March 10, 2014

Mencari salah atau memberikan berkah?


Sejak kesetrum tadi pagi, dimana sejak bangun pagi aku memutuskan untuk mulai melakukan reset pikiranku, dan melakukan permenungan dalam diam, ternyata mulai membuahkan hasil.  Hidupku menjadi lebih kalem, tenang, decisive, enak ambil keputusan, juga bisa hitam putih melihat “perjalanan” hidup. 

Ndak berapa lama ini, sobat kerjaku masuk bilik kerjaku dan sharing, progress. Lalu bincang-bincang “what next”? ternyata ndak usah terlalu lama, kalo hidup ini menunggu ya ndak kemana-mana, lalu kuputuskan saran untuk melakukan presentasi, dengan agenda lalu memasukkan beberapa sub agenda tentang bagaimana kejadian (baca: loop atau lubang) lalu ini bisa terjadi. 

Setelah sobat tadi meninggalkanku. Baru ku sadari bahwa kok ternyata selama ini yang terlihat adalah hanya “gap” antara yang terjadi dan yang “seharus”nya atau yang kita pikir benar.  Nah kalo sudah disampaikan, apakah hal ini ndak malah membuat pihak lain kebakaran jenggot? Pengalaman ku, sangat jarang orang lain akan menerima dan mengapresiasi perkataan kita. Lha wong yang disampaikan adalah “kekurangan” yang gap tadi…

Menarik untuk ditelusuri, kembali pada tulisan ku beberapa waktu lalu, ternyata hidup ini dijalankan sesuai dengan yang kita pelajari, terserah apa hal itu kita intensi-kan atau kita lakukan dengan otomatis ndak sadar.  Nah lho, lha kalo kita jalankan hidup ini dengan ndak sadar, pantes kan kalo kita suka kaget-kaget terhadap kejadian yang kita alami.  Ndak kalo kaget mulai menyalahkan orang lain karena kita merasa benar, padahal kita ndak sadar melakukannya.

Kembali pada topik semula, akankah kita “mencari-cari” lobang kesalahan untuk alasan efisiensi, atau kemajuan atau progress juga ekspansi atau kita justru sharing membincangkan perbedaan guna saling respek dan menghargai. Lalu dilanjut dengan apa yang menjadi tugas kita, yang tentunya didasari intensi baik di semua pihak. 

Monggo….


Jakarta; 10:21; 10Mar2014

No comments:

Post a Comment