih dari dua setengah jam, yang disampaikan
adalah curhat, karena kinerja tahun lalu yang ndak sesuai dengan harapan di
awal 2013.
Lho, bukannya hal ini biasa? Kita capai yang bukan
direncanakan, tetapi yang direncanakan malah ga-tot (gagal total). Jadi apa
yang baru? Karena sudah janji pada diri sendiri, tahun baru aku mau jadi Didik
yang “lain” maka kuputuskan untuk mendengar daripada komentar.
Jadi jawabku adalah,”oooo begitu pak/bu.” Atau “hmmmm, lalu….”
Sebenarnya kalo Didik yang “biasanya”, maka aku akan dengan
segera bilang,”lho bukannya ini… atau lho kan tinggal dihadapi aja, atau
ditemui aja kan?”
Memang kali ini, kuputuskan untuk Didik yang “beda”. Kan
sudah diputuskan menjadi orang “bener”. Punya dua telinga vs satu mulut. Jadi
banyak mendengar. Punya hati, tapi musti menahan ego. Kalo ditanya, apakah “gampang”?
ya jelas kujawab ndak lah…. Emang enak. Tapi memang kubelajar mendisiplinkan
diri. Hua ha ha, mencontoh Dedy Corbuzier, jadi mentalist. Mendisiplinkan diri.
Obsesif. Hi hi hi… Keren tuh…
Setelah kuendapkan, di rumah, ku sadar bahwa di masyarakat
ya begitu itu. Nothing new, belum sembuh. Sebab kalo orang mau sembuh, maka
Gusti Allah memang sudah memberikan jalan. Lha kitanya aja yang melihatnya ke
dalam (diri) become victim, sebagai
objek. Padahal Gusti Allah sudah menyediakan berkahnya bila orang (sesuai
kodratnya) menjadi pelaku. Menjadi subjek.
Hayo….
Tapi ndak usah deh, lha wong bahagia “hanya” buat yang mau
saja kok. Sukses dan achievement
khusus buat “penggemar’ hardcore yang
mau kerja aja kok.
Coba rekan-rekan
pembaca ulang paragraph terakhir di atas, aku hanya sebut…yang mau saja. Sebab
memang yang mampu ya semuwah. All of us.
Tapi mewujudkan to be the chosen one, “hanya” membutuhkan kemauan. Bukan
kemampuan.
Mau? Ndak usah deh, nanti cape, nanti berdarah-darah, nanti
keringetan. Nanti malah berhasil…. Almarhum Gus Dur bilang, ndak usah
repot-repot deh….
Jakarta, 4 Jan 2014; 21:51
Setuju p. Didik; bukan bisa atau enggak bisa tapi mau atau enggak mau !
ReplyDeleteSelamat tahun baru 2014.
Semoga 2014 menjadi tahun penuh berkat buat p. Didik
((iwan jusack))
Nice post, Pak...
ReplyDelete=)