Membaca buku di pagi hari, menggugah hati, membangunkan jiwa dan menyadarkan diri bahwa rasa itu bukan apa-apa. Ndak penting.
Suatu waktu pengin menjadi sorotan dan dianggap penting, ternyata ada konsekuensi bahwa tanggung jawab serta perintah yang mengikutinya. Saat lain berperan menjadi anggota dan siap membantu dan mensukseskan program, tetapi kok jalannya ndak sesuai dengan tujuan yang disampaikan.
Kembali pada feeling dan rasa serta peran apa masih penting?
Kok kliatannya ndak perlu dan ndak penting lagi ya
Monggo....
Jakarta, 24 April 2017
Showing posts with label konsekuensi. Show all posts
Showing posts with label konsekuensi. Show all posts
April 24, 2017
April 10, 2013
Aku memilih
Saat belajar di SD, aku dipilihkan oleh almarhum ibu. Masuk
SMP, aku yang memillih. SMA, adalah pilihanku. Perguruan tinggi yang aku jalani
sebenarnya bukan aku yang memilih pertama kali, karena ikut-ikutan dengan
sahabatku, yang ternyata tidak mendaftar di tempat tersebut. Saat ada panggilan
kedua, almarhum bapak memintaku untuk masuk dalam perguruan tinggi tempat aku
mendaftar tersebut. Katanya, ndak mungkin kamu dipanggil kalo bukan kamu
sendiri yang memutuskan untuk menuliskannya. Walau sampai dengan lulusnya aku tetap merasa bukan aku yang memilih. (masih
dengan mental victim: menyalahkan
orang lain untuk kejadian yang aku jalani…..)
Mulai dengan melamar pekerjaan, aku yang memilih, juga saat
pindah kantor kedua dan ketiga. Apakah ada beda antara aku yang melamar atau
ditawari oleh orang lain? Sebab kedua pilihan tersebut tetap membutuhkan aku
untuk memutuskan dan bertanggung jawab dengan pilihanku kan? Hayooooo…..
Pilihan adalah apapun yang diputuskan dan ada tanggung jawab
serta konsekuensi yang menyertainya. Sewaktu di perguruan tinggi, aku merasa
bahwa kalo aku dipilihkan atau ikut pilihan bapak, kan kalo ada apa-apa yang
membuat tidak sukses kan boleh (baca sekali lagi: boleh menyalahkan orang lain,
juga bapak…)
Belakangan sejak bekerja, ternyata dunia ini begitu kejam. Aku
memilih, atau ndak memilih (jadi akibat orang lain yang memilihkan) kenyataanya
apapun yang aku putuskan untuk menjalani (walau bukan pilihanku…--masih ngotot
bukan pilihanku lho, walau aku jalani--…) langsung dan tidak langsung tetap
kena di aku. Itu adalah paketnya. Suka ato ndak suka. Apa masih mau menyalahkan
orang lain (kalo apes), dan menerima manfaatkannya kalo enak….. Lho kok enak banget kalo gitu….
Hidup ini indah, apapun bagaimanapun di manapun siapaun
kapanpun, penting untuk sadar dan waspada. Setiap sepersekian detik itu
berharga. Diam juga merupakan pilihan. Apalagi bergerak…..
Hayoooo masih mau mengatakan kalo semua hal itu adalah
akibat hal lain ato orang lain? Dasar mental victim….yang ndak mau sadar…..
Hayuuuuk aaaaah
Jakarta 10 April 2013
February 11, 2013
Kepastian dan Kebebasan
Seringkali saya terjebak dalam perjoangan dan pencarian
serta pengorbanan untuk mencari kepastian. Pertanyaan dilayangkan, pertemuan
dilaksanakan, perjalanan direncanakan. Tapi adakah kepastian? Seringkali justru
hutan gelaplah yang ditemui. Semua orang melengos, alampun diam membisu. Terang
surya menyinari, guyuran hujan melebat, membuat orang termasuk saya mengira
bahwa itu tanda dari Tuhan, Gusti Allah kita
.
Semua diam, tidak memberi jawab, bahkan untuk sekedar
kehangatan dan sekedar pelepas dahaga dari pencarian yang panjang...
Apa masih tetap perlu dan penting untuk mencari dan
memperjoangkan kepastian di hidup yang memang tidak pasti. Bukankah sering kita
temui bahwa yang pasti justru ketidakpastian?
Apa ya tetap ada kepastian naik pangkat, kepastian
sejahtera, kepastian hidup akan membaik? Sementara hidup dengan segala gejolak,
dinamika serta perubahannya justru membuat kita hidup?
Lho......? Jadi sebaiknya bagaimana?
Apa masih perlu dan penting untuk mencari kepastian? Monggo
diputuskan.....
Sementara saat hidup kita terhimpit banyak hal masalah, beda
kenyataan dari harapan, serta tekanan dari pekerjaan, keluarga serta perjoangan
mencari kepastian tadi, kita menginginkan bahkan “mencari” dan mendambakan
(seolah-olah tidak ada di tempat dan waktu kita saat ini dan di sini) untuk
mencari kebebasan. Bebas untuk apa sih? Kelegaan untuk berbuat apa? Buat apa? Melepaskan
dari siapa? Dari apa? Mengapa penting untuk diperjoangkan? Bukankah kita yang
mencari kepastian, memperjoangkannya, lalu dalam perjalanannya, justru mencari
kebebasan untuk berbuat apa saja, buat siapa saja?
Pertanyaannya adalah: apa kita merasa tidak bebas? Dari siapa?
Untuk melakukan apa?
Kalo dikatakan nanti kan berarti kita melanggar hukum? Aturan?
Kesepakatan?
Kembali pada pertanyaan, apa kita tetap tidak punya pilihan?
untuk mengambil keputusan?
Kok malah membingungkan ya.....????
Jadi sebenarnya yang dicari kepastian atau kebebasankah? Apa
kita punya pilihan untuk mengambil keputusan? Mengapa kita takut? Takut pada
apa? Siapa? Kenapa?
Mosok pejoang, takut konsekuensi? Lha kalo gitu ngapain kita
berjoang?
Monggo......
Tanjung Redep, 9:00, 11Feb2013
Labels:
aturan,
bebas,
diam,
gejolak,
kebebasan,
kepastian,
konsekuensi,
masalah,
pengorbanan,
perjoangan,
pilihan
Subscribe to:
Posts (Atom)