Pertanyaan ini menarik begitu saya buka-buka situs, menemukan
dan membaca Sean Hyman, salah satu
host CNBC yang telah menemukan rahasia pengelolaan keuangan dari kitab suci
bahkan merupakan salah satu yang diterapkan oleh Raja Sulaiman (Solomon).
Menjadi pertanyaan pertama adalah,"apakah anda mencintai uang (do you love money)?". Sebab dibongkar dari kitab suci dan banyak
kejadian, sumber keserakahan dan tindakan sembrono termasuk didalamnya
manipulasi dan korupsi adalah kecintaan akan uang, akan materi.
Kitab suci menuliskan,
"The love of money is the root of
all evil". Kecintaan akan uang adalah akar dari segala kejahatan.
Perlu membongkar arti cinta tersebut. Sebab bila kita
menemukan arti cinta tersebut dengan sebenarnya, maka akan dapat diarahkan pada
hal yang berguna, sekaligus dari cara maupun tujuan yang baik.
Cinta menurut bahasa Yunani, Philargyria yang artinya adalah keserakahan atas uang atau
keuntungan material. Jadi jelasnya
adalah bahwa keserakahan ini mengarahkan kita pada kecintaan yang tidak
proporsional lagi yang menyebabkan cara dan tujuan kita berbeda dari kemaslahatan
umat, atau menjadikan kejahatan akar dari tindakan kita.
Raja Sulaiman
mengatakan,"looking well into the
matter." Hal ini mengajak
kita untuk menekuni dan meneliti dengan baik dan bijak semua yang ingin kita
masuki. Sehingga tidak semena-mena dan serta
merta membutakan kita akan janji dan buaian gimmick
keuntungan instan.
Godaan ini bisa terjadi pada semua orang, termasuk yang kaya
dan golongan terdidik. Zaman serba instan ini mengoyahkan banyak orang, dengan
godaannya yang dapat meruntuhkan hati.
Apalagi dengan ilmu komunikasi yang baik, yang dibawakan dengan santun,
kelihatan terpercaya. Tetapi apakah kita telah menelitinya sebagaimana
pesan dari Raja Sulaiman salah satu orang terbijak di dunia yang pernah ada.
Menarik juga dibahas, ternyata kecintaan pada uang (love of
money) ada di dua arah:
Pertama, kecintaan akan uang sehingga mendorong orang
untuk melakukan hal-hal kreatif yang mengintimidasi orang lain secara elegan
dan gradual, dengan iming-iming cara kaya mudah, murah dan cepat. Bahkan kalo
dengan mempengaruhi orang lainpun akan dilakukan.
Kedua, bila pada pertanyaan tersebut kita jawab
dengan, tidak, saya tidak mencintai uang sedemikian brutal sehingga saya lebih
memilih yang safe aja. Hal ini sebenarnya juga karena saking cintanya, maka
melakukannya dengan cara defensif dan "menyimpannya di bawah bantal",
dan ikut menyumpahi cara-cara investasi yang membuat orang menjadi lebih kaya. Ini
juga merupakan penyakit yang tidak baik.
Malah saking takutnya, dia ndak akan ikut investasi apapun dan malah
menghindari apapun yang berbau investasi, penempatan dana, tabur tuai dan
seterusnya. Hal ini hampir mirip dengan
cerita talenta dari kitab suci yang karena hamba yang dipercayakan
"hanya" satu talenta merasa tuannya jahat, curigaan, tidak percaya
pada hambanya, sehingga orang tersebut tidak hanya curiga dan benci pada
tuannya, tapi juga membenci dan iri dengki pada hamba lainnya yang dipercaya memperoleh
dua talenta dan lima talenta.
Bayangkan, dengan hidupnya sendiri saja sudah demikian dibencinya,
apalagi hidup orang lain. Boro-boro merasakan berkah tetap boleh hidup (dengan
tuannya) dan bersyukur atas semua apa yang diterimanya. Yang ada kepercayaan
tersebut malah dibalasnya dengan curiga dan kebencian hati. Wow... familiar kan dalam hidup sehari-hari.
Hal yang penting untuk ditulis di sini adalah, tuan tersebut
telah mempercayakan uang talentanya pada hamba-hambanya sesuai dengan
kemampuannya masing-masing. Demikian berkah Tuhan pada kita ciptaanNya, tentu
sudah disesuaikan dengan kemampuan kita masing-masing. Buat apa iri dan dengki
bahkan memiliki prasangka buruk? Push it to the limit, dan pintu ITU akan dibukakan untuk kita demi
kemaslahatan umat sesama kita.
Jenis ini, mengarahkan pada tipe "victim" atau korban, karena merasa dirinya orang paling apes
yang hidup di dunia. Self pitty nya tinggi. Semboyannya adalah,"what's
in it for me?" Apa untungnya buat saya? Atau jenis kategori out-in. Ketergantungannya (pada hal lain/diluar dirinya) besar
sekali.
Kalo jenis pertama di atas adalah jenis in-out, yang berani mengorbankan orang lain, karena "hati
dan pikirannya" tertutup kabut (kecintaan akan uang/materi). Kemandiriannya
lebih besar dari jenis kedua, tetapi bila hati dan pikirannya (miring) maka
akan mengintimidasi orang lain untuk kepentingannya sendiri.
Hal ini mengingatkan saya pada beberapa buku tentang berkah,
rasa syukur, kerelaan, keikhlasan, saluran berkat, ketamakan, baik yang ditulis
oleh Ahmad Chodjim, maupun Osho, Romo Sudrijanta, Tony Stubbs,
Romo Anthony De Mello, Arvan Pradiansyah, Bang Rhenald Khasali, Bobby
Laluyan, almarhumah Ibu Soegeng dan almarhum Bapak Soegeng, sebagai
berikut:
Apa yang engkau
miliki, karena ketamakan, sehingga tidak ada rasa syukur, tidak ada bela rasa,
dan bahkan saat melihat orang yang membutuhkanpun engkau hindari, maka apapun
yang engkau miliki akan Kuambil. Sehingga dalam kekuranganpun karena engkau
mempertahankannya, akan Ku minta semua.
Dan engkau yang dengan sadar hati dan pikiran, bahwa semua yang kau
alami, kau miliki, juga kau pegang itu adalah berkah Gusti Allah, yang dengan
sadar dan dengan mudah kau salurkan pada umatKU dan sesamamu, maka apapun yang
kau miliki tersebut akan Ku limpahkan.
Lucu bukan? Justru saat kita yang kekurangan, karena
takutnya berkurang, maka akan tetap dimintaNya, sedangkan untuk telah
berkelebihanpun, karena merasa semua adalah PINJAMAN Gusti, maka apapun yang dipegangnya tetap di-LIMPAHKAN-Nya.
Melihat bahasan dan pelajaran di atas, terlihat bahwa menjadi sadar itu adalah pilihan,
jadi tetap menjadi satu dengan keduniawian, juga pilihan.
Monggo.....
Jakarta, 10:52, 2Des2013
No comments:
Post a Comment