Bahasa Inggrisnya to look younger. Ternyata hal ini demikian menggoda banyak
orang. Dengan membaca judulnya saja, aku
sempat tergelitik untuk menerapkannya padaku.
Apakah aku ingin tampil
muda? Kelihatan muda? Berjiwa muda atau berpikir gaya anak muda? Atau kalo pertanyaannya
dibalik, apa aku takut kelihatan tua?
Kenapa ndak mau kelihatan tua? Yang ndak disukai atau dijadikan label, cap atau julukan, ini karena tampilan
kita atau gaya style kita atau cara berpikir kita?
Ada yang bilang kalo kita bergaul terus di kalangan
generasi, anak-anak muda atau bahkan SMA atau kuliahan, maka kita akan awet muda. Apa iya begitu?
Jadi ingat kejadian di anakku yang remaja, dia malah ingin
kelihatan dituakan dari umurnya,
tapi sekaligus ingin tetap menikmati “rasa”
juniornya dengan bisa tampil atau diajak-ajak dalam event “dewasa” adult
juga dalam acara-acara resmi penting.
Nah jadi kembali pada topik di atas. Bagaimana sih maunya?
Kelihatan muda (istilah kelihatan ini lebih relatif
dibandingkan dengan tampil muda), bahkan menjadi trending topic belakang yang
semakin meningkat bahkan sejak akhir tahun 2000-an. Bahkan klinik-klinik anti aging menjamur,
bedah kosmetik, serta fashion serta gymnasium
juga klub kebugaran dan juga klub yoga menangguk banyak peminat, pelanggan juga
pembeli.
Sementara topik muda kan mustinya bukan hanya tampilan, tapi
juga cara berpikir, pengelolaan hati serta jiwa yang terus ingin belajar dan
tetap merasa hijau yang selayaknya menjadi perhatian dan acuan.
Stres dan Proses
Apa sih hubungannya.
Beberapa buku, bacaan serta hasil perbincangan dengan sahabat menunjuk
bahwa sejak proses industrialisasi, lalu terus ke mudahnya komunikasi serta
teknologi dengan gadget dan internet telah membuat informasi membanjir.
Cepatnya informasi tersaji, mudahnya diperoleh, serta “rasa” kebanjiran
membuat banyak orang merasa kebanjiran, dan tidak kuasa memilih dan memilah. Seolah semua menjadi prioritas, semua penting
(ingat tulisan saya sebelumnya tentang hal “PENTING”) . Feel helpless. Lho?
Gejala serba cepat, mengundang perubahan perilaku orang
menjadi serba instant. Jadi ingat motto Olimpiade, Citius,
Altius dan Fortius, yang diterjemahkan secara bebas, lebih cepat, lebih
tinggi, lebih kuat.
Bila dihubungkan dengan perubahan pola perilaku yang serba
instan tersebut di atas, maka ibarat pembandingan dengan hal lain, orang lain,
pihak lain, atau banding dirinya sendiri tapi dalam tempo singkat. Nah…. Ini baru
menimbulkan stres, sebab kalo ndak
tercapai (dalam waktu singkat) maka tidak dapat bersaing. Lho kok begitu?
Lha kembali pada keinginannya adalah serba lebih dari yang
lain, tetapi dicapai secara singkat, maka ini yang justru ada perbenturan
antara harapan dan kenyataan.
Sebab kebiasaan saat ini, justru semakin kurang dan semakin
meninggalkan penghargaan terhadap proses, perlu waktu, perlu persiapan dan
seterusnya. Lha wong bayi aja untuk
lahir butuh 9 bulan di kandungan, juga bayi untuk bisa berjalan saja, butuh proses merangkak dan seterusnya.
Muda
Kembali ke penampilan muda, segar, fokus, ndak mudah capek,
juga siap dalam menghadapi di bermacam kejadian hidup, kok kelihatannya bukan
soal penampilan, tetapi juga pikiran dan mental untuk tetap hijau, tetap mau
belajar, mau menyesuaikan diri juga open mind, dan ndak grusa-grusu. Nah jenis
ini yang justru ada saat muda, sebab didorong oleh sikap agresif dan sembrono,
ndak punya rasa takut.
Kok rasa takut? Mohon tidak disalah-artikan sebagai rasa
takut karena hal yang tidak diketahui melainkan karena rasa penghargaan melukai
orang lain atau pihak lain secara sengaja.
Monggo siapa mau?
Jakarta, 12:33; 21Mar2014
No comments:
Post a Comment